Palace

1097 Kata
Gilbert menggeleng tak habis pikir. “Kau!” ia menunjuk Nicolin dengan jemarinya. “Aku hanya memiliki satu jiwa untuk kujual padamu, dan kau memanggil kawananmu huh?” Nicolin tersenyum. “Jiwamu hanya untukku, Tuan Muda. Kau tidak perlu memikirkan bayaran mereka karena mereka adalah tanggung jawabku.” Gilbert menghela napas. Meski sejak ratusan tahun silam ia mengaku telah melayani Tuan-Tuannya, agaknya dia sama sekali tidak belajar bahwa seorang pelayan tidak bisa bertindak seenaknya. Tetapi pada akhirnya Gilbert tidak memiliki hasrat untuk kembali mengkritik pelayan iblisnya. Jika kedatangan mereka sama sekali tidak mempengaruhi kontraknya dengan Nicolin, maka tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan. “Mereka akan berpencar dan mencarikan informasi untukmu dengan akurat. Mereka hanya akan kembali ke mansion Grey ketika mereka mendapatkan informasi.” “Aku ingin tindakan nyata, Nicolin! Setiap hari yang kudapatkan hanya informasi, namun tak satu pun benar-benar mengarahkanku pada fokus utama ritual itu. Aku bahkan tidak tahu di mana mereka melaksanakan ritual itu. Sudah terlambat jika hanya mencari informasil. Selama aku berkutat mengumpulkan informasi, mereka telah bergerak dan diam-diam merusak Kerajaan.” “Kerajaan, Tuan Muda.” “Huh?” “Mereka pasti melakukannya di dalam Kerajaan.” Kedua alis Gilbert menukik tajam. “Kau gila? Mana mungkin—tunggu…” seolah menyadari sesuatu, Gilbert melebarkan matanya. Nicolin tersenyum melihat hal itu. Gilbert agaknya cukup terkejut ketika menyadarinya. Apa yang dikatakan Nicolin memang belum terjamin kebenarannya, namun justru itulah poin utamanya. Tempat yang selalu dikira tidak akan menjadi area ritual, adalah yang seharusnya digunakan karena tidak dipikirkan. “Aku harus segera menuju ke sana.” “Tuan Muda memiliki alasan?” Gilbert terkekeh. “Aku tidak perlu alasan untuk menginjakkan kakiku di area Istana. Yang Mulia akan menyambutku dengan senang hati, dan kalau pun aku butuh alasan, ada banyak hal yang bisa kujadikan alasan.” Nicolin tersenyum, puas dengan jawaban Tuan Mudanya. Entah sudah berapa kali ia merasa puas dengan berbagai hal yang dilakukan oleh sang Tuan Muda. Melayani manusia tidaklah mudah, tetapi jika manusia yang dilayani begitu menarik, Nicolin sangat menikmati seluruh proses ini. --- Gilbert mempersiapkan segalanya ketika ia memerintahkan Nicolin untuk membawanya ke Istana. Hanya dalam waktu singkat, Tuan dan pelayan itu sudah berada di aula Kerajaan yang mana tidak semua bangsawan bisa memasukinya jika tidak memiliki agenda khusus. Beberapa pelayan Kerajaan memintanya untuk menunggu di sana sementara pengawal khusus Raja segera mengabari kedatangannya. “Keluarga Grey selalu dihormati Raja-Raja sejak dahulu, pasti ada sejarah khusus di keluarga Tuan Muda.” Ujar Nicolin. Gilbert menaikkan sebelah alisnya. “Keluargaku tidak pernah secara jelas menceritakannya.” “Mengapa?” Gilbert mengangkat bahu. “Mereka bilang keluarga Grey berjasa untuk Negara. Kau tahu, aku bahkan berpikir kau—yang telah hidup ratusan tahun kemungkinan tahu kebenaran tentang keluargaku dan beragam misterinya.” Nicolin tersenyum, namun sama sekali tidak mengatakan apapun. Yang Mulia Raja datang menemuinya dengan senyum lebar dan tampak senang. Gilbert menghormat kepadanya sebagaimana yang seharusnya meski beliau selalu memintanya untuk tidak perlu terlalu kaku jika hanya ada mereka berdua. Dari perbedaan perlakuan yang begitu jauh sudah sangat aneh. Seistimewa apapun keluarga bangsawan di mata Raja, bersikap santai adalah hal yang tidak bermoral, seharusnya begitu. Bahkan keluarga bangsawan yang masih kerabat Raja tidak bisa berlaku dengan santai, tetapi emngapa Grey diberikan keistimewaan itu, yang Gilbert sendiri tahu bahwa keluarganya tidak pernah berkerabat dengan Raja-Raja sampai sekarang sejak keturunan Grey yang pertama. Ah benar, bahkan untuk Gilbert sendiri saja masih tidak begitu jelas mengetahui sejarah keluarganya dan beberapa misteri yang mengikutinya. Percakapannya dengan Yang Mulia tak begitu penting, atau setidaknya begitulah yang Gilbert rasakan. Ketika ia berusaha mengangkat topik tentang huru-hara yang tengah terjadi dan juga kinerja beberapa bangsawan yang diberikan wewenang untuk mengurusnya, Yang Mulia malah dengan santainya beralih ke topik lain yang sama sekali tidak penting. Dan Gilbert merasa tidak memiliki hak untuk menyela dan hanya mengikuti saja bagaimana Raja di hadapannya terus berceloteh dan sesekali terbahak seolah benar-benar tidak peduli dengan reputasi dan wibawanya yang selalu ia tunjukkan di hadapan bangsawan-bangsawan lain. “Lady Bridges membawa puteranya kembali dengan keadaan yang berbeda, apakah menjadi tentara di Kerjaaan begitu menyusahkan?” Sang Raja terdiam sejenak kemudian tersenyum. “Kurasa James lebih bisa menjelaskannya. Baiklah, kau bisa berkeliling sesukamu, aku akan kembali mengurus beberapa pekerjaan.” Yang Mulia Raja berdiri dan segera pergi begitu saja tanpa menoleh ketika Gilbert membungkukkan badan untuk menghormatinya. Mempersilahkan bangsawan yang mana bukan keluarga Kerajaan untuk bebas berkeliaran di dalam istana sekali lagi bukanlah sebuah hal yang umum, atau malah benar-benar tidak boleh. Sebelum tragedi kebakaran itu, Gilbert tidak akan berpikir terlalu jauh mengenai keluarganya. Ia tidak memiliki banyak tanggung jawab karena ayahnya pun—Alexander Grey masih begitu muda dan tidak akan mungkin pergi untuk waktu dekat. Namun sepertinya, Gilbert yang dulu memang terlalu naïf, siapa sangka hal yang paling tidak ia kira malah terjadi begitu saja, seolah memang telah direncanakan sejak awal. Ia sendiri pun seharusnya sudah mati, dan keluarga Grey berakhir. Tapi ia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri dengan kegelapan pekat di dalam hatinya. Yang mana hal itu berhasil menarik perhatian sesosok iblis yang tergoda akan jiwanya. Gilbert menghela napas, berapa lama pun peristiwa itu berlalu, ia akan selalu mengingatnya sejelas ia mengingat apa yang terjadi kemarin. Setiap detail apa yang terjadi, setiap perkataan yang ia dengar, serta kontrak darah mereka yang bertanda di tangan Nicolin dan di lidah Gilbert sendiri. Segalanya tidak akan pernah bisa dilupakan, hingga nanti saat ia telah menyelesaikan segalanya dan memberikan jiwanya. “Tuan Muda?” Gilbert sedikit tersentak. Nicolin memandanginya dengan kening berkerut. Gilbert sendiri tidak begitu sadar sudah berapa lama ia terdiam dengan pikiran mengawang-awang. “Ah, ya.” “Kita harus segera memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari tahu.” Gilbert mengangguk. Ia hampir-hampir tahu semua ruangan yang ada di dalam Kerajaan berkat domplengan nama Grey di belakang namanya sendiri. Tidak akan ada yang memprotesnya berkeliaran di dalam istana bahkan meski itu keluarga kerajaan sekali pun. Ia dibiarkan begitu saja seolah ia juga bagian dari mereka—yang sebenarnya malah Gilbert yakini ada maksud lain di dalamnya. Gilbert mengerti, dari seluruh sudut istana yang ia ketahui, pasti ada tempat-tempat tersembunyi yang tidak terjangkau oleh penglihatannya. Sekali pun sang Raja sama sekali tidak masalah dengan kehadirannya, atau keingintahuannya tentang istana, Gilbert masih yakin bahwa Kerajaan dan Raja sendiri sebenarnya tidak benar-benar memperlakukannya dengan istimewa. Ada sesuatu yang mengharuskan mereka—seluruh anggota kerajaan—memperlakukannya secara khusus. Jika Gilbert beruntung, selama masa penyelidikan kasus ritual ini, bisa jadi ia juga tahu apa yang mendasari perlakuan istimewa kepada Grey di saat keluarganya tidak memiliki riwayat hubungan pernikahan apapun dengan keluarga Raja dari masa lalu hingga sekarang. -----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN