Bab 32. Serangan Kombinasi

1014 Kata
Tapi Elunial langsung emosi lantaran semua vampir tua selalu meremehkan para anak muda. Walaupun mereka para vampir tua memiliki banyak pengalaman, tapi para anak muda punya potensi. “Ck! Mereka benar-benar meremehkan kita Kak.” Elunial berdecak kesal. “Tenangkan dirimu, El. Kita sudah biasa merasakan ini.” Ucap Eredith dewasa sekali. Malam hari pukul satu dini hari seharusnya menjadi keheningan malam yang hanya dihuni oleh angin malam yang mencari mangsa. Tapi di tengah lapangan terbuka, dua kubu tengah bersitegang bersiap untuk perang. “Aku tahu kau dan ayahku telah membuat perjanjian damai dengan Alereria dan tidak akan saling berperang. Tapi itu perjanjia dengan raja terdahulu.” Broman terhenyak dengan perkataan kekanak-kanakan Rivaille. “Perjanjian itu tidak akan musnah hanya karena raja terdahulu tidak lagi menjadi raja, anak muda. Rupanya kau belum terlalu mengerti urusan kerajaan.” Ucapnya sengaja menyelipkan nada mengejek. Eredith sampai berjengit ikut kesal seperti Elunial. Rivaille masih tenang dan bisa menguasai emosinya kali ini. Arah pandanganya menatap lurus ke depan dan memperhatikan pasukan Alereria yang semakin bertambah banyak. “Tapi sayang sekali, tampaknya kau menanggapi permainan anak kecil ini dengan serius.” Amudith langsung berang. Ia melirik Broman dan meminta pasukannya untuk bersiap. Ia memiliki sifat tidak mau kalah yang luar biasa besar. Apalagi yang menantangnya malam ini hanya bocah ingusan yang baru lahir kemarin sore. “Kau akan menyesal, bocah!” Teriaknya murka. Dan setelah teriakan menggelegar ity terdengar, perang pun langsung percah. Rivaille yang maju pertama dengan kedua adiknya yang siap membacking melawan Amudith dan Broman. Strategi Rivaille cukup sederhana. Broman dan Amudith belum terlalu lama menjabat di kerajaan Alereria. Sehingga besar kemungkinan mereka tidak tahu strategi perang pada pendahulu kerajaan ketika masih saling bertikai. Ayahnya telah lama berkuasa jauh sebelum Amudith menjadi raja. Sedangkan Alereria sudah berganti raja dua kali selama King Iefan menjabat sebagai raja di Heddwyn. Walaupun Broman cerdas dan licik, tapi dia tidak tahu menahu bagaimana menyusun strategi perang karena sudah dibutakan dengan kenikmatan di kerajaan. Tapi tidak dengan Rivaille dan kedua adiknya. Sejak kecil mereka bertiga sudah tertarik dengan berbagai macam strategi perang. Mereka memperlajari semua itu dengan bermodalkan sejarah yang diabadikan melalui banyak buku dan pedoman. Bisa dibilang King Rivaille adalah tiga bersaudara yang siap memerangi banyak kerajaan dan membawa mimpi buruk untuk mereka semua. ZRASSHH! “EEKKH!” Rivaille berlari membabi buta menuju Amudith yang tampak dilindungi oleh banyak vampir rendah. Perang baru saja dimulai, tapi raja mereka sudah terpojok. Eredith mulai berdebar-debar saat merasakan sensasi perang yang sesungguhnya ini. Dilihatnya para pasukan Heddwyn masih kuat bertarung dan mendominasi. Strategi empat pilar kakaknya benar-benar hebat. Tiga pasukan yang langsung ke medan perang ini sengaja memancing dikeluarkan langsung untuk memancing pasukan lawan untuk berkumpul. Sedangkan satu pasukan lagi menjadi pasukan rahasia yang diam-diam menyebar sampai ke bagian belakang musuh. Setelah mereka siap diposisi, seluruh pasukan Alereria akan terkepung. Itulah kenapa strategi penyerangan kali ini disebut serangan empat penjuru. “HEYAAAAAAHHH!” BOOMMM! Rivaille sungguh melepaskan kekuatan penuh dan tampak menikmati sekali saat membunuh para pasukan musuh yang mendekatinya. Berbagai macam mantra yang dipelajarinya dari buku langsung ia praktekkan di medan perang. Mantra api yang paling mendominasi, ledakan demi ledakan terdengar meriah seperti tengah ada pesta kembang api di tanah lapang dekat hutan. Broman yang menyaksikan kegilaan raja Heddwyn yang sekarang menggeram emosi. Ia ikut berlari untuk mengejar Rivaille yang membantai pasukannya dengan ganas. “KAU TERLALU SOMBONG!” Teriaknya murka. Ini adalah peperangan sekaligus bentuk penghinaan bagi Broman. Ia tidak mungkin diam saja seperti Amudith karena harga dirinya tinggi sekali. Tidak mungkin ia kalah dari bocah seperti Rivaille. Sebagai pengguna mantra listrik, setiap vampir yang menyentuh tubuhnya akan tersengat dan langsung tidak berdaya. Ia berlari untuk menangkap Rivaille yang terus saja berkelit ketika ia hendak menyentuhnya. “Aku sudah tahu kekuatanmu, Broman.” Broman semakin mendesis tidak suka. “Aku akan membunuhmu Heddwyn!” Rivaille terus menghindar dan memancingnya untuk terus maju. Saat Broman sudah diluar jangkauan pasukannya, Eredith dan Elunial langsung bersiap untuk menyerang bersamaan. Elunial yang sebenarnya adalah pengguna mantra Unlimeted Power. Ia lalu menumpukan seluruh tenaganya pada lengannya agar pukulannya langsung berdamage besar. Sedangkan Eredith memiliki bakat dari lahir yang bisa mentransferkan serangan yang diterimanya kembali pada si penyerang. Itulah kenapa ia berdiri dan bersiap menerima serangan kejutan listrik Broman. “COME ON!” Teriaknya sengaja memancing Broman. Elunial dan Rivaille beserta Broman langsung menyerang ke arah Eredith. Dan- BOOOMMM! Ledakan besar pun terjadi. Benturan kuat serangan dari Elunial dan Rivaille yang tidak main-main diarahkan langsung mengenai Eredith. Kedua lengan kanan dan kirinya yang diserang itu langsung dialirkan pada Broman yang tidak sempat lagi menghindar. “BERENGSEK!” DUAARRR! Teriakan Broman menjadi kata terakhirnya sebelum tubuhnya hancur tak bersisa. Eredith terengah dengan kedua tangannya gemetar setelah mentransfer dua energi sekaligus dari kakak dan adiknya. “Hah haahh….” Amudith terperangah dan seluruh pasukan yang menyaksikan kejadian itu terdiam tak bersuara lagi. Peperangan tiba-tiba terhenti setelah semua pasang mata menyaksikan bagaimana tiga bersaudara itu membunuh Broman. “HEDDWYN!” “HEDDWYN! HEDDWYN! HEDDWYN!” Seluruh pasukan Heddwyn berteriak saling bersahutan semakin merusak mental para pasukan Alereria. Amudith dan pasukan kecil yang melindunginya semakin terpojok. Rivaille dan kedua adiknya kembali bersiap untuk menghadapi Amudith. Mereka siap melakukan serangan beruntun seperti tadi. “Well, mulai sekarang aku akan berhenti merakit pesawat.” Perkataan Elunial membuat Eredith tertawa kecil. “Aku sudah bilang, perang itu lebih beradrenalin!” Rivaille juga tidak menyangka membunuh pasukan musuh bisa membuatnya ketagihan seperti ini. Tanpa aba-aba, mereka pun berlari cepat menuju Amudith. Tapi Rivaille harus ekstra berhati-hati karena pria tua itu memiliki kekuatan untuk memanipulasi rasa sakit. Kekuatan itu sangat susah untuk ditaklukan. Tapi karena mereka bertiga, harus ada salah satu yang menjadi umpan. Dan Eredith telah sepakat untuk menjadi umpannya. Ia sengaja berlari lebih dulu dan mendekati Amudith. Tapi Amudith yang sudah kepalang benci dan murka itu segera mengeluarkan kekuatan penuh ketika menatapnya. “AAARRRGGHH!” Eredith yang tadinya berlari dan hampir berhasil mendekati Amudith harus terjatuh ke atas tanah. Teriakannya terdengar pilu karena rasa sakit di sekujur tubuhnya seperti ada batu sebesar gunung yang menggencet tubuhnya di atas tanah. “KAK!” Elunial sempat goyah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN