bc

My Husband, My Boss!

book_age18+
756
IKUTI
3.1K
BACA
possessive
sensitive
CEO
sweet
regency
like
intro-logo
Uraian

“Aku tidak setuju dijodohkan, Ayah.”

“Ck, aku sedang memberi tahumu, Elfira. Tidak meminta persetujuanmu. Jadi, setuju atau tidak. Pernikahan ini akan tetap terjadi.”

Elfira Agnes Zalia, gadis 29 tahun yang memiliki prinsip hidup yang berbeda dari yang lainnya. Ia, tak ingin hidup memiliki pendamping, dan hanya akan menghabiskan sisa umurnya bersama kesendirian. Namun siapa sangka, prinsip yang sudah bertahun-tahun dipegang teguh olehnya. Harus berakhir, akibat sang ayah yang memaksa menjodohkannya bersama anak sahabatnya.

Sekeras apa pun, Elfira menolak. Hendri sang ayah terus memaksa. Dengan terpaksa bersikap egois untuk kebaikan anaknya. Lantas dengan terpaksa, Elfira pun menerima permintaan sang ayah. Menikahi anak sahabat ayahnya, yang ternyata adalah CEO tempat dirinya bekerja. Bagaimanakah kelanjutan ceritanya? Bisakah Elfira dan Kendra saling mencintai? Atau pernikahannya akan berakhir tanpa dimulai?

chap-preview
Pratinjau gratis
Perjodohan
“Aku tidak setuju dijodohkan, Ayah.” “Ck, aku sedang memberi tahumu, Elfira. Tidak meminta persetujuanmu. Jadi, setuju atau tidak. Pernikahan ini akan tetap terjadi.” Elfira menatap nanar ke arah pria paruh baya duduk di depannya itu. Dadanya sesak. “Kenapa bisa seperti itu?” tanya Elfira berusaha untuk tidak memperdengarkan suaranya yang bergetar. “Kenapa tidak? Bukankah, Ayah sudah sering meminta, tapi selalu ini reaksimu!?” “Ck, karena aku sudah sering memberi tahu, Ayah. Elfira tidak pernah mau dijodohkan.” Pria itu tidak langsung menanggapi. Ia menghela nafas kasar. Ternyata, keras kepala Elfira masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Memang benar yang dikatakan Elfira. Kalau gadis itu sudah sering menolak setiap kali sang ayah menjodohkannya dengan anak teman bisnisnya. Dan kali ini kembali terulang, tapi bedanya. Namun kali ini bukan anak teman bisnis atau kenalannya, tapi anak sahabat lamanya. Namun seperti sebelum-sebelumnya. Elfira kembali dengan pendiriannya. Tidak ingin dijodohkan. Sebenarnya, Hendri—ayah Elfira juga tidak pernah mau menjodohkan Elfira, tapi karena Elfira yang sudah berusia 29 tahun. Belum juga memiliki kekasih, bahkan ia tidak pernah melihat anak gadis satu-satunya itu jalan bersama pria. Hendri juga banyak mendengar dari berita-berita luar. Mengatakan kalau Elfira seorang lesbian yang suka sesama jenis. Walau Elfira membantahnya dan tidak membenarkannya. Namun tetap saja, Hendri khawatir kalau rumor itu benar. Meskipun, Hendri belum pernah melihat dan membuktikannya sendiri. Akan tetapi, karena Elfira yang harusnya sudah memiliki pasangan atau sudah menikah. Malah masih betah sendiri, bahkan kadang ia menolak mentah-mentah pria yang mencoba mendekatinya. Hal inilah yang membuat Hendri suka sekali menjodohkannya dengan anak teman bisnis bahkan anak sahabatnya. Kalau dulu Elfira selalu lolos dan terus menolak. Kali ini, Hendri akan memaksa dan sedikit egois. Dengan begitu, Elfira akan mau. Juga Hendri tidak akan merasa was-was lagi tentang kelainan yang mungkin memang benar dialami anaknya. “Elfira, Ayah sudah banyak memberimu waktu untuk membuktikan pada Ayah kalau kamu bukan seorang lesbian. Akan tetapi, sekarang tidak lagi. Sebab, kamu tidak bisa membuktikannya. Maka dari itu, biar Ayah menikahkanmu saja dengan anak sahabat Ayah.” Elfira memutar bola matanya jengah. Dulu, Elfira memang pernah meminta pada ayahnya untuk memberinya kesempatan membuktikan kalau Elfira tidak seperti yang orang-orang katakan. Juga yang ayahnya pikirkan. “Ayah, please. Elfira bukan lesbian. Elfira normal,” bela Elfira pada dirinya sendiri dengan nada suara frustasi. “Ck, kalau kamu memang bukan lesbian? Terus ... Kenapa sampai sekarang masih sendiri? Bukankah, Ayah sudah bilang untuk kamu mencari pasangan!?” komentar Hendri. Elfira mengusap wajahnya kasar. Ia tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Karena memang tidak ada kata yang bisa Elfira keluarkan untuk menjelaskan alasannya menolak memiliki pasangan ataupun menikah seperti yang selama ini ayahnya inginkan. “Karena ... karena Elfira belum mau menjalani hubungan, Ayah. Elfira masih mau sendiri. Menikmati hidup Elfira yang—“ “Mau sampai kapan? Sampai Ayah dan Bunda kamu meninggal?” sela Hendri cepat membuat Elfira mendengus sebal. “Astaga, Ayah. Ihh... Jangan berbicara seperti itu! Yang intinya, Ayah sabar saja dulu. Tunggu sampai Elfira siap.” “Tunggu Ayah dan Bunda makin tua dan meninggal. Begitu?” Elfira memutar bola matanya jengah. “Berhenti mengatakan hal itu, Ayah. Yang intinya, Ayah tunggu saja sampai Elfira siap dan mau menikah.” Hendri menghembuskan nafasnya kasar. “Sudahlah, Fi. Yang jelas, Ayah sudah pada keputusan Ayah. Kamu akan tetap menikah dengan pria pilihan Ayah. Setuju atau tidaknya kamu. Pernikahan ini akan tetap berlangsung!” putus Hendri final. Elfira membulatkan matanya. Ia tahu keputusan ayahnya itu tidak lagi bisa diganggu gugat. Elfira tahu siapa ayahnya. Ayahnya tidak akan mengubah keputusannya dengan mudah bahkan dengan keadaan seperti apa pun itu. “Ayah, please! Jangan seperti ini. Aku tidak mau!” rengek Elfira pada sang ayah. Ia meraih tangan ayahnya dan menggoyang-goyangnya seperti seorang bocah yang sedang merengek minta permen pada ayahnya. Hendri tidak memedulikannya. Ia menarik tangannya yang sedang digenggam Elfira, lalu beranjak berdiri meninggalkan Elfira, tetapi sebelum itu. Hendri berbalik dan berkata, “Persiapkan saja dirimu, Elfira. Besok malam, Aditama—sahabat Ayah akan datang bersama keluarganya. Untuk menemuimu di sini!” Lalu, setelah itu. Hendri pun, pergi meninggalkan Elfira yang merasa sangat kesal. Elfira tidak mengatakan apa-apa, ia hanya menatap punggung ayahnya dengan tatapan mengabur karena air mata. Elfira tidak menerima ini, tapi mau bagaimana lagi. Sang ayah menginginkan perjodohan ini tetap berlangsung. Mau atau tidaknya Elfira. Kalah sang ayah sudah memutuskan seperti itu. Tidak akan ada yang bisa menyelamatkan Elfira dari pernikahan yang tak diinginkan. “Ayah egois!” *** Elfira berjalan dengan sempoyongan melewati lobi perkantoran tempatnya bekerja. Sudah seperti orang mabuk, tapi sebenarnya Elfira tidak mabuk. Karena Elfira memang tidak sedang minum. Elfira kepikiran dengan pembicaraannya bersama sang ayah pagi tadi. Tentang perjodohannya dengan anak sahabat sang ayah. Elfira tidak ingin menikah. Bukan karena ia tidak ingin menikah bukan dengan pilihannya. Hanya saja, Elfira memang sudah memiliki prinsip hidup untuk tidak akan menikah seumur hidupnya. Oleh sebab itu, Elfira selama ini tidak pernah terlihat dekat dan menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Hal itu tentu tidak diketahui ayah Elfira. Hanya Elfira dan sahabatnya saja yang tahu hal itu. Ada alasan dibalik Elfira memiliki prinsip hidup yang demikian, dan itu juga hanya diketahui oleh Elfira dan sahabatnya—Elma. Brakk!! Suara itu membuyarkan lamunan Elfira. Juga rasa sakit di punggungnya telah mengembalikan kesadarannya. “Auhh...,” pekiknya kesakitan. Elfira tidak sengaja menabrak seseorang sampai dirinya dan orang tersebut terjatuh di lantai marmer kantor tersebut. “Astaga, kalau jalan pakai mata!” bentak Elfira pada pria yang ditabraknya itu. Pria yang memiliki rahang tegas, hidung mancung, mata tajam seperti elang. Beranjak berdiri seraya menatap tajam ke arah Elfira yang masih duduk di atas lantai marmer. “Seharusnya, Nona. Saat berjalan, kau tidak melamun. Agar tidak menabrak orang, dan sembarangan menuduh.” Suara itu dingin masuk ke dalam gendang telinga Elfira. Setelah mengatakan itu, pria itu pergi meninggalkan Elfira yang mematung di tempatnya. Pria bermata elang itu benar. Elfira yang salah, tapi kenapa ia malah marah-marah pada pria itu? Ah, sepertinya emosi saat berbicara dengan ayahnya masih melekat hingga saat ini. “Sial!!” umpatnya, lalu bangkit dan kembali berjalan menuju ruangannya. Sementara, pria yang tak sengaja ditabrak Elfira. Berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan khusus CEO. Ya, dia adalah Kendra Aditama Pratama—CEO di perusahaan KAP Group. Sebenarnya, Kendra hanya menggantikan jabatan ayahnya yang sudah memilih pensiun dan beristirahat di rumah saja. Kendra anak tunggal pasangan Aditama Wijaya dan Sri Lastri. Kendra duduk di kursi kebesarannya. Mengambil ponselnya di dalam saku jasnya, lantas mendeal satu nomor. “Keruangan saya, sekarang!” ucap Kendra saat sambungan telfon tersambung, lalu setelah mengatakan itu. Kendra lantas memutuskannya sepihan. Kendra kembali meletakkan ponselnya di dalam saku jas, dan duduk bersandar seraya kedua tangannya disatukan, dan diletakkan di atas kepalanya. Tak lama, pintu ruangannya terbuka, dan seorang pria tak kalah tampan masuk. Lantas berdiri di hadapannya. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya pria itu dengan sopan. “Ck, berhenti bersikap konyol, Andra! Di sini hanya kita berdua saja,” ucap Kendra. Andra terkekeh pelan. “Ya, biarkan saja. Aku ingin merasakan memanggilmu, Pak. Lagian, tidak salah bukan!? Kau memang atasan—“ “Berhenti, atau kupecat!” ancam Kendra membuat Andra membungkam mulutnya cepat. Kendra memutar bola matanya jengah. Andra—sahabat Kendra. Andra memang sudah lama bekerja di perusahaan Kendra. Walau Andra bukan anak orang yang kurang mampu, bahkan kekayaan Kendra dan Andra hampir setara, tetapi Andra tidak ingin hidup memakai uang keluarganya. Ia ingin mandiri dengan hasil kerja kerasnya. “Baiklah! Kalau begitu, katakan! Apa yang membuatmu memintaku ke mari?” tanya Andra seraya duduk di kursi kosong di depan Kendra. Kendra menghela nafas kasar, ia lalu mengubah posisi duduknya dengan cara menyilangkan kedua kakinya. “Kau tahu gadis yang bernama ... Elfira?” tanya Kendra dengan tanpa ekspresi. Alis Andra terangkat sebelah. “Ada apa dengannya?” “Ck, bisa kau jawab saja, Ndra!” protes Kendra dingin. Andra hanya menghela nafas kasar. Ya, beginilah sifat Kendra. Dingin, cuek, galak dan menyebalkan. Wajah kaku tanpa ekspresi di sana, namun tidak membuah pesonanya luntur. Kendra memang tampan. “Elfira Agnes Zalia?” tanya Andra memastikan. Kendra mengangguk pelan. “Dia divisi keuangan. Ada apa?” tanya Andra lagi. Kendra mengedikkan dua bahunya. “Ya, mungkin dia. Bisa kau panggilkan dia ke sini!” pinta Kendra. “Untuk—“ “Lakukan saja, Andra! Dan berhenti untuk bertanya lagi!” ketus Kendra memotong ucapan Andra. Andra mendengus seraya beranjak berdiri. “Oklah, manusia Es.” “Ck, aku mendengarnya, Ndra!” Andra hanya terkekeh pelan saja. Lalu pergi meninggalkan ruangan Kendra untuk memanggil Elfira sesuai perintah Kendra. Kendra mengusap wajahnya kasar saat Andra sudah pergi meninggalkan ruangannya. Bersambung!!

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook