Trauma

1084 Kata
            “Tuan Muda?” Nicolin sigap menjaga keseimbangan Tuan Mudanya dengan menahan tubuh Gilbert sebelum bangsawan muda itu jatuh pada lantai batu. Gilbert menatap sekelilingnya dengan kedua bola mata terbelalak dan napas yang tak beraturan. Kilasan kejadian sebelum ia bertemu Nicolin terulang di ingatannya, membawa kenangan buruk itu bersamaan ketika ia menatap aula bawah tanah yang tengah diterangi oleh bola-bola cahaya kemerahan milik Nicolin. Tempat itu, adalah tempat yang sama dengan aula pemujaan yang digunakan orang-orang dari sekte sesat yang menculik Gilbert dan hendak menggunakannya sebagai persembahan kepada iblis. Gilbert memegangi perutnya, desakan rasa mual yang begitu hebat menyerang, membuat pijakan kakinya semakin lemas seiring dengan ingatan-ingatan tragedi itu yang terus menyerang mentalnya secara bertubi-tubi. “Tuan Muda?” Gilbert menarik kerah pakaian Nicolin. Dari wajahnya jelas sekali bahwa ia tengah begitu marah meski sekaligus menahan rasa mual di perutnya. “Kau! Kau tahu tempat ini tetapi sengaja tidak mengatakannya!” seru Gilbert murka. Nicolin menatap bingung. “Aku tidak mengerti maksud Tuan Muda. Kita baru saja kemari bukan?” Gilbert mencengkram pakaian Nicolin karena rasa tidak nyaman di perutnya yang semakin parah. Napasnya semakin tak beraturan. Gilbert tidak tahu jika kembali ke tempat di mana ia hendak dikorbankan sebagai persembahan sebelumnya membuatnya mengalami serangan mental dan fisik hingga seperti ini. Apakah ia merasa trauma? Gilbert bahkan sama sekali tidak pernah memikirkannya. “Panggil namaku, Tuan Muda. Aku akan melakukan apapun yang kau ucapkan.” Gilbert merasakan seluruh tubuhnya benar-benar lemas. Getaran dalam jiwanya membuat ia tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Ia selalu berpikir bahwa dirinya sudah cukup berani menghadapi ingatan tragedi itu. Pada kenyataannya, sudut hatinya masih menyimpan sebongkah paranoia, membuatnya lemah karena hal itu. Sang bangsawan Grey jatuh dalam pangkuan Nicolin dengan napas tersengal-sengal. Seluruh kulitnya terasa begitu dingin. “Tuan Muda?” Nicolin menepuk pelan pipi Gilbert, berusaha keras mengembalikan kewarasan Tuan Mudanya. “Nicolin…. Nicolin…. Nicolin…” Gilbert menggumamkan nama sang pelayan berulang kali, berusaha keras mengembalikan kesadaran dirinya sendiri pasca trauma yang menyerangnya secara mendadak. Seluruh bayangan kerangkeng, darah, dan rantai-rantai pada waktu itu silih berganti muncul di kepalanya, sementara Gilbert berusaha mengingatkan dirinya sendiri bahwa ia tidak lagi berada pada situasi itu, ia telah bebas dan Nicolin bersamanya. Namun sepertinya, hal itu tidak berhasil. Genggaman tangannya pada pakaian Nicolin begitu erat hingga kuku-kuku jemarinya memutih. Nicolin meraih dagu yang Tuan Muda, membuatnya membuka mulut hingga lidah Gilbert yang bertanda kontrak mereka tampak jelas di pandangan Nicolin. Pelayan iblis itu meletakkan telapak tangannya, di mana tanda perjanjian mereka tertera dan membuat Gilbert kehilangan kesadaran seketika. Segera Nicolin mengangkat tubuh sang Tuan Muda. Nicolin harus Sebisa mungkin menghindari pertanyaan semacam mengapa sang Tuan Muda pingsan di dalam gendongannya secara tiba-tiba sekaligus berusaha keras agar jangan sampai berpapasan dengan bangsawan-bangsawan yang ada di istana termasuk keluarga Kerajaan. Sungguh waktu dan tempat yang buruk mengingat mereka masih berada di wilayah istana, di mana hampir seluruh penghuni istana mengenal Gilbert dengan baik. Sang Tuan Muda tidak pernah tampak tanpa pertahanan di hadapan orang-orang asing, terlebih orang-orang istana, dan sekarang membawanya dalam gendongan sang pelayan di hadapan orang-orang istana membuat Nicolin khawatir akan merusak reputasi Gilbert dan menimbulkan pertanyaan macam-macam. Dalam kemungkinan-kemungkinan yang pastinya akan membuat Gilbert marah ketika ia sadar, Nicolin memanggil dua iblis bawahannya yang ia tugaskan untuk mengorek informasi ke seluruh penjuru ibu kota. Dua entitas astral yang menjelma sebagai pelayan itu datang bersamaan ketika cahaya berwarna oranye pekat berpendar di sekitar Nicolin yang menggendong Gilbert. “Gantikan wujudku dan Tuan Muda. Aku harus segera membawanya kembali ke mansion Grey.” Perintahnya. Dua sosok astral itu membungkuk tanpa kata. Cahaya oranye pekat menyelubungi mereka sebelum akhirnya keduanya berubah menjadi wujud Nicolin dan Gilbert dengan begitu serupa. Nicolin hanya memandang mereka sekilas untuk memastikan, kemudian mengangguk dan menghilang dalam selubung sinar berwarna kemerahan. --- Nicolin menjaga sang Tuan Muda dan nyaris tak meninggalkannya sama sekali. Gilbert terbaring di atas ranjangnya dengan kondisi kurang baik. Ia nyaris selalu bermimpi buruk namun sama sekali tidak membuka matanya. Dan Nicolin, baru pertama kalinya melihat sang Tuan Muda dalam kondisi selemah ini sejak pertama kali mereka mengikat kontrak. Gilbert baru tersadar keesokan harinya. Kulit putihnya yang cenderung pucat semakin tampak pucat, dan wajah Gilbert yang selalu menunjukkan aura intimidasi begitu kuat mendadak pasi, seolah nyawanya baru saja ditarik dari tubuhnya. “Adakah keluhan di tubuhmu, Tuan Muda?” tanya Nicolin ketika ia tengah mengusap tubuh Gilbert dengan handuk dan air hangat. Gilbert menggeleng. “Bagaimana kau mengeluarkanku dari area istana? Apakah mereka tahu aku pingsan?” “Tidak, Tuan Muda. Iblis bawahanku menggantikan wujud kita, dan aku membawamu keluar tanpa ada orang yang melihatnya sama sekali.” “Bagus.” “Mengapa Tuan Muda sampai seperti ini?” Gilbert melirik pelayannya kemudian menghela napas. “Entahlah, mungkin hanya trauma. Aku bahkan tidak mengira kalau aku sampai tumbang seperti itu. Sejujurnya, aku jauh lebih kaget ketika tahu bahwa aula pemujaan tempat orang-orang itu membawaku waktu itu ternyata berada di dalam istana. Dan kau, bagaimana bisa kau tidak menyadarinya?” Gilbert tersenyum sopan. “Aku tidak pernah berpikir harus mengingat tempat itu. Mohon maafkan aku, Tuan Muda.” Gilbert mendecih. “Buku yang kita temukan di laci itu, kau juga membawanya ‘kan?” “Sudah kusimpan di meja kerja, Tuan Muda.” Nicolin terus melanjutkan kegiatannya membersihkan tubuh sang Tuan Muda sementara Gilbert terdiam dengan berbagai pikiran yang berkecamuk pasca terungkapnya fakta bahwa tragedi waktu itu berada di dalam istana. “Apa yang Tuan Muda pikirkan?” tanya Nicolin tiba-tiba. Gilbert menyisir rambutnya menggunakan jemari. “Asumsiku semakin meluas, dan jika tragedi itu terjadi di dalam istana, bukankah pihak istana memang ingin melenyapkan seluruh Grey? Tapi kenapa? Sejak kecil aku selalu diberitahu bahwa Grey memiliki keistimewaan di istana dan juga di mata para Raja sejak dahulu. Lantas, mengapa sekarang Grey hendak dimusnahkan diam-diam dengan alibi kebakaran mansion waktu itu?” Nicolin berhenti mengusap kulit Gilbert. “Apa mungkin, ritual abu pemanggil ini masih merupakan lanjutan dari pemusnahan Grey sebelumnya? Rasanya cukup aneh jika tiba-tiba ada sekelompok orang—di mana mereka bukan dari kalangan biasa melakukan ritual abu pemanggil.” Gilbert melebarkan matanya. Sejak pertama kali Nicolin menjelaskan tentang ritual itu, ia selalu meyakini bahwa hal itu bertujuan untuk menggulingkan Raja yang sekarang. Bisa jadi itu merupakan keinginan James yang selalu terobsesi dengan tahta kakaknya sendiri. Namun, dengan fakta bahwa aula pemujaan di mana ia disiksa dan dirantai waktu itu ternyata berada di dalam istana, pikiran Gilbert semakin bercabang. Seluruh kejadian dan huru-hara yang ada tampaknya memang terikat satu sama lain. -----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN