5

724 Kata
Bel pulang baru saja berbunyi, semua murid langsung gesit menggendong tas masing-masing untuk pulang. Tera dan Collen sedang berganti pakaian untuk latihan cheers. Sedangkan Naysilla? Oh dia masih sibuk dengan novelnya, sambil menunggu dua sahabatnya latihan sampai selesai. Sebab, mereka memang telah berencana ingin belajar kelompok di rumah Collen. Sudah sekitar setengah jam Naysilla menunggu, tapi mereka belum juga selesai latihan. Padahal dia sudah merasa sangat lemas, bahkan untuk beranjak dari kursi pun berat rasanya. Dilihatnya Adam sedang sibuk mengerjakan tugas tambahan dari Pak Hengki, dan beberapa murid lain yang habis piket sedang bersiap untuk pulang. "Lo belum pulang?" tanya Jessy. "Belum, masih nunggu anak cheers selesai latihan,"jawab Naysilla dengan suara yang terdengar agak parau. "Nih gue titip kunci kelas sama lo ya? Gue buru-buru soalnya, jadi nggak bisa nungguin sampe kelas kosong." ujar Jessy seraya menyerahkan sebuah kunci pada Naysilla. Biasanya yang piket memang selalu menunggu kelas sampai kosong baru boleh pulang, agar bisa langsung dikunci. Karena merasa ada yang aneh, Naysilla berdiri untuk mengecek. Jantungnya berdetak cepat, keringat membasahi keningnya, ketika melihat ternyata darah haidnya menembus sampai ke rok abu-abu yang dia pakai. Kontan gadis itu langsung kembali duduk, agar tidak ada yang tahu hal ini. Satu jam berlalu Naysilla menunggu Tera dan Collen, tapi mereka belum juga kelihatan. Dia bingung, noda merah di bagian belakang roknya semakin melebar. Adam sedang memasukkan semua alat tulisnya ke dalam tasnya. Di atas mejanya sudah tidak ada apa-apa lagi, dia menyangkutkan tas hitam itu di pundak kanannya. Naysilla bernafas lega, setidaknya hanya ada dirinya di dalam kelas, tidak mungkin ada yang tau kejadian memalukan ini, selain dia sendiri beserta benda-benda mati di dalam kelas. "Lo belum pulang? jangan bilang kalau sekarang jadwalnya lo piket. Karena sekarang baru hari Senin," tembak Adam dan kemudian menghampiri Naysilla. Naysilla menggeleng gugup. Seperti biasa, jantungnya tidak pernah normal jika berada dekat dengan Adam. "Muka lo pucet banget, gue anter pulang, yuk?" "Masih nunggu Collen sama Tera," "Yaudah gue anter lo ke UKS aja ya? lagian lo kan emang lagi sakit dari tadi pagi." ucap Adam pelan, lalu menarik tangan Naysilla lembut, untuk mengajak ke UKS. Duh, gue bingung harus apa, kalau nolak nanti dia semakin maksa, kalau gue melepas paksa tangannya yang menggenggam pergelangan tangan gue, nanti yang ada gue dikira sombong. Naysilla membatin. "G... gu... gue nggak bisa." setelah menarik nafas panjang, akhirnya dia mampu menjawab walau terbata-bata. "Kenapa?" tanya Adam heran. "Darah haid gue tembus sampe ke rok gue," jawabnya dengan cepat bak mobil tanpa rem. Terpaksa, mau tidak mau, dia bilang yang sejujurnya ke Adam. Bodo amat deh malu juga. Pikirnya tidak ada pilihan lain. "Kalau gitu, sekarang lo cuci aja dulu rok lu di toilet, nanti gue beliin pembalut di warung depan. Soalnya kantin sekolah jam segini udah pada tutup," titah Adam. Mata gadis itu terbelalak mendengar ucapan Adam yang jauh di luar dugaan. Naysilla pikir Damr bakal jijik, dengan dirinya karena noda darah yang berlumur di roknya. "Nggak usah, gue nggak mau ngerepotin lo lagi. Biar nanti gue suruh Collen atau Tera aja yang beli," sergah Naysilla karena merasa tidak enak. "Nunggu sampe kapan? Anak cheers kalau latihan bisa 3 sampai 4 jam, sekarang aja darah lo udah banyak gitu, Nay." "Tapi gue malu jalan ke toiletnya, masih banyak murid di koridor sekolah," jawabnya pelan. "Nih, tutupin pake jaket gue." ucap Adam, kemudian dia menyodorkan sebuah jaket berwarna biru dongker. "Nggak ah, nanti jaket lo kena darah gue," lagi-lagi gadis itu menolak niatan baik dari Adam. "Nggak apa-apa, lo bawa pulang aja dulu jaketnya, terus lo cuciin," "Ogitu, yaudah deh," jawab Naysilla, seraya mengambil jaket dari tangan Adam, lalu dia ikatkan bagian kedua lengan jaket itu di pinggangnya, agar menutupi noda merah pada bagian belakang roknya. "Gue ke warung dulu ya," "Iya, btw maaf yaa, dalam satu hari ini gue udah ngerepotin lo dua kali," "Santai aja kali," Hampir semua murid yang sedang duduk di pinggir koridor sekolah, melihat Naysilla aneh. Boleh jadi soalnya dia berjalan terlalu buru-buru menuju toilet. "Nay... Naysilla?" panggil Collen dari balik pintu bilik toilet. "Iya?" "Nih pembalut lo, dibeliin Adam tadi," Karena pembalut itu tipis, jadi Collen berikan melalui celah di bagian bawah pintu. Sesudah keluar toiet, Naysilla masih menutup bagian belakang roknya yang basah dengan jaket Adam. Ada perasaan kecewa ketika dia lihat di kelas hanya ada Collen dan Sera. "Loh? si Adam kemana?" tanyanya. "Udah balik, kenapa?" jawab Tera yang sedang menyisir rambut panjangnya. "Gue belum bilang makasih ke dia," "Besokkan masih bisa ketemu," sahut Collen. "Iya juga sih. Yaudah yuk!" Naysilla mengunci pintu kelas. Karena besok jadwalnya piket, jadi biar dia saja yang pegang kuncinya. Lagi pula Mas Karmin juga pasti sudah pulang.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN