bc

Ternyata Pasien Gilaku Pewaris Kaya Raya

book_age18+
84
IKUTI
1K
BACA
HE
goodgirl
doctor
heir/heiress
drama
bxg
detective
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Cinta tidak bisa memilih akan jatuh pada siapa.

Itulah yang dirasakan Daniel Lucas, dokter spesialis jiwa. Dia jatuh cinta pada pasiennya di Rumah Sakit Jiwa, yaitu Nadin William. Daniel juga merasa familiar dengan wajah Nadin yang mirip dengan sahabat masa kecilnya.

Ternyata, Nadin berpura-pura gangguan jiwa agar terbebas dari jerat hukum karena dia pernah melakukan pembunuhan berantai, dan dia berencana untuk membunuh satu orang lagi.

Daniel mengabaikan peringatan dari rekan kerjanya untuk tidak mencintai Nadin, karena gadis itu berbahaya. Tetapi Daniel sangat ingin membawa Nadin kembali pada kehidupan normal.

Akankah ketulusan cinta Daniel dapat merubah Nadin? Atau justru Nadin memanfaatkan Daniel untuk mencapai tujuannya? Apakah Nadin adalah sahabat masa kecil yang Daniel cari?

chap-preview
Pratinjau gratis
PROLOG
Mengandung Unsur 21+ Harap bijak memilih bacaan * * * “Aku harus bisa mendapatkan bukti dan menemukan cara untuk dia mempertanggungjawabkan perbuatannya.” batin Daniel. Daniel duduk di atas tempat tidur berukuran Queen, pandangannya mengitari kamar tidur berdesain simple dengan warna earth tone yang sudah dia tempati. Pikirannya mengenang masa lalu, ketika pertama kali dia baru datang ke tempat ini. Ketukan pintu membuyarkan lamunannya, dia menghapus air yang menggenang di sudut matanya. Seseorang masuk ke dalam kamar setelah Daniel mengizinkannya. “Niel, kamu melupakan ini.” Nenek Anna memberikan sweater berwarna navy yang dia rajut sendiri untuk cucu satu-satunya. “Maaf, hampir saja aku meninggalkannya. Terima kasih Nek.” Daniel tersenyum hangat. Nenek Anna duduk di sisi Daniel, lalu mengelus lengan atletis cucunya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Kemudian Daniel berbaring, menjadikan paha neneknya sebagai bantal. “Aku pasti sangat merindukan nenek.” Daniel mencium tangan nenek Anna yang sudah keriput. “Apa tidak sebaiknya nenek ikut bersamamu? atau kamu batalkan saja rencanamu.” Daniel membuang nafas berat, dia hanya menatap nenek yang sudah merawatnya dengan penuh kasih sayang. “Lepaskan masa lalu, berdamailah dengan diri. Kalau mengikuti amarah sejujurnya aku pun marah dan tidak bisa menerima semua yang terjadi pada keluarga kita, tetapi memilih mengikhlaskan semuanya jauh lebih baik. Aku fokus untuk membesarkanmu, satu-satunya peninggalan anakku. Aku dulu selalu berdoa dan berusaha agar bisa merawatmu agar kamu bisa kembali bahagia dan menjadi laki-laki yang penuh cinta kasih.” Nenek Anna meneteskan air mata. “Terima kasih nenek, karena nenek dan paman aku bisa memiliki semangat hidup lagi. Sampai aku bisa mewujudkan cita-citaku menjadi dokter jiwa.” Daniel bangkit dari posisinya, dia memeluk sang nenek dan menghapus bulir air yang membasahi pipi keriput neneknya. “Tetaplah di sini nak, masa depanmu masih sangat panjang. Tak ada gunanya kembali ke masa lalu. Manusia itu terlalu berbahaya. Dulu, segala upaya telah kami lakukan untuk mendapat keadilan, tetapi semua sia-sia. Aku tidak mau kau bernasib sama seperti ayahmu.” ucap nenek Anna dengan nada bergetar. “Maaf nek, kali ini aku tidak menjadi anak yang penurut. Aku tidak bisa hanya diam, aku harus membalas semua yang mereka lakukan, aku akan melakukan segala cara.” ucap Daniel penuh keyakinan. Dia sudah merencanakan ini sejak lama tetapi nenek dan pamannya selalu mencegahnya untuk kembali ke negara kelahirannya, Proseria. Akhirnya ia memiliki alasan setelah pengajuan lamaran kerjanya diterima di negara sana. “Ya sudah jaga dirimu baik-baik, gunakan cara yang benar jangan melawan kejahatan dengan kelicikan. Nanti, di sana kau harus mencari kekasih dan menikah agar aku segera punya cicit.” Nenek Anna menjepit hidung mancung Daniel, mereka menikmati waktu bersama yang tersisa. "Aku sangat menyayangi nenek, aku janji akan menjaga diriku dan segera kembali ketika semuanya sudah selesai." Daniel tersenyum. Dia menggenggam erat paspor dan tiket pesawat yang akan digunakan untuk besok ke negara tujuannya, Prosperia. Dia menarik nafas kemudian menghembuskannya, lalu dia memasukkan paspor dan tiket ke dalam tasnya. Anna tidak bisa lagi menahan Daniel, hanya doa yang bisa diberikan untuk mengiringi kepergian cucunya ke negeri yang sangat jauh dari tempat tinggal mereka. Negeri di mana kekejaman terjadi pada kedua orang tua Daniel dan semua luka tercipta di negeri itu. Disisi lain, di negara Prosperia. Nadin C William, gadis cantik pasien rumah sakit jiwa yang sudah dirawat selama dua bulan berhasil membuat kekacauan dan melukai perawat laki-laki. “Keluarkan aku dari sini bodoh! Arrrrgghhhh persetan kalian semua.” dia berteriak di balik jendela jeruji besi. Gadis itu terus menggoyang-goyangkan pintu besi dengan kencang, sampai menimbulkan suara ribut menggema di koridor. Kebisingan yang dibuatnya itu sampai memancing emosi pasien gangguan jiwa yang lain, lagi-lagi ulah Nadin membuat suasana menjadi kacau. Dokter Rodi yang bertanggungjawab atas Nadin, berdiri di depan kamar. Dia menatap Nadin dengan perasaan campur aduk. "ha ha... keluarkan aku dari sini. Dokter Sialan!" maki Nadin. Dokter Rodi mendekati Nadin yang berdiri di balik pintu jeruji besi, dia menggenggam jeruji itu kuat-kuat masih sambil menggebrak-gebrak pintu itu. "Cuih!" Nadin meludahi wajah dokter Rodi. Dokter itu terkejut karena tidak siap menerima serangan itu. Mata dokter Rodi menatap tajam pada Nadin, lalu tangannya bergerak memberi isyarat agar perawat yang berdiri tidk jauh dari sana mendekat. "Berikan obat penenang, dia tidak bisa dibiarkan." titah dokter Rodi. Dengan sigap, seorang perawat pria membuka rantai dan gembok yang mengunci pintu jeruji itu. Setelahnya tiga perawat pria masuk dan langsung memegangi tangan dan kaki Nadin. "Sial! b******k kalian. Jangan perkosa aku.. jangan!" Nadin berteriak sekencang-kencangnya, sampai urat di lehernya menonjol. Gadis itu juga berontak dengan sekuat tenaga, namun tubuh rampingnya kalah dibawah kuasa tiga pria itu. Dokter Rodi menatap dan tersenyum penuh arti pada Nadin, dengan segera dia menyuntikkan obat penenang. Setelah beberapa detik, Nadin mulai lemas, matanya mulai sayu dan dia tidak bisa lagi mengeluarkan suara apapun. Para perawat memindahkan Nadin di tempat tidur yang empuk. Salah seorang perawat bergerak meraih tali yang terjuntai di besi ranjang. "Tidak perlu diikat, biarkan saja." titah dokter Rodi. Para perawat itu pamit pergi dari tempat itu, meninggalkan dokter Rodi yang memandangi Nadin yang kini sudah tidak berdaya. "Nadin.. Nadin, kamu ini sebenarnya cantik. Tapi sayang sekali, kamu....." dokter Rodi tersenyum licik, lalu dia meninggalkan Nadin di kamar itu.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
472.8K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
518.0K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
612.1K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
471.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook