bc

Terjerat Cinta Dokter Lapuk (Dokter Vs Perawat)

book_age16+
1.2K
IKUTI
8.9K
BACA
HE
arrogant
doctor
drama
bxg
bold
office/work place
assistant
like
intro-logo
Uraian

Lily Akira adalah seorang perawat di sebuah Rumah Sakit Swasta di kota Jakarta, dan sudah bekerja selama enam bulan terakhir ini. Ia juga seorang wanita yang terkenal sangat cerewet dan hiperaktif. Akan tetapi, karena sikapnya itulah yang membawa ia pada sebuah anugerah. Dibandingkan disebut dengan anugerah, mungkin ini lebih cocok disebut dengan masalah. Hah, kok bisa?

Bagaimana tidak, tiba-tiba saja terdengar berita akan ada seorang dokter dari luar negeri, yang akan menggantikan pak Budi, selaku dokter spesialis bedah umum. Maklum saja, pak Budi sudah menjelang pensiun. Tidak, bukan ini inti dari ceritanya, melainkan sikap dan sifat sosok dokter baru inilah yang jadi permasalahannya.

Dari jauh-jauh hari, para perawat dan seluruh penghuninya sudah mendapatkan informasi, agar bisa menjaga sikap dengan sang dokter baru tapi tengil ini. Dan Lily satu-satunya orang yang direkomendasikan untuk menjadi partner dokter baru tersebut. Lebih tepatnya dikorbankan. Memangnya siapa, dan seperti apa sih, dokter misterius yang sudah membuat geger seluruh penghuni rumah sakit ini?

"Om dokter memang ganteng, tapi sayangnya galak. Satu lagi, yaitu ada keriput satu biji!" Hah kok satu biji, memangnya itu pohon toge? Eh kacang-kacangan!

"Jangan mengada-ada. Mana ada saya keriput."

"Ada, tuh dibalik celana!" Lily! Sabar, orang sabar pasti kesel!

chap-preview
Pratinjau gratis
Om dokter
"Selamat pagi, Pak!" Seru beberapa perawat wanita, saat seorang pria tampan bertubuh tinggi itu melewati mereka. Namun, pria itu justru terlihat acuh tak acuh, seolah tak melihat atau mendengar apapun di sekitarnya. Bahkan, pria itu hanya menampilkan raut wajah dingin dan arogan, yang mampu membuat siapa saja enggan untuk menyapanya. "Ishhh siapa sih dokter itu? Aku baru liat loh, Rin." Cicit sosok wanita yang ada diantara para wanita yang ada di sana pada sahabatnya, Karin. "Hah, emang kamu belum tau ya? Padahal kemaren kamu juga ikut rapat mengenai dokter baru itu. Masa udah lupa." Karin menjawab dengan tak habis pikir pada sahabatnya, yang masih mempertanyakan dokter baru tersebut. "Hah! Jadi dokter kutub itu dokter baru yang menggantikan pak Budi? Astaga naga bonar jadi dua ... Kenapa pak Budi yang hangat sehangat gunung Merapi, dan lembut seperti Landak dapat pengganti dokter dingin seperti goreng pisang sih." Gadis bernama Lily itu meluap-luap mengeluarkan rasa tak percaya-nya. Namun beberapa saat kemudian, ia teringat tugas yang diberikan oleh kepala rumah sakit kepadanya, yaitu menjadi partner dan asisten sang dokter yang tidak ia ketahui namanya. Ya, pak Usman memberikan tugas tersebut, karena pria paruh baya itu percaya pada Lily. "Ly, kiasan kamu itu melenceng semuanya. Aku heran, kenapa pak Usman kasih tugas buat jadi partner dokter tampan tadi sama kamu." Karin terkekeh saat mendengar penuturan Lily yang selalu mengada-ada seperti biasa. "Jangan bilang kalau kamu juga lupa tentang tugas yang pak Usman berikan kemarin," ucap Karin sarkas, karena ia khawatir sahabatnya itu dapat masalah. "Enggak, mana ada aku lupa. Eh, tapi aku belum tau nama dokter kutub itu, Rin." Lily terlihat sedang kebingungan, karena ia sering melupakan hal kecil. "Ya udah makanya tanya, Ly." "Lily!" Tiba-tiba saja terdengar suara seorang wanita memanggil namanya, hingga ia terkejut dan segera menoleh ke arah sumber suara. Lily mengernyitkan dahinya sesaat, sambil melihat Santi yang terengah-engah menghampirinya. "Ada apa San? Apa ada pasien yang membutuhkan aku?" Tanya Lily pada Santi yang masih mengatur napasnya seperti ikan Lele. "Ly, kamu dicari dokter baru yang tadi! Udah cepetan ke sana, sebelum kamu dapet masalah. Hiih, ternyata dokter ganteng tadi serem banget loh. Gak ada adem-ademnya kalau dilihat." Santi bergidik ngeri saat dokter baru tadi menatapnya dengan dingin sambil memberikan perintah. Apa seorang dokter pantas, memiliki sifat seperti itu saat bekerja? Hello, ini bukan tentang novel CEO arogan 'kan. "Nah loh, hayoo ... Cepet ke sana Ly, kalau kamu dapat masalah, aku gak bisa bantuin." Karin justru membuat Lily semakin gemetar, dengan menakutinya. "Oke, sampai jumpa Rin! Doakan aku semoga selamat sampai tujuan. Makasih San, infonya." Lily segera bergegas pergi menuju ruangan pak Budi, yang kini sudah diisi oleh dokter kutub yang ia sendiri tidak tahu siapa namanya. "Ya elah, dikira mau jalan ke mana aja." * Setelah sampai di depan pintu ruangan pak Budi (Panggil saja pak Budi, karena Lily belum tahu nama dokter kutub yang ada di dalam), Lily membuka pintu secara perlahan agar tidak mengeluarkan bunyi sedikit pun. Matanya menyapu seluruh ruangan bernuansa putih yang ada di sana, hingga menemukan sosok pria yang tengah duduk sambil membuka berkas yang ada di tangannya. "Selamat pagi, pak. Apa bapak memanggil saya?" Tanya Lily gugup, sambil menundukkan kepalanya. Akan tetapi, pria itu hanya diam dan terus melihat apa yang ada di dalam berkas tersebut. Lily yang merasa di acuhkan langsung mendongakkan kepalanya, dan melihat ke arah pria tampan yang tengah asyik dengan kegiatannya. "Pak! Saya akan keluar jika bapak tidak memiliki kepentingan. Perm--." Baru saja Lily hendak berpamitan, tiba-tiba saja suara bariton yang begitu asing di telinga, kini menghentikannya. "Kau terlambat lima menit ke ruangan ku." Pria tampan yang bahasa Indonesianya tidak begitu fasih, tapi baku itu terdengar begitu mengintimidasi. Wanita yang masih berdiri di sana benar-benar gemetar, saat dokter baru tersebut bangkit dari duduknya, dan kini mulai berjalan ke arah Lily dengan tatapan yang tak dapat diartikan. "Siapa namamu?" Tanya sosok pria itu seraya menatap dingin ke arah wanita pendek di hadapannya. "Li-lily Akira, pak. Bapak pengganti pak Budi, kenapa anda dekat sekali dengan saya?" Kini Lily mulai sedikit menjauhkan tubuhnya dari sana. Dan apa tadi, wanita itu memanggil bapak pengganti pak Budi? Sungguh terlalu. "Nama saya bukan pengganti pak Budi, tapi itu!" Pria itu menunjuk ke arah meja yang berisi papan nama di atasnya. Tertulis di sana sebuah nama EDWIN EMILIO dengan jelas. Ada yang masih ingat dengan dokter Edwin? Pria hangat dan baik hati yang telah menjaga wanita hamil beberapa tahun lalu. Namun, entah kenapa Edwin yang dulu dikenal pria berhati malaikat itu berubah menjadi dingin dan arogan. Edwin Emilio, seorang pria dewasa berusia empat puluh tahun, memiliki sifat yang hangat dan dingin, cenderung tidak mudah ditebak, dan memiliki kelicikan di luar nalar. Sedangkan Lily, wanita kampung yang merantau ke kota sejak ia kuliah. Wanita cantik, polos dan ceria, berusia dua puluh lima tahun itu berharap bisa membantu perekonomian keluarga, dan menjadi tulang punggung, hingga akhirnya ia diterima menjadi perawat di rumah sakit Bhakti beberapa bulan yang lalu. "Pak, Edwin. Apa bapak sudah ditugaskan hari ini?" Lily bertanya karena merasa suasananya mulai canggung diantara mereka. "Panggil saya dokter!" Edwin menegaskan pada wanita muda yang ada di hadapannya, dengan nada perintah. "Baik pak dokter." Lily harus patuh, meskipun sedikit merutuki sifat Edwin yang sangat galak dan juga sensitif. Apa pak Usman salah orang, untuk menggantikan pak Budi yang lembut seperti Landak. "Panggil dokter saja! Saya bukan bapak kamu." Kali ini Lily benar-benar geram, karena pria yang ada di hadapannya itu sudah menyalakan kompor, hingga ia yang mendidih kepanasan. "Iya sih, tapi dokter udah cocok dipanggil Om tuh. Om dokter memang ganteng, tapi sayangnya galak. Satu lagi, yaitu ada keriput satu biji!" Hah kok satu biji, memangnya itu pohon toge? Eh kacang-kacangan! Tentu saja Lily hanya merutuki dengan suara yang kecil. "Jangan mengada-ada. Mana ada saya keriput." Eh, Lily terkejut karena pria itu telah mendengarnya. "Ada, tuh dibalik celana!" Lily! Edwin benar-benar tak habis pikir dengan wanita itu. "Saya bekerja besok pagi, dan hari ini kamu akan menemani saya berkeliling dan mengecek persiapan operasi besok." "Baik, siap Om dokter!" "Om dokter? Jangan memanggilku dengan sebutan tua dan menjijikkan itu!" "Tapi dokter udah termasuk Om." Edwin memejamkan matanya karena malas untuk berdebat lagi. Atau jika tidak, ia akan berubah menjadi kakek, di mata Lily.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.0K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.3K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
51.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook