
Kontes Menulis Innovel II -- All The Young
Saat dimana usia remaja yang dituntut untuk dewasa dalam bersikap, kisah percintaan manis pun tercipta sebagai hasrat duniawi yang wajar dimiliki setiap orang. Diriku yang telah berhasil melewati masa sekolah juga perkuliahan diploma selama 1 tahun dan bekerja, namun saat itu tertantang dengan keinginan untuk bersekolah lagi untuk mengejar sarjana. Disana lah cerita sebenarnya terjadi, pertama kali melihatnya di hari pertama berkuliah. Kesan pertama yang ditangkap melihat wajah teman-teman baru, ada yang kebapakan, masih terlihat sangat muda, cantik, modis, dan dia tampak natural dan pas untuk diusianya.
Seiring waktu perkuliahan dimana kelas eksekutif hanya datang saat jadwal jam kuliah tanpa takut diganggu oleh kegiatan umum mahasiswa, dimana program kelas tersebut khusus bagi mahasiswa yang sedang aktif bekerja, kita semua pun hadir dan datang sebagaimana perlunya saja. Awal-awal perkuliahan banyak romansa yang ada, karena awal semester saat banyak mahasiswa tercipta, dari yang dibuat-buat hingga yang benar-benar memiliki rasa. Saat itu aku selalu menggoda teman seangkatanku dengan dirinya, tanpa diriku tau dia ternyata menyukaiku. Hingga suatu saat dia meminta nomor handphone ku saat perjalanan pulang. Karena diriku menganggap dia hanya teman tidak lebih, jadi kuberikan saja mengingat saat itu aku perlu teman untuk berkonsultasi mengenai perkuliahan. Dia memulai percakapan perlahan demi perlahan via chat. Semakin lama dia membuatku nyaman dengan dirinya yang awal kuanggap teman biasa lalu berubah menjadi lebih dekat dengan panggilan "kakak". Suatu hari dia mengajakku berkencan dan disaat itulah dia mengajakku berpacaran, dengan polosnya aku yang telah nyaman bersamanya menyetujuinya, tapi dengan catatan agar teman-teman lain jangan dulu tahu akan hubungan baru kami.
Suasana di kampus menjadi sangat seru dan indah, hanya dengan lirikan mata dan senyuman kecil dari jarak jauh sudah membuat kami tersipu, setiap waktu luang kami sempatkan untuk berkencan walau saat itu sudah malam dan hujan. Saat hari libur tiba, kami selalu berpergian menuju tempat wisata yang sejuk, dimana kami bisa dengan mudah bersentuhan satu sama lain walau masih sangat malu-malu, biasanya acara di hari itu akan ditutup dengan pergi ke permandian air panas favorit kami. Begitulah kami menjalin hubungan diawal-awal, tapi itu tidak berlangsung lama. Semakin hari, kami tidak bertemu sesering dahulu, bahkan saat diriku ingin bersamanya lebih sering dia tidak ada waktu dan aku pun mengerti hal itu. Sampai akhirnya aku mulai memberanikan diri saat dia mengundangku ke pernikahan kakak perempuannya, disana lah pertama kali aku bertemu dengan keluarganya bahkan keluarga besarnya, dan itu berlanjut dengan diriku yang lebih sering berkunjung kerumahnya perlahan-lahan dari yang hanya sekedar datang sebentar, hingga menetap lebih lama, sampai orang tuanya sudah menganggapku anak sendiri, dan adik perempuannya mengganggap aku kakaknya. Tapi setelah apa yang kulakukan untuk bisa bersamanya, tidak juga membuatku puas. Aku merasa hanya diriku yang berkorban sedangkan dia tidak, bahkan saat aku berkunjung kerumahnya, hal yang kami lakukan hanya aktivitas didalam rumah, tidak sekalipun diriku diajak keluar bahkan untuk sekedar melihat-lihat kota tempat dia dilahirkan dan tumbuh. Pernah kudengar ibunya menyuruh dirinya untuk mengajakku keluar ke pasar malam terdekat dengan mudahnya dia menolak saran ibunya itu, padahal dalam hatiku sangat ingin sekali keluar bersamanya lagi. Mungkin karena kesal dengan kejadian tersebut, aku menjadi lebih tidak ambil pusing dan lebih menyibukkan diri sendiri. Sekalipun dia tidak pernah ingin tahu diriku, bagaimana diriku di masa kecil, keluargaku, juga keinginanku.
Semakin lama hubungan kami semakin renggang. Hubungan yang kami jalin, di awal penuh dengan pengharapan dari seorang gadis yang ingin disayang dan dicintai pasangannya, tapi setelah berjalan apapun tidak ada. Aku sering berharap karena kami satu kampus, satu jurusan, bahkan satu kelas apakah mau dia menjemput dan mengantar pasangannya untuk berkuliah apalagi rumah kami sejalan, tidak pernah dan alasannya karena dia akan tiba terlambat dikampus seusai bekerja nyatanya kami datang hampir sering bersamaan. Karena komitmen di awal agar hubungan kami tidak ada yang tau, dia semakin tidak peduli dengan diriku walau banyak teman-teman sudah tau hubunga kami tanpa kami beritahu langsung. Saat ada masalah, dia tidak mau menanggapi atau menyelesaikannya, bahkan sekalipun dia tidak menghubungiku, disini egoku muncul dan aku bersikap sama dengan dirinya dan ini berlangsung hingga berbulan-bulan. Hingga saat study tour pun dia memilih berpisah dariku dan teman-teman, mungkin dia tidak mau bersamaku. Penyusunan skripsi pun kita sudah menjadi seperti orang asing, hingga sebelum sidang diriku yang sudah lelah memutuskan putus dengan dia. Dan dia menyetujuinya tanpa sedikit pun ada reaksi mempertahankanku. Dan kisah kami pun usai.

