Jam di dinding sudah menunjukan pukul delapan malam, namun mata Naja belum juga terbuka. Iel masih setia menemani di sampingnya. Jika kalian ingin bertanya di mana Fahri? Fahri sebenarnya ada di sekitaran rumah sakit, namun ia tak berani manampakkan wajahnya ia takut jika kedatangannya akan memperburuk suasana. Fahri bodoh karena belum juga mengatakan yang apa yang tengah terjadi kepada ke dua orang tuanya. Jika orang tuanya bertanya ia selalu mengelak mengatakan bahwa dirinya dan Naja tengah berada di apartemen. Perlahan jari telunjuk Naja bergerak dan disusul dengan matanya yang perlahan terbuka. Hal pertama ia lihat adalah dinding bercat putih bersih dengan aroma obat-obatan yang sangat kental menyeruak masuk ke dalam hidungnya. “Engh.” Naja melenguh, lenguhan itu berhasil membangu

