14. Empat Mata

1808 Kata

Ando berdiri tegap menatap pekarangan rumah berlantai dua di hadapannya kini. Suasana rumah yang asri melingkupi rumah ini, dengan berbagai jenis tanaman bunga dan juga beberapa pohon rindang yang menambah kesan sejuk dan hijau untuk sekedar melepaskan penat dari kepadatan kota Jakarta yang penuh polusi. Semburat jingga di ujung senja pun kini mulai menenggelamkan dirinya secara perlahan, digantikan dengan langit hitam yang mulai menerangi langit. Hembusan udara sore ikut membuat Ando menghembuskan napasnya barang sejenak, sebelum ia dengan langkah pasti memasuki rumah di hadapannya. Dalam hati ia berharap bahwa dugaannya kali ini benar, bahwa apa yang sedang dicarinya kini memang ada di rumah ini. Dengan pelan ia mengetuk daun pintu di hadapannya. Tak lama kemudian, terdengar suara sah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN