Jebol

1492 Kata
Lelah .... otakku benar - benar sudah lelah dengan semua ini, hari ini terasa begitu panjang, aku harus bicara dengan Juan, aku lelah dengan sikap introvertnya, perang dingin selama dua minghu ini ternyata sia - sia. baik aku ataupun dia tidak bisa menemukan jalan keluarnya. Kami berjalan di bebukitan tak bertuan, hari masih cukup terang, aku menghembuskan nafasku panjang, ada rasa lega di paru -paruk yang mungkin sudah terkontaminasi polusi kota, tapi entah kenapa aku pun ingin menangis dan berteriak sekuat te nagaku, bukan hanya permasalahan dan Juan saja, tapi .... entah kenapa tiba -tiba wajah Ibu muncul di hadapanku, Ibu... sosok yang berusaha aku lupakan, sosok pengkhianat, wajah Ayah pun ikut muncul, Ayah .... dngan s eq gala kelembutan dan kesabarannya membimbingku, Ayah yang tidak pernah meminta lebih dariku, Ayah yang selalu bekerja keras, bahkan saat ini pun Ayah masih bekerja keras, padahal aku sudah sangat sering melarangnya bekerja, namun Ayah selalu berkelit, "badan Ayah akan sakit ndu ...jika tak bekerja " aku tahu itu hanya alasan Ayah saja, agar dia tetap bertemu teman -temannya di luar sana. "Assalamualaikum, Ayah Rindu pergi sama Juan dan keluarganya, maaf ya Yah rindu tidak ,mengabari Ayah terlebih dahulu, Ayah jangan khawatir Rindu akan jaga diri" aku send pesan ke ponsel Ayah, Aku gak ingin Ayah khawatir, soalnya hati ini Ayah akan pulang dari Bandung. Entah apa yang Ayah urus di Bandung, padahal tidak ada keluarga di Bandung, sebenarnya, .... aku bisa saja menyusul Ayah, toh aku juga sedang di Bandung, tapi aku kan gak tahu alamatnya di mana. ah biarlah Ayah menikmati masa Tua bersama teman - temannya. " Indahnya .... kamu suka ?" Juan sudah memelukku dari belakang, rupanya dia sudah selesai memesan minuman untuk kami. "Tuan .... lepaskan " ujarku " heiii .... sejak kapan kamu memanggil ku seperti itu ?" "Sejak otakku sakit" jawabku seenak jidatku sendiri. Spontan Juan membalikkan tubuhku, kini kami saling berhadapan dan dia masih betah memelukku, udara merambat naik, dingin tak terelakkan, aku tak berusaha melepas pelukan Juan. aku tak tahan dingin, sentuhan tangan Juan agak sedikit membuatku hangat. " Rindu .... tidakkah kau Rindu padaku? Rindu .... jangan siksa aku lebih lama lagi ndu " "Aku .... aku tak pernah menyiksamu Juan, aku kecewa.... kecewa padamu " " Aku tahu aku salah, tapi demi Allah, aku tidak pernah berniat mempermainkanmu, tidak sedetikpun ndu... " " Lalu .... maksudmu, membawaku malam itu apa? aku seperti sedang di interview... aku bingung harus berkata apa, mereka menanyakan tentang kita Juan, tentang hubungan Kita, bahkan aku tidak tahu maksud Tuan besar ....tentang hal buruk, tahukah kamu Juan aku benar - benar merasa bodoh ketika semua menertawakanku, " aku emang berperan, hal kecil saja sudah bisa membuatku terisak - isak, Juan semakin erat memelukku, di raibnya kepalaku ke dalam dadanya. detak jantungnya yang sangat kencang dapat ku dengar dengan Jelas. peluka. pertama dari Pria di luar keluargaku. "maafkan aku honey, .... aku yang salah, mereka mendesakku membawa calon Ibu untuk ayse, aku buntu, aku tidak mengenal banyak wanita, wanita yang aku kenal gak akan di terima oleh keluargaku, mereka semua wanita Bar, keluargaku paling tidak suka dengan wanita macam itu, terpaksa aku menculikmu di malam itu. ..." " apa? apa aku gak salah dengar wanita Bar? berarti kamu .... oh Juan, kamu itu .... ternyata aku salah menilaimu, lepaskan aku .... jangan samakan aku dengan wanita malamku itu,.. " Juan melepaskan pelukannya, berbarengan dengan pelayan yang mengantar pesanan Juan. ku raih black coffeku, dan kutinggalkan pria yang telah memporak porandakan hatiku, Ya Allah, Juan ternyata ... suka bercanda dengan wanita malam. semakin dalam aku berjalan, menyusuri kebun cemara, begitu sadar, aku bingung sendiri sudah sampai di manakah aku? oh ternyata ada desa di dalam kebun, mungkin ini Rumah para petani teh, bukankah memang seperti itu terkenal nya, pabrik teh memfasilitasi karyawannya dengan rumah perkebunan. Adzan magrib berkumandang syahdu, aku mencoba mengetuk salah satu pintu rumah warga, dan alhamdulillah mereka menerimaku, sepertinya malam ini aku harus menumpang di rumah ini, mereka menawarkan kamar tapi aku tolak, aku memilih gudang jerami, di sebelah rumah mereka, dan meminjam mukena untuk menunaikan shalat magrib. " Sayang, jangan lupa shalat magrib ya,.. kapan kamu pulang " "siap Ayah, entahlah yah, cuaca agak buruk Ayah, entah kapan kami akan pulang" " oh, ya sudahlah, jaga dirimu ya" percakapan singkatku dan Ayah, Ayah memang amazing, selalu menyempatkan diri menghubungiku. Sebenarnya, aku bukan tipe pemberani, gudang jerami memang bersih, tapi aku lumayan phobia terhadap ular, bagaimana jika makhluk satu itu muncul? ampun deh .... semoga saja makhluk itu tak muncul tiba - tiba. Ada satu pengharapan lagi, semoga dang Don Juan tidak muncul, aku gak sanggup lagi jika masih harus mendengar pengakuan dia, Gila... benar - benar gila, aku fikir dia seorang yang kalem, memang air terkadang bisa membawa ombak yang besar. kreeek. .... kreeek.... suara pintu gudang membuyarkan lamunanku, Aku yang tengah rebahan di atas bale bambu, terpaksa bangun dan siaga. "Juan .... Ya Allah. ... tak bisakah aku hidup jauh darimu? " "kenapa kau pergi ? hayolah kita harus kembali ke villa, semua pasti khawatir.mau hujan ndu .... jangan buat masalah " ucapnya. " Aku.... masalah? bukankah anda yang ,memulai masalah di antara kita? aku... hatiku ... kepercayaanku .... dalam sekejap hangus kau bakar.... sudah tak bersisa Juan. aku fikir kamu tulus atas persahabatan kita, memang tidak seharusnya aku merasa kecewa, toh kita hanya berteman, tetapi ... kebohonganmu tidak bisa aku tolelir, bisakah kau mengulang semua yang sudah terjadi? keluargamu menanyakan tentang kita, hubungan kita, bahkan hal buruk, hal buruk apa Juan? aku benar- benar tidak mengerti, dan kamu ... seharusnya kamu membawa wanita Bar itu, mungkin mereka akan lebih asyik di ajak bicara " ke luar sudah amarahku. "so ... ini yang membuatmu uring -uringan selama dua minggu, yang membuatmu patah hati ? Rindu ... kamu wanita istimewaku, makanya aku perkenalkan dengan keluargaku, dan anakku, wanita Bar ... itu masa lakuku ndu, ... masa-masa pelarianku setelah pengkhianatan istriku, tapi aku jamin ndu... aku hanya sekedar melepas penat, aku tidak pernah tidur dengan mereka " " Itu hakmu bos, tapi kenapa kamu Selalu datang ke rumahku? dan Ayse .... " Juan duduk di sebelahku, tangannya menggenggam jemariku, mata kami saling bertemu, mata elang itu seakan akan melahapku. "Kamu wanita bodoh, setiap malam minggu aku apelin, masih di anggap aku membohongi dirimu, mengecewakanmu, Rindu ... aku serius padamu, pada hatimu, kamu yang curang rindu, kamu gak peka, semua perhatianku kau anggap perhatian seorang teman, mana mungkin aku mengejarmu ketika kau marah? aku punya hati ndu .... aku mencoba memahami dirimu, sifatmu, aku mencoba mengisi ruang hatimu yang kosong, Aku dan Ayah sudah membicarakan ini semua, mengertilah Rindu.... aku mencintaimu, cinta tidak perlu di ungkapkan, cinta harus mengalir seperti air ndu,..." panjang sekali kata - kata juan, membuat aku terdiam. "Aku .... salah faham? kamu .... kamu mencintaiku? apa yang kamu suka juan? aku ini baperan, penyendiri, aku punya dunia sendiri " "Entahlah rindu, aku merasa memiliki dunia saat bersamamu? aku tidak perlu istri yang gaul, aku perlu isteri yang menyayangi keluargaku, anakku dan aku, semua ada di kamu rindu " "Dan .... pembicaraan kalian .... coba -coba .... apa maksudnya Tuan? apakah aku barang atau makanan yang bisa di icip - icip? " "Romi sudah menjelaskannya padamu, apa masih kurang? aku benar - benar tidak bisa berfikir lagi rindu, ... otakku buntu saat kau marah padaku, aku hanya bisa mengikuti dirimu dari jauh, bahkan.... " " bahkan semalam .... saat aku di antar pria itu? " "maafkan aku sayang, aku janji gak akan ,membuatmu kecewa lagi, lebih baik kamu marah dari pada kamu diam seribu bahasa" kami berpelukan, aku memaafkanmu Juan, rasa dingin udara malam kota bandung memang dahsyat. "dingin. ... lapar ga ?" tanyanya... "Dingin .... tapi aku gak lapar, aku ngantuk Juan " jawabku. Juan memegang daguku kami kembali saling berpandangan, Juan mulai mengecup keningku, merambat turun ke mata pipi dan mendarat di bibirku, ini pengalam pertamaku, aku pernah membaca kiss itu menyenangkan, tapi kenapa aku tidak bisa menikmatinya? ku dorong tubuh Juan, bale bambu berdenyit, seperti tikus saja. "pengalaman pertama? aku akan mengajarimu ndu... ini nikmat sayang, kamu pasti akan ketagihan " Juan kembali mencium seluruh wajahku, bahkan kini dia asik memainkan leher jenjangku, nikmat.... benar kata Juan ini terlalu nikmat, aku benar - benar menikmati setiap detik permainan lidahnya. tangan Juan mulai merayap di punggungku, jemarinya melepas pengait Braku, aku sudah setengah telanjang, entah bajuku di buang kemana oleh Juan. Juan begitu rakus mempermainkan putingku, nikmat menggelinjang, tangan kanan meremas payudaraku, Otakku sudah mau berhenti, ini gak bener, aku tak berdaya ini benar - benar nikmat, tubuhku nagih minta yang lain. Malam panjang buat kami berdua, aku menyerahkan apa yang seharusnya aku pertahankan. aku terlena pertahanan terakhir jebol dengan sakit yang maha dahsyat. kami saling menggenggam tangan dan ribuan keluhan sakiti tak di indah kan olehnya. "Sabar sayang dikit lagi " ucApnya dengan penuh nafsu di atas tubuhku. "Sakiit sayang. .... Stop...." ku jambak rambutnya Parah ...ini terlalu nikmat, rasa ini bercampur aduk, nikmat, sakit dan dosa. Tuhan ampuni kami atas kenikmatan ini. Jebol Sudah .... Juan terkulai lemas di Sisiku, aku memeluknya, Tanpa sehelai benang menempel di tubuh Kami. "Juan .... bagaimana jika aku hamil ?" tanyaku "Aku orang pertama yang akan bersyukur, ayse akan punya adik" "Juan .... aku tidak bercanda " " Aku tidak bercanda.... " jawabnya Juan kembali mencumbuku, kami memulai permainan dari awal lagi, kenikmatan ini gak akan pernah habis. Entah berapa kali kami menyelesaikan permainan ini, bagai sepasang pengantin baru, yang tak henti saling mencumbu. "shah ..... nikmat.... nikmat sayang " Aku menceracau
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN