Sejak kelima sahabatnya itu datang kerumahnya, lalu duduk manis bersamanya, tak sekalipun Richard memedulikan tatapan penuh curiga yang diberikan mereka semua. Mereka adalah tiga pria dan dua wanita. Kelima manusia yang bebas mendatangi rumahnya, karena Richard tidak mengijinkan sembarang orang memasuki kediamannya.
Yang dilakukan Richard sejak tadi hanyalah menenggelamkan diri dengan memerhatikan layar Tablet yang sejak tadi berada dikedua tangannya. Entah itu untuk memeriksa saham perusahaannya, atau mengecek email penting, Richard memang akan selalu tampak serius ketika mulai berkutat dengan hal yang berbau pekerjaannya.
“Tidak ada siapapun.” Bisik Helena pada wanita yang duduk disampingnya, Kate.
“Sudah kubilang, jangan memercayai gadis bodoh itu.” timpal Kate turut berbisik.
Richard mendesah panjang, merasa terganggu dengan bisikan-bisikan Helena dan Kate yang tidak dapat dikatakan pelan. Sekalinya ia mengangkat wajahnya kedepan, pria ini kembali dibuat bingung dengan kelakukan ketiga pria yang sibuk memerhatikan sekeliling rumahnya.
“Ada apa dengan kalian?” tanya Richard langsung.
Kelima orang itu tersentak bersamaan, lalu sama-sama menampakkan cengiran polos.
“Dimana dia?” tanya Daniel tanpa mau berbasa-basi lagi. Mereka semua sudah amat sangat penasaran dan rasa itu tidak bisa terbendung lagi.
“Dia?” ulang Richard, sebelah aslinya melengkung keatas menandakan ketidak tahuan.
“Ck,” Kate berdiri tegak, melipat kedua tangannya didepan d**a, lalu menatap pria itu dengan kedua mata menyipit. “Kami sudah mendengarnya dari Rachel. Kau sudah memiliki seorang kekasih, kan? Tega sekali kau tidak mengatakannya pada kami.”
Mulut Richard tampak sedikit menganga. Rachel sialan, makinya dalam hati. Tidak menyangka kalau gadis itu sangat cepat dalam hal menyebarkan gosip tentang dirinya. Menghela napas malasnya, Richard kembali menunduk dan melanjutkan apa yang tadi ia lakukan. Mengacuhkan kelima orang yang sedang menatapnya dengan tatapan lapar adalah pilihan yang terbaik.
Daniel dan kekasihnya, Kate, itu sama saja. Selalu tampak sangat peduli mengenai kehidupan pribadinya. Richard tidak menampik, kalau diantara kelima orang itu, dia memang lebih sedikit terbuka pada mereka berdua. Tapi, terkadang Richard sangat menyesal dengan pemikirannya karena setelah bercerita pada mereka, maka rahasia pribadinya akan menjadi konsumsi umum, dalam arti jika Helena, Brian, Kevin dan Rachel juga pasti mengetahuinya.
“Richard, hellooooooo.” Teriak Helena karena tidak juga mendapatkan jawaban dari pria itu.
“Sejak kapan kalian memercayai Rachel?”gumam Richard datar, menatap kelima sahabatnya. “Aku tidak memiliki kekasih, oke? Jadi jangan bertanya mengenai omong kosong itu.”
Hampir saja Kevin menyahuti apa yang baru saja dikatakan oleh Richard, tiba-tiba fokusnya teralih pada sosok wanita yang hanya memakai kemeja putih-milik lelaki-dan yang pasti adalah milik Richard-sedang berjalan menuruni tangga. Wanita itu berjalan sembari memegang tengkuknya dan menggerak-gerakkan lehernya seperti bagian itu terasa sangat pegal. Rambutnya digulung asal keatas, hanya menyisakan beberapa helai disisi wajahnya.
Bukan hanya Kevin yang termangu melihat sosok itu, kini keempat orang lainnya turut melakukan hal serupa. Bahkan Brian, pria playboy itu tak dapat lagi meneguk ludahnya meski mulutnya hampir saja menumpahkan air liurnya keatas lantai.
Sosok itu begitu terlihat cantik dimata mereka.
Richard yang merasakan tatapan aneh sahabatnya, turut menoleh kearah dimana Olivia sedang berjalan santai menuruni tangga. Bibir pria itu kontan menipis tajam saat menatap lekat paha mulus Olivia yang tampak begitu terekspos. Wanita itu mengenakan kemeja yang ia pakai sebelum mereka sempat bermain diatas ranjang beberapa waktu yang lalu. Meski Rachel mengatakan Olivia baru dapat disentuh sekitar satu minggu kedepan, tapi Richard yang selalu haus akan tubuh wanita itu terpaksa hanya melakukan permainan kecil siang ini.
Tepat saat kedua kaki telanjang Olivia berada dianak tangga terakhir, wanita itu mulai menyadari ada beberapa pasang mata yang sedang memerhatikannya, “Oh.” Gumamnya terkejut.
“She’s hot.” Gumam Brian tanpa mengalihkan pandangannya.
“s**t!” kali ini Kevin yang mengumpat, segera menatap Richard penuh tuntutan. “Seriously?”
Bukan tidak beralasan jika mereka semua tampak terkejut seperti itu. Ya, Richard tampan, kaya, dan begitu dipuja oleh kaum hawa. Melihat beribu wanita yang mengelilinganya, tentu saja seharusnya mereka tidak lagi harus terkejut melihat Olivia. Tapi, yang mereka bicarakan saat ini adalah Richard. Richard William, seorang pria yang tidak menyukai komitmen, hanya akan memakai sekali pada satu gadis lalu membuangnya begitu saja. Dan, important point, seorang Richard tidak akan mungkin dan tidak akan pernah, memperbolehkan wanita manapun memasuki rumahnya, atau lebih tepat kamar pribadinya, karena Kate, Helena dan Rachel terkecuali.
Jadi, tentu saja mereka semua mulai berpikir, jika sosok Olivia pasti berada ditempat spesial dalam hidup Richard.
Richard berdehem pelan, menatap serius pada Olivia yang masih berdiri dengan wajah bingung menatap kesemua orang, “Ganti pakaianmu.” Perintahnya dengan suara rendah dan juga tajam hingga Olivia mengangguk cepat dan kembali keatas setelah tersenyum sopan pada orang-orang yang masih memandanginya takjub.
Helena adalah orang pertama yang lebih dulu memberondonginya dengan pertanyaan yang membuat Richard menggeram kesal.
“Kenapa kau tidak pernah mengatakannya pada kami? Sejak kapan kau berpacaran? Tunggu, siapa wanita itu? Apa kau memang sudah benar-benar berubah? Sudah berani berkomitmen, huh? Richard, aku sungguh tidak tahu harus bahagia atau segera memeriksakan diriku pada Rachel. Aku benar-benar shock!”
“Helen-”
“Dia sangat cantik, dude. Kau benar-benar pemilih yang baik. Ya, sekarang aku mengerti kenapa selama ini kau selalu menjadi seorang laki-laki yang tak terjamah.” Puji Kevin bangga, sambil merangkul bahu Richard.
“Argh…” erang Richard frustasi. “She’s not my girlfiriend, ok?” bentaknya dan menyentakkan rangkulan Kevin dibahunya.
Mereka semua termangu tidak mengerti.
“So? Who is she?” tanya Helena penuh kehati-hatian. Mencari aman demi keselamatannya sendiri karena jika Richard sudah mengerang frustasi, maka pria itu akan menjadi sangat mengerikan.
“My mistress,” jawabnya pelan, dan tanpa sadar, Richard melirik kearah tangga dengan tatapan penuh hati-hati. “Bisakah kalian untuk tidak ikut campur dalam urusanku kali ini?” semburnya kesal.
“Tunggu,” Kate yang merasa tidak puas akan jawabannya menyela seketika. Dia mendekati Richard dan menatap pria itu lekat. “Kau tidak pernah mau melakukannya selama ini. Maksudku, bersama seorang wanita dalam waktu lebih dari satu malam. Tapi kenapa sekarang kau…”
“She’s coming, honey.” Tegur Daniel setengah berbisik ketika matanya menangkap kedatangan Olivia yang kini telah berganti pakaian. Olivia tetap terlihat cantik meski sedang memakai jeans dan kaos ketatnya.
Richard segera mengulurkan sebelah tangannya ketika Olvia mendekat. Menarik pinggang Olivia hingga tubuh mereka merapat satu sama lain, lalu membawa Olvia mendekati sahabat-sahabatnya.
“Perkenalkan, dia adalah Olvia Sinclair. Dan Olivia, mereka adalah teman-temanku. Daniel, Kate, Kevin, Brian, dan Helena.” Richard menyebut satu persatu nama mereka.
“Hai.” Sapa Olivia dengan senyuman terbaiknya dan mampu membuat mereka semua turut membalas senyuman Olivia.
Helena melirik rangkulan Richard diatas pinggang Olivia, melihat bagaimana posesifnya cara Richard memeluk wanita itu, Helena mulai merasa ada yang berbeda dari diri Richard kali ini. Richard tidak pernah mau mengenalkan salah satu mainannya untuk satu malam kepada mereka.
Wanita itu juga melemparkan tatapan penuh artinya pada teman-temannya yang lain hingga mereka semua mulai tersenyum mengerti.
***