bc

Bincang Luka

book_age16+
836
IKUTI
6.2K
BACA
family
HE
arrogant
boss
drama
bxg
affair
like
intro-logo
Uraian

Dia adalah Mentari, dituduh selingkuh dan dibuang saat tengah mengandung. Hidupnya berubah total.

Berjuang dan bertahan seorang diri di saat kondisi dan mental tidak stabil. Hari-harinya dipenuhi oleh keputusasaan. Haruskah ia menyerah?

Tidak!

Sebab Ada satu nyawa yang Tuhan titipkan kepadanya, tanggung jawab besar Mentari untuk membuat nyawa tersebut tumbuh dan berkembang dalam tubuhnya. Hanya itu alasan Mentari kuat. Bahkan bayi tersebut kini tumbuh menjadi bocah laki-laki menggemaskan yang membawa kebahagiaan untuk orang-orang terdekatnya. Jatuh bangun sudah Mentari rasakan, ingin mengeluh tetapi tidak memilki tempat untuk berteduh. Benar-benar kosong, pahit manis kehidupan yang keras ia telan dalam-dalam.

Tak berhenti disitu, semesta lagi-lagi menguji kekuatan hatinya. Ketika semuanya membaik, hidupnya, mentalnya, hatinya.

Laki-laki penabur rasa sakit dan kecewanya kembali datang. Nyatanya luka itu belum hilang sempurna, masih terasa sesaknya. Dan tidak ada yang benar-benar bahagia setelah perpisahan tiba. Mampukah Mentari untuk tetap tegar?

***

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
Wajah seorang bayi laki-laki yang kini berada dipelukannya membuat Mentari meneteskan air mata. Bukan air mata kecewa melainkan air mata bahagia. Tidak ada rasa penyesalan di dalam benaknya setelah melahirkan bayi kecil tersebut. Malah tampak raut wajah sumringah di wajah perempuan itu. Meski dia merasa kecewa saat dokter mengatakan bahwa berat bayi Mentari jauh dari berat bayi normal pada umumnya. Mentari membelai pelan wajah dari sang bayi, memberikan sentuhan hangat agar buah hatinya bisa merasakan usapan sayang dari telapak tangannya. Derai air mata Mentari masih belum surut mengingat perjuangannya mulai dari hamil hingga akhirnya melahirkan. Tidak mudah menjadi seorang Mentari Chairunnisa, setelah laki-laki yang sangat dia cintai membuang dan menceraikannya. Ardan tega mengusir sang istri dari rumahnya. Ia menuduh Mentari berselingkuh, padahal Mentari berani bersumpah ia tidak pernah mengkhianati cinta suaminya tersebut. Semua keluarga, mertua, bahkan Ardan tidak mempercayai Mentari. Dan dengan tega mereka mengusir Mentari yang tengah berbadan dua kala itu. Hidup Mentari mulai menderita, ia harus bekerja banting tulang dari pagi hingga malam untuk keberlangsungan hidupnya dan calon anaknya. Mentari tau keluarganya, pun dengan keluarga mantan suaminya tidak akan mengakui Gio sebagai cucunya. Sebab itu Mentari memilih untuk pergi jauh dari kehidupan orang-orang yang bisa menghancurkan masa depan anaknya. Tinggal seorang diri membuat Mentari lebih tabah dalam menjalani hidup, di mana ia sejak kecil tidak pernah merasakan pahitnya hidup kini malah harus melaluinya seorang diri. Dulu hidupnya selalu tercukupi, penuh cinta dan tidak ada sama sekali dalam pikiran Mentari jika hidupnya akan berbanding seratus delapan puluh derajat begini. Laki-laki yang mencintainya ternyata tidak mempercayainya, padahal mereka menjalin hubungan sangat lama, hampir empat tahun. Hal itu juga yang menyebabkan Mentari mau menikah dengannya. Mentari menarik sudut bibirnya ke atas saat menatap Gio yang kini mengeliat. Sepertinya bayi yang bernama lengkap Argio Nalendra itu tampak haus. Mentari dengan sigap membuka kancing depannya dan memberikan air susunya kepada sang bayi. Wajahnya delapan puluh lima persen sangat mirip dengan mantan suaminya, meski sudah empat bulan mereka tidak bertemu Mentari masih ingat seluk beluk wajah orang yang paling ia cintai. Meski kini laki-laki itu tidak mencintainya, atau bahkan sekarang Ardan sudah melupakannya, Alika tetap ingat dengan pria yang menjadi cinta pertamanya sekaligus orang yang menyakitinya tanpa syarat. Kalau ditanya apakah Mentari masih menaruh rasa cinta kepada Ardan, maka jawaban Mentari tidak tau. Kekecewaan di dalam hatinya masih terlihat jelas hingga sekarang. Melahirkan seorang diri cukup menguras tenaga dan juga sesak didada, sakitnya terasa dua kali lipat. Disatu sisi Mentari senang karena akhirnya sang bayi telah hadir di sampingnya, namun di sisi lain Mentari juga sedih ketika harus berjuang sendiri tanpa ada orang-orang terkasih yang ada di dekatnya. Untungnya Mentari bisa melahirkan dengan normal, mungkin kalau harus operasi Mentari akan kalang kabut. Di mana ia harus mencari uang untuk biaya operasi yang tidak murah itu? Biayanya yang sekarang ia gunakan saja adalah hasil Mentari menabung ketika bekerja sebagai seorang karyawan di sebuah toko roti. Dan beruntungnya Mentari mendapat bos yang sangat baik, apalagi lingkungan tempatnya bekerja membuat Mentari nyaman. Ditambah di sana ada sahabat yang membatunya selama dirinya hamil, Mentari sangat berterima kasih kepada Sera. Sera adalah sahabatnya semenjak Sma, karena Sera lah ia juga bisa bekerja di toko roti tersebut. Semenjak lulus sekolah Sera pulang ke kota asalnya, lalu tanpa disengaja saat Mentari memutuskan untuk pergi ke luar kota ia malah datang ke kotanya Sera dan lagi lagi tanpa sengaja mereka bertemu. Berkat Sera, Mentari bisa bekerja, memiliki tempat tidur yang layak dan makanan yang terjamin. Entah berapa banyak kata terima kasih yang harus Mentari katakan untuk Sera. Ia tidak tau kalau seandainya ia tidak bertemu Sera dengan keadaannya yang tengah hamil. Tuhan Maha baik seolah mengirimkan bantuan dari wujud Sera untuknya, Mentari menganggap Sera adalah ibu peri yang banyak membantunya. Namun Mentari tak berlangsung lama tinggal bersama Sera, ia memutuskan untuk mengontrak rumah sendiri. Sera sangat baik kepadanya, meski ia tidak tinggal di rumah Sera setiap hari ia selalu menemani Mentari. Ya, Mentari rasa hanya Sera, orang selain dirinya yang sangat khawatir akan janin yang ada di perutnya. Setiap pulang kerja Sera datang membawakan makanan untuk Mentari, dan sesekali ia menginap menemani Mentari di rumah kontrakan yang sempit itu. "Kalau sudah besar, jadi anak baik ya Nak," nasihatnya sambil mengecup kening Gio. Tidak apa-apa jika dunia menolak dirinya untuk ada, yang terpenting Mentari masih memiliki Gio yang merupakan dunia barunya. Mungkin kalau tidak ada Gio sekarang dirinya akan memilih bunuh diri saja. Tetapi Tuhan menyelamatkannya dengan adanya Gio sekarang. Harapan Mentari sekarang hanya satu, bayi mungilnya itu hidup dengan bahagia meski ia tau dunia tak selalu memihak pada mereka. Mentari terus mengajak sang bayi berbicara, mencoba merangsang bayinya dengan suara-suara dan sentuhannya. Suara pintu berderit menampilkan Sera dengan tas besar di tangannya, rupanya gadis itu baru saja datang dari kontrakan Mentari, "Mana ponakanku? Aku ingin melihatnya!" pekiknya. Wanita itu langsung mendekat ke arah brangkar, "Astaga kenapa kau sangat tampan bayi." Ia menoel-noel pipinya. "Apa kamu ingin menggendongnya?" Sera melirik sahabatnya, "Apa boleh?" "Kenapa tidak? Ingat kamu sekarang menjadi Aunty Sera," "Ya aku mau," girangnya. "Sebentar!" Ia buru-buru mencari kuncir rambutnya lalu mengikatnya menjadi satu ke atas. "Sini Tar," Mentari dengan perlahan menyerahkan bayinya ke Sera, "Jangan tegang Ser." Sera meringis sembari berhati-hati, "Siapa namanya?" "Argio Nalendra. Panggilannya Gio," "Nama yang bagus," Sera mengalihkan pandangannya ke arah sahabatnya yang masih duduk di atas brangkar. Terlihat wanita itu sedang melamun dengan tatapan kosong, "Tar..." "Tari...." Mentari masih saja diam, entah apa yang menjadi beban pikirannya. "Mentari Chairunnisa!" panggil Sera, sedikit lebih keras. Untung saja bayi yang ada digendongannya itu, tidak terganggu. Mentari terkesiap mendengar panggilan Sera, seketika ia langsung menoleh, "Ada apa Ser?" "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Sera. Mentari tidak menjawab, ia menatap lurus ke depan, "Apa aku bisa menjadi ibu yang baik untuk Gio? Jujur aku takut Ser, takut tidak bisa membahagiakan Gio." cicitnya. Sera tersenyum datar, "Setelah apa yang kamu lewati hingga detik ini, kamu masih ragu dengan dirimu sendiri? Oh ayolah, lihat perjuanganmu Tar! Kamu sangat tangguh, dan kamu masih menanyakan hal itu? Apa kamu mau menyerah? Ingat kamu sudah melewati banyak badai selama ini." Air matanya jatuh tanpa ia minta, tamparan kata-kata dari Sera membuatnya mengingat apa yang sudah ia lakukan sendiri hingga ia bisa berdiri di titik ini. Tidak mudah rasanya, bahkan beberapa kali ia mencoba bunuh diri. Mentari kalut, dunianya yang awalnya terang penuh cinta tiba-tiba menjadi gelap. Ucapan Sera terngiang-ngiang, sia-sia jika sekarang dirinya berfikir jahat tentang apa yang sudah ia lalui. Harusnya sekarang ia semakin yakin bahwa dirinya bisa membahagiakan Gio kelak, ya Gio akan bangga kepadanya kelak. Hidup adalah perputaran roda, wajar sekarang ia berada di titik paling bawah. Tapi tidak selamanya ia terus berada di bawah bukan?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
192.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.8K
bc

My Secret Little Wife

read
102.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
209.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.9K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook