Chapter 2

1566 Kata
''Sonya, ayo sarapan.'' Gege memasuki kamarnya, mendapati Sonya tengah duduk terpaku sambil menatap teleponnya yang dipegangnya. Ia lalu mendekat dan menepuk punggung sahabatnya itu. ''Apa kau kerasukan sesuatu?'' Sonya menoleh dan menatap lekat Gege. ''Gawat.'' ''Apa?'' tanya Gege bingung. Tanpa menjawab, Sonya lalu bangkit dari tempat tidur. ''Nevan mau bertemu denganku.'' Alis Gege terangkat, namun wajah wanita itu tidak benar-benar terkejut. ''Lalu?'' ''Aku tidak mungkin kembali ke apartemenku saat ini, wartawan dan media pasti masih berada di depan gedung dan mencurigai setiap mobil yang masuk bahkan petugas kebersihan mungkin juga dipakai mereka sebagai mata-mata,'' terang Sonya sambil berpikir keras. Gege yang masih belum mengerti hanya terdiam sejenak. Ia kemudian berniat keluar dari kamar untuk menuju meja makan. Namun tangannya ditahan oleh Sonya. ''Nevan akan ke sini!'' ''Apa?'' Gege segera berbalik begitu mendengar ucapan wanita itu. ''Apa maksudmu?'' ''Ge, aku tidak mungkin bertemu dengan Nevan di kafe atau restoran , karena pelayan dan pengunjung bisa mengenali kami,'' balas Sonya dengan nada serius. ''Lalu kenapa harus di sini?'' tannya Gege merasa sedikit keberatan. ''Ini tempat yang sempurna untuk pertemuan kami. Namun yang lebih penting adalah ... aku butuh pakaian terbaikmu,'' ujar Sonya lebih memusingkan hal lainnya. ''Maksudmu kau ingin meminjam bajuku?'' Sonya mengangguk dengan cepat. ''Tidak mungkin aku bertemu dengan Nevan dengan penampilan kucel seperti ini. Terlebih aku ini ... seorang selebritis,'' ucapnya meletakkan tangannya di depan d**a. Gege menghela napas frustrasi. ''Bukankah Nevan sudah melihat kecerobohanmu sewaktu mabuk dan tertidur di apartemen Erlangga?'' ''Oleh karena itu, kali ini dia harus terkesan, agar tidak meremehkanku dan ... memanfaatkan gosip tentang kami dengan seenaknya.'' Sonya tahu pasti apa motif Nevan menyetujui rencana gila Erlangga agar mereka mengaku di depan media sebagai pasangan kekasih. Sonya merasa dirinya akan sedikit direpotkan oleh Nevan yang mengakuinya sebagai kekasih untuk lelaki itu menghindari perjodohannya yang telah diatur oleh orang tua Nevan. Pada akhirnya nanti ia yakin bahwa Nevan akan membawanya bertemu dengan orang tua lelaki itu. ''Kau tahu bukan, aku tidak mempunyai pakaian mewah dan glamor seperti kesukaanmu,' ujar Gege yang bukan tipikal wanita yang suka berbelanja pakaian. Ia hanya lebih suka memakai pakaian yang nyaman di tubuhnya dan cenderung membeli pakaian yang unik dan penuh warna. Sonya mendesis sejenak. Ia lalu segera mendekati lemari Gege dan membukanya dengan cepat. ''Kau pasti memiliki sesuatu yang bisa kupakai?'' Tangan Sonya kemudian putus asa memilah pakaian Gege yang kebanyakan hanya berjenis kaus oblong, sweater, jaket denim atau overall. Bukan sama sekali gaya berpakaiannya. ''Kau benar-benar tidak mempunyai pakaian yang menunjukkan sisi feminim dan keluguan?'' tanya Sonya menyipitkan mata. Gege mendengus pelan. ''Kau bahkan tidak lugu Sonya.'' ''Bagaimanapun aku butuh kesan wanita yang sempurna di hadapan Nevan nanti,'' balas Sonya kini memijit pelipisnya. ''Oh sepertinya aku ada.'' Gege yang mengingat sesuatu kemudian membuka lemarinya yang satu dan Sonya mengetahui dengan jelas bahwa itu lemari berisi pakaian Gege yang sudah tidak terpakai, namun masih layak dan biasanya Gege akan memilah-milihnya untuk disumbangkan ke yayasan amal yang membutuhkan. Gege kemudian mengeluarkan salah satu baju bergaya printed long dress yang berwarna putih dengan corak bunga kecil yang emnimalis dan Sonya mengenal dengan jelas gaun panjang tersebut. ''Kau tidak pernah memakainya?'' tanya Sonya kini menatap serius Gege. Gege mengulas senyum tipis. ''Pernah ketika merayakan hari itu.'' Sonya mendengus pelan. ''Aku memberimu tahun lalu gaun ini sebagai hadiah ulang tahun. Kau tahu? Ini merek Chanel dengan edisi musim panas terbatas!'' ''Kau tahu bukan Sonya bahwa gaun seperti ini bukan gayaku dan sesuatu yang bukan diriku, membuatku tidak akan nyaman memakainya,'' kilah Gege menjadikan Sonya berdecak lidah. ''Baiklah. Kurasa ini cukup. Aku akan mandi dan ... kau pasti punya pakaian dalam baru bukan?'' Tawa Gege langsung membahana. ''Tentu saja, pelancong sepertiku selalu punya persiapan seperti itu.'' Tanpa membuang waktunya Sonya segera masuk ke kamar mandi untuk selanjutnya bersiap nanti, sebelum Nevan datang ke apartemen Gege. ♡♡♡ Pada tempat lain, Erlangga kini menikmati waffle dan americano sambil menatap Nevan yang terlihat santai membaca artikel melalui ponsel lelaki itu. ''Kau benar-benar ingin tahu tentang Sonya?'' tanya Erlangga serius. ''Bagaimanapun beritanya sudah keluar dan Sonya telah mengkonfirmasinya atas kesepakatan kami ... kurasa sebentar lagi Ibu akan mendengar kabar itu dan ... meminta bertemu dengan Sonya,'' jelas Nevan dengan santai. Erlangga mengusap dagunya. ''Baiklah. Sonya debut beberapa tahun sebelum aku melakukannya.'' Erlangga yang diharapkan akan membantu Nevan bekerja di perusahaan, nyatanya memutuskan terjun ke dunia hiburan setelah lulus kuliah jurusan Teknik Arsitektur. Menjalani kuliah susah payah, tidak membuat lelaki itu berniat berkarier pada bidang tersebut. ''Apa yang ingin kau ketahui soal Sonya?'' tanya Erlangga ingin mengetahui lebih spesifik informasi yang ingin didapatkan oleh kakak laki-lakinya itu. ''Sifat, latar belakang keluarga, pendidikan, skandal dan ... mantan kekasihnya.'' Erlangga melongo mendengar perkataan Nevan. ''Aku menjawabnya, bukan berarti aku kenal baik dengan Sonya. Beberapa kudengar dari rekan selebritis lainnya. Kau tahu bukan, beberapa artis wanita yang iri akan kesuksesan Sonya sering membicarakannya.'' Nevan mengangguk kecil. ''Kau sendiri bertemu pertama Sonya di lokasi syuting?'' Kepala Erlangga menggeleng dengan cepat. ''Aku bertemu dengannya ketika kuliah di Amerika Serikat, tapi ... secara sifat aku akan mengatakan sesuai kesannya terhadap Sonya ketika bertemu wanita itu. Sonya baik dan ... apa yang cerminan dalam layar kaca dan artikel, sebagian besar tidak seperti itu.'' Erlangga menyinggung tentang bagaimana pemberitaan terus menggambarkan sosok Sonya yang glamor, elegan, seksi dengan tubuh berbalu berbagai brand ternama. ''Latar belakang keluarga?'' Erlangga termenung sejenak. ''Sonya jarang menyinggung soal keluarganya, menurut artikel ibunya telah meninggal dan ayahnya tinggal di luar negeri,'' lanjutnya bercerita. ''Bagaimana dengan pendidikan dan mantan kekasihnya?'' tanya Nevan sekali lagi. Erlangga berdecak lidah. ''Pendidikan? Apa hubungannya dengan kesepakatan kalian? Tenanglah, Sonya itu sarjana dan ... soal mantan kekasih, yang kuketahui ... selama menjadi artis, Sonya hanya pernah menjalin hubungan dengan dua lelaki.'' ''Siapa mereka?'' ''Hm, pertama adalah seorang pemain sepak bola dan mantan Sonya katanya minta putus, karena Sonya hampir tidak punya waktu untuk sang mantan. Kemudian yang kedua adalah sesama pemain film, tapi rumor mengatakan bahwa mereka menjalin hubungan untuk menaikkan pamor film yang mereka bintangi,'' jelas Erlangga terperinci. ''Mereka terlibat cinta lokasi?'' tebak Nevan. Erlangga menjentikkan jari membenarkan. ''Walaupun sudah banyak penyanyi ataupun aktor lain menyatakan perasaannya kepada Sonya.'' ''Bagaimana kau tahu?'' ''Karena sebagian besar adalah temanku di dunia hiburan. Bahkan beberapa di antaranya tergila-gila pada Sonya.'' ''Lalu skandal?'' '''Terbaru adalah penyalahgunaan obat-obatan terlarang, tapi Sonya dibebaskan, karena negatif, meski itu ditemukan di tasnya.'' Nevan kemudian bangkit berdiri. ''Aku mengerti.'' Ia berbalik badan dan berlalu pergi. Meninggalkan Erlangga yang kini bersedekap di depan d**a. ''APakah Nevan bisa mengatasi Sonya?'' Ia tidak menampik bahwa beberapa sifat Sonya menurutnya cukup gila juga. ♡♡♡ Nevan menyetir langsung menuju salah satu gedung apartemen di mana Sonya memberinya alamat melalui telepon tadi. Ia bisa melihat bahwa apartemen tersebut bukan yang terbaik di Jakarta, tetapi menarik karena berada di dekat lautan. Seperti dugaannya, ia sama sekali tidak melihat wartawan atau kerumunan orang, sehingga bebas untuk masuk lobi. Kaki kemudian naik ke salah satu unit apartemen yang disebut oleh Sonya tadi. Begitu berdiri di depan pintu, ia segera memencet bel dan pintu apartemen terbuka. Menampilkan sosok Sonya yang sudah berpakaian rapi dengan hiasan wajah, lengkap dengan kacamata hitam. Tidak lupa boots panjang berhak tinggi yang juga dipakainya. ''Ayo masuk,'' seru Sonya pelan memandang Nevan dai balik kacamatanya. Ia lalu menjatuhkan bokongnya di atas sofa. Sedangkan Nevan duduk di depan Sonya sambil menatap datar wanita itu. ''Jadi apa tujuanmu mau bertemu?'' tanya Sonya melipat kakinya satu sama lain. ''Apakah kau tidak merasa gelap? Kau membelakangi jendela dan ini terlalu pagi untuk memakai kacamata hitam ... bukan, ini bahkan di ruangan tertutup,'' ujar Nevan meragukan analisis sifat Sonya yang didengarnya dari Erlangga tadi. Tanpa Nevan sadar, ada Gege yang terkekeh mendengar penuturan pria itu dari balik pintu kamar. Sonya mendengus pelan. Ia melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di atas meja. ''Kenapa kau ingin bertemu?'' tanyanya kini ketus. ''Kurasa kita butuh bukti untuk membenarkan tentang hubungan kita,'' ujar Nevan menjadikan dahi Sonya berkerut. ''Bukti?'' ''Kau pikir media dan masyarakat akan langsung percaya?'' Sonya tersenyum miring. ''Mereka hanya butuh konfirmasi dariku. Lagipula kencan setiap artis selalu privat.'' ''Tapi tidak denganku,'' balas Nevan dengan cepat. ''Apa maksudmu?'' tanya Sonya tidak mengerti. ''Ibuku sebentar lagi mungkin ingin bertemu denganmu,'' jawab Nevan dengan wajah serius. Sonya berusaha tetap tenang. ''Ibumu pasti mengenalku. Dia pasti akan langsung percaya, cukup kita bertemu nanti tanpa harus ada bukti segala,'' ujarnya merasa bahwa bukti yang diinginkan Nevan akan terasa merepotkan baginya. ''Ibuku tidak mengenalmu.'' Tangan Sonya melambai. ''Tidak mungkin. Wajahku hampir setiap hari menghiasi layar televisi melalui iklan. Belum lagi jika diundnag ke acara on air dan pemutaran filmku,'' tuturnya terdengar sombong. ''Ibuku tinggal di luar negeri. Dia seorang diplomat di Belanda,'' balas Nevan menjelaskan dengan cepat. Hal itu kemudian membuat Sonya terdiam. Ia mengira bahwa ibu Nevan mungkin ibu rumah tangga biasa atau kau sosialita yang sering ditemuinya. Namun kata diplomat membuatnya langsung membayangkan bahwa ibu Nevan bukan jenis wanita yang bisa dibuatnya terpesona dengan senyuman manis dan foto bersama. ''Jadi jika dia ingin bertemu denganku, maka ... aku harus terbang ke Belanda?'' tanya Sonya memikirkan hal lainnya. Nevan mengangguk pelan. ''Ibuku tidak bisa meninggalkan pekerjaannya di sana. Sekarang ... bisa kita bicara tentang membuat buktinya?'' Sonya menggigit bibir bawahnya. Merasa bahwa rencana awal Erlangga kini malah menjebaknya dalam sebuah kerumitan yang sangat kompleks. ''Baiklah, aku mengerti,'' balasnya dengan helaan napas panjang, lalu mulai melepas satu per satu boots yang dipakainya. Menjadikan Nevan mengangkat sebelah alisnya begitu melihat kaki polos Sonya yang kukunya telah dicat merah. Terlebih lagi Sonya seolah merenggangkan kedua kakinya itu. ♡♡♡
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN