Annother Death

1779 Kata
Gilbert tengah menikmati darjeling tea yang disediakan oleh Nicolin. Sore hari selalu menjadi rutinitas baginya meminum teh di balkon mansion sembari memikirkan berbagai hal. Gilbert akan tetap pada posisi itu hingga gelap, dan kembali mengurusi pekerjaan dan tanggung jawabnya. Gilbert menggenggam buku harian tua yang ia temukan bersama Nicolin di perpustakaan lama. Hingga saat ini, Gilbert belum membuka isi buku itu lagi. “Tuan Muda.” “Ya?” Nicolin menghela napas panjang. “Dorothy, wanita penghibur yang sebelumnya kubawa kemari, ditemukan meninggal dengan perut berlubang dan tulang-tulang yang patah.” Gilbert melebarkan matanya. “Apa kau memiliki informasi siapa yang membunuhnya?” “Nell Gwyn.” Gilbert membalikkan posisi duduknya dan menatap Nicolin dengan kening berkerut samar. “Nell Gwyn, kenapa dia melakukannya? Kau bilang Dorothy adalah satu-satunya orang yang tidak memiliki masalah dengan Nell Gwyn di rumah hiburan itu?” “Benar, Tuan Muda. Hari itu, aku mengembalikannya ke distrik hiburan di Westminster sesuai apa yang Tuan Muda perintahkan. Tidak lama setelah ia kembali ke rumah hiburannya, ia ditemukan meninggal dengan luka seperti itu di ruang gaun rumah hiburan itu. Aku menugaskan salah satu bawahanku untuk mengawasinya, memastikan ia tidak membocorkan apapun setelah kembali dari mansion Grey, tapi aku tidak member perintah untuk melindunginya karena kupikir tidak perlu. Dan, informasi inilah yang langsung kudapatkan. Kemungkinan, Nell mengetahui apa yang dilakukan Dorothy dan langsung menghabisinya saat itu juga.” “Jika iblis dan wadahnya tahu, berarti Tuannya juga tahu. Sebentar lagi, namaku akan semakin terseret dalam hal ini dan menjadi pihak yang bersalah.” Gilbert meremat pegangan kursinya kuat-kuat. “Aku akan memastikan hal itu tidak akan terjadi, Tuan Muda.” Gilbert terkekeh. “Jika aku benar, dalang di balik kebakaran mansion Grey adalah pihak Kerajaan, meski aku tidak tahu alasan yang pasti. Jika mereka berani melakukan hal yang begitu berisiko seperti itu, menangkapku dan membuat rumor seolah-olah aku yang bersalah bukanlah perkara yang sulit. Aku sudah pernah mengatakannya padamu, ‘kan? Pembahasan tentang hal-hal supernatural sangatlah tabu. Aku sudah berulang kali melihat pihak Kerajaan membakar banyak orang yang dicurigai secara sepihak berhubungan dengan praktik sihir.” “Lalu, apa yang akan Tuan Muda rencanakan?” “Untuk sekarang, aku harus menemukan alasan mengapa Ramona mencuri data-data milikku. Meski aku tahu hubungan antar bangsawan itu sangat rapuh, aku tidak memiliki alasan yang cukup masuk akal hingga membuat Ramona, atau mungkin seluruh keluarga Hayward bersekongkol untuk ikut menjatuhkanku.” “Cepat atau lambat, mereka akan datang kemari, Tuan Muda.” Gilbert mengangguk. “Maka turuti saja kemauan mereka.” Dan sebuah seringai tercipta. --- “Da…rah, da…rah, da…rah.” Gumaman pelan, napas memburu dan juga langkah kaki yang membuat lantai kayu berderit. Selain langkah kaki, ada suara lain seperti benda berat yang diseret dengan susah payah. Sosok berpenampilan seperti wanita dengan pakaian compang camping dan bercak darah di mana-mana menggeram, menahan getaran dalam tubuhnya. Sebuah ruangan berukuran sedang dibuka dengan cara ditendang. Lalu suara ‘kraak’ yang cukup nyaring terdengar. Seorang pria duduk menyilangkan kaki, seluruh tubuhnya terbalut jubah serba hitam. Tudung menutup kepala hingga setengah wajah. Satu-satunya yang tampak hanya bagian bawah hidung hingga bibir. Kondisi ruangan yang temaram membuatnya semakin tidak jelas. “Kenapa? Kau kelaparan huh?” tanya si pria bertudung. Sosok lain yang baru masuk berlutut, ia memegangi lehernya yang terasa terbakar. Suara tercekik yang amat menyakitkan terdengar. “To…long. Khhh.” Rintihnya. “Menjijikkan, kau benar-benar menjijikkan. Memohon dengan putus asa seperti itu, dengan wajahmu yang menjijikkan. Benar-benar kontras dengan penampilanmu di hadapan orang banyak.” “Akkhhhh….khhhhhhkkkhhhh…. la…par. Tolong.” Dua taring mencuat, air liur menetes-netes seperti hewan buas, kedua bola mata berwarna merah darah, dan tiap kuku di jari tangan dan kaki tumbuh panjang dan tajam serupa cakar. “Hm?”  Si pria bertudung menyeringai. Ia bangkit dari duduknya, menarik seonggok mayat yang sejak tadi diseret masuk dan dilempar begitu saja. “Makanlah, lagipula ini hasil berburumu sendiri ‘kan?” Pria bertudung itu kembali duduk, memperhatikan wanita di hadapannya mengeram, mencabik-cabik mayat seorang wanita yang teronggok di hadapannya. Ia menggigit, merobek kulit, mengoyak daging, mematahkan tulang. Darah segar menciprat kemana-mana, menimbulkan aroma anyir yang menusuk. Si pria tertawa terbahak, menikmati pemandangan mengerikan di hadapannya dengan senang. “Makanlah, habiskan buruanmu dan kembalilah bekerja untukku.” Katanya. Suara koyakan dan tulang-tulang yang dipatahkan semakin keras. Pemandangan ngeri sekaligus menjijikkan itu berlangsung lama, hingga si wanita menghabiskan seluruh mayat yang disajikan di hadapannya, menyisakan darah yang tercecer dan tulang-belulang yang masih dijilatinya dengan nikmat. “Katakan, apa kau sudah puas?” Si wanita mengusap sisa-sisa darah di mulutnya dengan punggung tangan. Sebuah seringai tercipta. “Sangat puas, Tuan. Aku sudah memenuhi hasratku, kurasa jiwa wanita ini akan menguasai sebentar lagi.” “Tidak masalah. Meski kau mengambil alih tubuhnya, dia tetap merasakan apa yang kau lakukan karena yang kau pakai adalah tubuhnya.” Si pria bertudung tersenyum, ia berdiri, mendekatinya. “Sekarang, serahkan tubuh ini kepada pemiliknya.” Bola mata yang sebelumnya berjumlah tiga kembali menjadi normal. Seluruh tubuh wanita itu kembali menjadi normal. Tidak butuh waktu lama sampai wanita itu membelalak dan berteriak ketakutan. “Kenapa? Bukankah kau sudah tahu kalau kau melakukan ini?” si pria bertudung mengulurkan telapak tangan kanannya kemudian menarik dagu wanita itu dengan paksa. “Kau! Kau hanyalah wadah, tubuhmu bukan lagi milikmu sepenuhnya, p*****r!” Si pria menarik surai pirang wanita itu, membuatnya menjerit karena rasa sakit yang ditimbulkan akibat tarikan itu. “Hei, turuti aku, karena kau tidak lebih dari budakku saat ini.” “Lepaskan…” pintanya lemah. Sang pria bertudung melepaskan cengkramannya pada rambut wanita itu dengan kasar, membuatnya terdorong dan menghantam lantai kayu. Benturan itu cukup keras, meninggalkan memar kebiruan di pelipisnya. Si pria melangkah pergi, membiarkan wanita itu merintih dengan suara tangis yang memilukan. --- Annie mengusap wajahnya. Dua hari pasca kematian Dorothy yang sangat mendadak membuatnya terguncang berat. Ia tidak akrab dengan siapa pun, tetapi Dorothy adalah satu-satunya rekan di rumah hiburan yang bebas, yang tidak mencampuri urusan orang lain dan bersikap santai kepada siapa saja. Ia yang pertama kali menemukan tubuhnya yang berlumuran darah dengan tulang-tulang yang patah. Pembunuhan keji seperti itu bukan hal yang baru, tetapi pembunuhan yang dilakukan di dalam rumah hiburan adalah hal yang benar-benar baru. Pelaku masih belum ditemukan, dan dengan meninggalkan jejak mayat berantakan seperti itu, sangat aneh jika pelakunya belum ditemukan. Ruangan gaun dipindahkan sementara untuk menghindari orang-orang merusak tempat kejadian. Ada beberapa detektif yang berusaha mengungkap kasus itu meski biasanya kematian p*****r tidak begitu dianggap penting. Kali ini, justru karena lokasi dan cara kematiannyalah yang menarik para detektif-detektif untuk melakukan penyelidikan. Annie banyak mencurigai hal-hal di sekitarnya. Rekan-rekannya yang lain tidak tampak begitu peduli. Mungkin karena Dorothy setingkat dengan mereka dan bukan saingan berat yang bisa merubah status level mereka. Annie menghela napas. Ia beberapa kali berdiri diam di depan ruangan itu hanya untuk melihat sisa-sisa bercak darah yang mengering. Apa yang ia lakukan memang tidak berguna, tetapi Annie tidak tahu mengapa terus-terusan melakukannya. Malam hari, ketika ia sedang tidak menemani pelanggan. Yah, lagipula sejak kematian Dorothy menyebar dua hari yang lalu, rumah hiburan tempatnya agak sepi pelanggan. Beberapa masih datang, tetapi hanya ingin ditemani minum dan tidak bermalam. “Beristirahatlah dengan tenang, Dorothy.” Gumam Annie pelan. Ia berbalik dan hendak kembali ke kamarnya hingga ia berjengit ketika melihat Nell Gwyn berdiri kaku di belakangnya, menatapnya dengan tajam. Annie sejak awal tidak menyukai Nell dan berharap tidak pernah berinteraksi dengannya seketika merasa kesal. Ketika Nell hanya berdiri diam dan terus menatapnya dengan tajam, Annie menggertakkan giginya, membalas tatapan Nell tak kalah tajam. “Apa? Untuk apa kau kemari huh?” tanya Annie sinis. Nell melangkah maju, menarik pergelangan tangan Annie dan mencengkramnya kuat-kuat. Annie memberontak, mengibas-ngibaskan lengannya, dan berharap cengkraman Nell terlepas. “Apa yang kau lakukan, sialan! Lepaskan aku.” Jujur saja, Annie tidak tahu jika Nell bisa mencengkram sekuat ini. Annie merasa ngeri, sedikit saja Nell menambah tekanannya, bisa saja tulang di pergelangan tangan Annie patah. Nell tetap diam, ia hanya bergerak seolah tidak mendengar apapun yang diteriakkan oleh Annie. Sementara itu, Annie mulai panik karena meski ia sudah beberapa kali berteriak, sama sekali tidak ada yang datang. Ia yakin sekali tidak banyak pelanggan di depan, dan tidak mungkin semua rekan-rekannya yang tidak sedang berada di luar sama sekali tidak mendengarnya sama sekali. “Nell! Apa yang kau lakukan! Akh!” Nell menarik pergelangan tangan Annie kemudian segera mendorongnya sekuat tenaga hingga tubuh Annie menghantam dinding ruangan di belakangnya. Suara berdebum keras terdengar dari benturan tubuh Annie dengan dinding batu di belakangnya. Annie sudah cukup lemas akibat benturan itu karena tidak hanya punggungnya yang membentur, tetapi juga kepala belakangnya. “Di masa depan, jika kau terlahir kembali, pastikan kau menjaga semua omonganmu.” Annie melebarkan matanya. Satu kalimat yang diucapkan Nell dengan suara yang sama sekali bukan Nell. “Si-Siapa?” “Nell Gwyn, yang kedudukannya lebih tinggi darimu.” Nell mencengkram pergelangan tangan Annie dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menjulur dan ia gunakan untuk mencekik leher Annie. Meskipun bukan tangan dominan, cekikan Nell di leher Annie terasa begitu kuat, membuat Annie kesulitan bernapas dan nyeri di sekitar lehernya. Nell menarik bibirnya, membentu senyum lebar yang mengerikan. Kemudian, dari matanya muncul bola mata lain yang mendesak keluar. Tubuh Annie bergetar hebat, hal yang sama seperti yang pernah ia lihat sebelumnya, ketika tidak sengaja melihat Nell di dalam ruangan pakaian hari itu. Perlahan, Annie mulai memahami maksud perkataan Nell. Ia yang menceritakan kepada Dorothy tentang apa yang dilihatnya dari Nell. Ia yang memberitahukan semua itu kepada Dorothy karena ia begitu terkejut dan takut. Ia percaya kepada Dorothy karena ia tahu Dorothy bukan wanita yang suka menyebarkan kisah sembarangan. Lagipula, sampai sekarang masih tidak ada yang tahu tentang keanehan Nell, dengan kata lain Dorothy tidak menyebarkannya sama sekali. Tapi mengapa? “H-Huh? K-Kau yang membunuh Dorothy?” Nell terkekeh. “Dan semua ini karena kau, kau menceritakannya kepada Dorothy, dan ia yang menerima akibatnya.” Tubuh Annie bergetar hebat. Pikirannya menolak untuk menerima kenyataan seperti ini. Dorothy meninggal dengan begitu mengerikan karena ia mendengar cerita darinya? Ia yang terlah membunuh Dorothy secara tidak langsung? “Kenapa kau melakukannya?” Nell terbahak. Ia tidak menjawab pertanyaan Annie dan kembali mendorong tubuhnya hingga membentur dinding, dan terus menulanginya berkali-kali. Annie menjerit pilu, sama sekali tidak bisa melawan tenaga Nell yang sangat besar. Nell hanya tertawa-tawa seperti orang gila, terus melakukannya, ia menarik tangan kirinya, menunjukkannnya tepat di hadapan Annie. Kuku-kuku panjang berwarna hitam pekat mencuat. Annie memejamkan matanya, tepat ketika Nell mengayunkan telapak tangan kirinya ke arah perutnya. Annie tidak berkutik, satu-satunya yang diingatnya hanya seringai menyeramkan Nell, dan ia merasakan mulutnya yang penuh darah. -----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN