Prolog
“Permisi, saya ingin bertemu Mr. Scoth”
Seorang wanita kudengar mencariku di meja resepsionis, aku yang baru memasuki gedung kantor dan berjalan menuju lift, hanya menyunggingkan senyumku mengetahui itu.
Hahhh dilihat dari tampangnya saja, dia pasti mudah termakan gossip tentang diriku. Benar saja kulihat dia sedang saling bisik dengan wanita di meja resepsionis itu. wajahnya dapat kulihat seperti mendengar akan dimakan hantu.
Hantu, yah hantu itu aku, Si Vampire abad 21. Satu perusahaan memanggilku begitu. Aku yang berkulit pucat, dan selalu lemah saat kekurangan darah jadi seperti orang sekarat yang haus akan darah. Karena itulah aku di sebut Vampire CEO.
Sesungguhnya bukan karena aku benar-benar menggigit, tapi karena penyakitku yang membuatku harus ‘meminum’ darah, tepatnya transfuse. Aku menderita penyakit genetic, kudengar aku dikutuk karena ayahku dulu telah membunuh banyak orang karena kegagalan produksi produk perusahaan. fenol yang jadi limbah industry tumpah ke area warga, banyak dari mereka yang mati terkena kanker dan gangguan system pernapasan karena insiden itu. ayahku, David Scoth pemilik GLOBAL holding industry perusahaan eletronik terbesar se-asia tetap bebas menjalankan perusahaan ini, sampai saat ini. dan akulah yang jadi terkana kutukannya, menjadi vampire begitu cerita yang beredar dikalangan perusahaan saingan. Berbeda lagi cerita yang beredar tentang diriku jika sudah memasuki perusahaan.
Toktok
“ya masuk”
“Mr. Scoth ini sekertarismu yang baru”
Kelly memperkenalkan sekertaris baruku.
“ya, bawa dia kehadapanku”
Jawabku malas, entahlah sejak tadi pagi aku tak bisa mendapat energy bahkan setelah makan yang katanya cukup bergizi. Memang yang bisa membuatku bersemangat dan merasa hidup hanyalah darah.
“selamat pagi Mr. S-scoth”
Ahh bicaranya terbata-bata, sudah pasti ia gugup dan takut sekali padaku. Kulihat pakaiannya dengan kemeja ketat dan rok yang berada beberapa centi diatas lututnya. Aku menebak semula pasti ia sempat membayangkan cerita romance antara sekertaris dan CEO. Tak apa, toh mungkin itu bisa saja terjadi, lagi pula wajahnya cukup cantik.
“saya Irene, sekertaris baru anda”
Ucapnya, aku berjalan mendekat kearahnya,
Trak trak
Suara leherku yang ku patahkan kekanan dan kekiri. Ku longgarkan dasiku dan berdiri didepannya. Kepalaku tiba-tiba pening. Namun masih kutatap perempuan cantik di hadapanku itu. aku menunduk untuk bisa sejajar dengan wajahnya,
“bisakah, kamu… ah tidak, aku ingin..”
Aku linglung atas apa yang harus kuucapkan padanya, pandanganku buyar dan aku mencoba bertahan dengan memegang bahu dan leher perempuan di hadapanku ini.
“ingin..”
Pluk, kepalaku kujatuhkan pada bahu Irene, sekertaris baruku itu.
“AAAAAAAAA!!!!!!!!!”
Tiba-tiba saja dia berteriakk, semua orang di lantai 64 ini langsung melihat keruanganku yang transparan. Mereka saling berbisik, aku sudah hapal apa yang mereka bisikan itu.
“wah korban baru Mr. Scoth”
Itu salah satunya
“Aaron gila!!!”
Umpat William, adik iparku yang juga berdiri di ambang pintu.
Irene langsung bersujud mengesekan kedua tangannya.
“jangan bunuh saya, jangan ambil darah saya, saya mohon”
Ucapnya dengan nada yang ketakutan seperti akan aku bunuh. Aku bersandar pada meja di belakangku, kepalau sangat pening sampai tak bisa berdiri dengan tegak.
“bawa dia keluar”
William meminta Mr. Park sekertarisnya untuk membawa Irene yang sedang bersujud memohon itu keluar ruanganku.
“hey, jika begini, kamu hanya akan terus mendapat rumor tak jelas”
“Will, sepertinya aku harus bertemu Lisa, aku sudah tak bertenaga dan ingin darah”
“cara bicaramu itu benar-benar menakutkan. Perbaiki! kamu ini membutuhkan transfuse darah karena thalassemiamu itu. ingin darah, cih.. pantas saja semua orang mengira kamu itu langsung meminum darah itu”
Aku hanya mengabaikannya.
“ah, satu lagi berhenti meminum jus berwarna merah pekat itu, itu hanya akan membuatmu seperti benar-benar vampire yang bisa menghabiskan darah semua karyawanmu”
Padahal aku ingin sekali jus buah berry mix yang warnanya entah kenapa bisa seperti darah itu.
“kalau aku ingin?”
“tak boleh”
“ahh untuk apa aku jadi CEO jika tak bisa mendapat apa yang kumau”
Hahh kepalaku pening,
“pendonormu, sepertinya menghilang kembali”
William berkata begitu sudah ke 6 kalinya dalam satu bulan ini. karena sulit mendapatkan donor dari golongan darah bombai, kudengar perbandingannya 1:10 ribu ras di Asia.
Sesungguhnya hal yang mudah bagiku untuk mendapatkan data siapa saja yang memiliki golongan darah itu, namun yang bersedia dan bisa menjadi pendonorku hanya beberapa, bisa kuhitung jumlahnya. Itu karena Jennie. Adik tiriku yang kutahu ia selalu membuat para pendonorku menghilang. Agar aku bisa segera lenyap dari dunia ini.
Brakkk
“berhenti membanting barang seperti itu, kamu ini menakutkan tahu itu”
Kepalaku pusing dan aku sangat butuh energy beginilah jadinya.
Will memperingatkanku.
“Mr. Park apa aku menakutkan?”
“ya, dan pemarah”
Ckk aku mendecak pada jawaban sekretaris Will itu.
“kamu ini jika terlalu jujur seperti itu tak bisa punya pacar nanti”
Godaku padanya,
“ngaca! Wanita mana yang mau pada pria pucat, pemarah, dan sukanya menghabiskan darah”
Will berkata begitu sambil memberikan cermin padaku, niat sekali dia itu.
Drrrttt
Kulihat Lisa menelponku, dia satu-satunya andalanku. Dokter yang merawatku.
“sepertinya ini adalah jadwalmu untuk mendapat terapi kelasi”
Benar juga ucapan Will, aku harus mendapat suntikan untuk menarik zat besi dari dalam tubuhku.
“aku akan pergi menemui Lisa, soal tander bisa kamu urus itu dulu?”
Tanyaku pada Will
“okey, pastikan Lisa bisa mendapat pendonor lagi untukmu sabtu ini”
Sabtu, itu lusa. Hari dimana aku harus mendapatkan dua kantung darah. Bagaimana jika aku harus .. ah tidak bagaimanapun caranya aku harus mendapatkannya.
Aku berjalan keluar ruanganku, semua orang tiba-tiba menunduk beberapa bersembunyi begitu aku membuka pintu. Sudah biasa seperti itu. terbesit untuk mejahili para wanita yang sedang menggosipkanku di belakang.
“Arrrrrrr”
Aku berbalik dan bersuara begitu, gigiku yang rapi kutampakan pada mereka. dengan tangan yang kuarahkan pada mereka.
“AAAAA!!!”
Jeritan kedua di hari ini. tiga karyawan wanita itu menjerit dan kabur berlari, bersembunyi dariku. Aku berhasil menakut-nakuti mereka. Percayalah aku hanya bersikap seperti ini pada karyawan di lantaiku, lantai 64. Lantai paling angker kata mereka di perusahaan ini. begitu aku turun, aku hanya berusaha mengacuhkan semua karyawan di sana, bersikap dingin pada mereka.
“Arooon!!!”
Will berteriak dari dalam ruanganku, selalu begitu disaat aku selalu sedang asyik menjahili karyawan disini, Will selalu memarahiku. Aku terkadang bingung dengan sikapnya. Berbeda sekali dengan istrinya yang sangat membenciku karena menduduki kursi CEO. Will hanya selalu berada di tengah, netral dan tak memihak kubu manapun. Bahkan untuk banyak hal ia selalu membantuku menjalankan perusahaan. kupikir dia satu-satunya orang yang bisa kupercaya di perusahaan ini.
**
Sudah berada dalam perjalanan menuju Lisa. Hampir setiap hari aku bertemu dengannya, rumahnyapun sudah seperti rumahku. Berbaring dalam ranjang di ruang pemeriksaannya terasa lebih nyaman dari pada di rumahku sendiri. Mungkin karena disana aku bisa dengan mudah mendapat beberapa suntikan obat, dan begitu beberapa selang juga cairan masuk kedalam tubuhku, itu sangat menenangkanku.
Aku kini sudah berdiri di tempat yang bisa memberiku kenyamanan itu.
“hhh…inilah yang kubutuhkan saat ini”
Masih terlalu pagi untuk datang sesungguhnya, aku biasanya datang di sore hari. Tapi karena hari ini aku butuh deferiprone, begitu Lisa memanggil nama suntikan itu.
Tertera plang di depan gedung berwarna putih ini,
Dokter anak Lisa Gill ahli hemato-onkologi.
Aku masuk dengan santai,
“Lis- WOW”
Aku terkejut Lisa hanya mengenakan kaos dengan celana dalam saja.
“ow shittt Aaron what are you doin’ here???”
Lisa melempariku dengan cemilan yang dipegangnya.
“aku pasienmu hari ini tapi, tampaknya dokterku- emmm”
Aku melakukan screening pada tubuh dokter wanitaku ini. di balik kaus kebesaran yang dikenakannya d**a yang terbungkus bra hitam cukup besar, c cup. Dan bootsnya yang lumayan up waw kenapa aku tak pernah meliriknya.
“diam di situ”
Peringatan dari Lisa, aku hanya menuruti sambil tersenyum nakal. Lisa menuju bilik pemeriksaan. Tapi masih kulihat bayangan dari baliknya, kulihat dirinya sangat mempesona hanya dari bayangannya saja.
“kamu ini sangat menyebalkan, untuk seorang yang mengalami gangguan produksi sel darah merah, kupikir penderita sepertimu akan hanya terbaring lemah tak bertenaga di tempat tidur”
Ucapnya dan telah berubah berpakaian seperti Lisa biasanya, jas putih dan yah kutahu seragam kerja berwarna birunya.
“jika aku seperti itu, semua orang akan dengan mudah meletakan bantal di kepalaku dan membuatku kehabisan napas kemudian di kuburkan”
“jadi apa maumu?”
Aku langsung memberikan tanganku, yang sudah banyak titik-titik disana. Selama 30 tahun lebih aku telah mendapat suntikan itu. dulu sekali ayahnya yang melakukan itu untukku, dan kini anak yang dulu selalu bersembunyi saat melihatku menyerap darah sudah berubah menjadi orang yang membantuku melakukan transfuse itu.
“pendonorku, dia menghilang lagi, apa aku bisa mendapat darah untuk minggu ini?”
“apa?? Lagi?”
Lisa sangat terkejut mendengar itu.
Aku hanya diam, aku tahu sangat sulit bagiku untuk bertahan, terlalu banyak orang yang ingin membuatku lenyap dari dunia ini.
“tenanglah.. aku mendapat kabar dari bank donor ada seseorang yang mau mendonorkan darahnya yang juga sama bombai denganmu”
aku menatap Lisa, dia tersenyum padaku. Tadinya kupikir aku akan terbaring di rumah sakit karena tak bisa mendapatkan donor darah.
“seharusnya kamu mengatakan itu sejak awal, jadi aku tak perlu resah seperti tadi”
“berikan datanya padaku”
Pintaku,
“ehm, itu tak bisa”
Untuk pertama kalinya ia menolak permintaanku
“kenapa? Aku akan menemuinya dan hanya berterimakasih padanya, hanya itu. setidaknya dia mau membuatku bertahan dalam seminggu kedepan”
“hanya itu? tak akan memberinya uang dan memaksanya untuk menjadi makananmu?”
“Makanan” aku ini bukan kanibal, dan akupun tak meminum darah segar langsung dari nadi-nadi mereka. meskipun ia sudah biasa mengatakan itu padaku, tapi mendengarnya masih saja membuatku kesal.
“ya”
Singkat kujawab.
“aku peringatkan padamu, jika kamu sampai ingin menemuinya.. ingat aku, jangan pernah menemuinya! Dia seorang petarung, atlit yang suka bergelut di sebuah ring”
Aku menaikan alisku, manatapnya tak percaya, atlit? Petarung? Waw.
“baik, kirimkan saja datanya padaku”