Mantan Ganggu Aja!

1133 Kata
Jam sudah menunjukkan pukul 12.00. Ivy menutup laptop lalu meraih tas jinjing miliknya. Ia sudah berjanji pada Ryan untuk makan siang bersama. Ivy berjalan sedikit terburu-buru agar ia tak perlu berpapasan dengan rekan kerja satu divisinya, bisa gawat dan akan menjadi gosip kalau ia dan Ryan ketahuan pergi makan siang bersama. Sayangnya, saat tubuhnya hampir menghilang di telan lift, tangan seseorang menahan pintu lift yang hampir tertutup. Ivy reflek segera menekan tombol agar pintu lift segera terbuka. Matanya langsung membola saat ia berhadapan langsung dengan Gatha. Dengan cepat Ivy melangkah ke sudut pinggir agar ada space besar yang tersisa untuk Gatha. Lift tertutup dan turun menuju lantai dasar. Ivy menyilangkan kedua tangan di d**a dengan wajah datar dan dingin. "Mau kemana?" tanya Gatha. "Makan siang Pak," jawab Ivy berusaha profesional. Baginya ini masih hal biasa dan wajar bila atasan bertanya kemana bawahannya akan pergi. "Dengan siapa?" tanya Gatha. Ivy mulai kesal, pertanyaan Gatha mulai mengarah ke ranah pribadi. "Bersama teman Pak," jawab Ivy tenang. "Pria tadi? Ryan Handoko?" tanya Gatha lagi. Ivy mengepal tangannya "Saya sudah bilang kan, tolong bicara pada saya kalau hanya membahas pekerjaan, mau dengan siapa saya pergi itu bukan urusan bapak!" tegas Ivy tanpa menoleh ke arah Gatha. "Maafkan saya, tapi Vy bisa kah kita bicara secara pribadi," ucap Gatha. "Tidak!" jawab Ivy jelas dan singkat. Lift pun terbuka, Ivy langsung berlari dan berjalan dengan langkah lebar menuju lobby. Sayangnya Gatha masih terus mengikutinya. Di Lobby, terlihat Ryan sudah menunggu kedatangan Ivy, pria itu berdiri tepat di sebelah pintu mobil miliknya dengan kedua tangan di dalam saku. "Ivy... " panggil Ryan melambaikan tangan ke arah sang wanita. Ivy tersenyum dan melangkah ke arah Ryan. "Masuk Vy," ujar Ryan membukakan pintu untuk sang wanita. Ivy tersenyum lalu ia masuk, tangan Ryan melayang di atas kepala Ivy saat wanita itu hendak menunduk masuk ke dalam mobil. Ia takut kepala Ivy terbentur. Ryan adalah tipe pria yang memiliki love language yang diungkapkan melalui tindakan nyata untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada orang lain atau pasangannya. Setelah Ivy duduk dengan nyaman di dalam mobilnya, ia menutup pintu mobil dan tampak tergesa-gesa hendak masuk ke mobil karena sudah tak sabar ingin berduaan dengan Ivy. Semua itu tak lepas dari pantauan Gatha. Pria itu menggertakkan giginya. Tapi Gatha tak tinggal diam, ia pun bergegas menuju mobilnya yang terparkir di area khusus atasan. Gatha melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar ia tak ketinggalan jejak Ivy dan Ryan. Mobil Ryan belok ke salah satu Restoran mewah yang terkenal di datangi para pasangan. Gatha tak tinggal diam, pria itu ikut membelokkan mobilnya yang mewah masuk ke area Restoran. "Pak Ryan, yakin kita makan siang disini? saya rasa tempat ini kurang cocok," ujar Ivy sambil menggaruk leher yang tidak gatal. "Tempat ini bagus Vy, makanannya juga enak kok," jawab Ryan sumringah. Melihat Ryan yang terlihat happy membuat Ivy tak enak hati bila terus menolak. Ivy tahu Restoran ini biasanya di datangi para pasangan kekasih, dan makanan di sini juga terkenal cukup mahal tak sesuai dengan gaji mereka. Ivy pun turun dari mobil. Namun matanya terbelalak kaget saat melihat Gatha keluar dari mobil tepat di sebelah mereka. Gatha mengenakan kacamata hitam menambah ketampanannya. "Pak Gatha," sapa Ryan yang juga ternyata sudah melihat kehadiran Gatha. Gatha membuka kacamatanya lalu menganggukkan kepalanya kepada Ryan. Sedangkan Ivy ia hanya diam berusaha menahan kesal. "Kenapa dia ada disini juga?" batin Ivy. "Kalian mau makan disini?" tanya Gatha. "Iya Pak," jawab Ryan. "Bukannya ini tempat makan Pasangan kekasih, kalian-" "Be-belum Pak, doakan saja segera ya," potong Ryan menggaruk kepalanya karena malu. Ivy melirik tajam ke arah Gatha, sedangkan Gatha hanya menyunggingkan senyuman ke arah sang wanita. "Kalau begitu, boleh saya bergabung dengan kalian?" tanya Gatha. "Tidak!" teriak Ivy reflek. Ryan melirik ke arah Ivy, walaupun Ryan juga terganggu dengan kehadiran Gatha yang ingin bergabung tapi tidak mungkin mereka menolak ajakan atasan yang jabatannya mentereng seperti Gatha. "Kenapa saya tidak boleh bergabung Ibu Ivy?" tanya Gatha tersenyum mengejek. Ivy menggertakkan giginya "Ma-af Pak, bukannya tidak boleh, tapi kami rasa kami tidak pantas semeja dengan Bapak," jawabnya. "Apanya yang tidak pantas, kebetulan saya datang kemari sendirian, jadi tidak masalah saya bergabung dengan kalian bawahan saya," ujar Gatha tersenyum sombong. Ivy hanya bisa tersenyum tipis sambil memutar kedua bola matanya. Ia tahu betul niat buruk Gatha. "Ayo," ajak Gatha. Pria itu berjalan lebih dulu, Ivy dan Ryan mengikuti dari belakang. Restoran bernuansa elegan dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela besar, menciptakan suasana hangat dan nyaman. Meja-meja ditata rapi dengan taplak putih bersih dan vas kecil berisi bunga segar. Musik lembut mengalun di latar, menambah ketenangan suasana. Pasangan-pasangan duduk berdua, berbincang sambil menikmati hidangan istimewa yang disajikan dengan rapi. Pelayan ramah melayani dengan sopan, menjaga suasana tetap tenang dan menyenangkan. Tempat ini cocok untuk menikmati waktu bersama tanpa gangguan — tenang, indah, dan penuh kesan romantis di tengah siang hari yang cerah. Ivy merasa sangat canggung karena dia datang bersama 2 pria sekaligus. Langkah Gatha terhenti "Ladies first," ucapnya mempersilahkan Ivy masuk lebih dulu. Ivy melirik sinis ke arah Gatha sedangkan pria itu tersenyum tipis ke arahnya seperti sedang mengejek Ivy. Ivy masuk melewati tubuh Gatha begitu saja. Ryan sedikit kaget dengan sikap Ivy yang terkesan tak sopan pada Gatha, padahal Gatha adalah atasan mereka. "Silahkan Pak," ujar Ryan mempersilahkan Gatha masuk lebih dulu. Ivy mencari tempat duduk yang sedikit ke dalam. Ia memilih tempat duduk yang agak jauh dari pengunjung lainnya. Saat Ivy hendak menarik kursinya, Gatha dan Ryan melakukan hal yang sama membuat suasana tiba-tiba kikuk. Ivy menghela nafasnya pelan, ia menarik kursi lain lalu duduk begitu saja. "Si-silahkan Pak," ujar Ryan lagi-lagi mengalah pada Gatha yang notabenenya memiliki jabatan jauh di atasnya. Ia tak mau sampai turun jabatan. Ketiganya duduk. Gatha mengangkat tangan memanggil Pelayan. Gatha mengambil buku menu lebih dulu dari tangan Pelayan. "Saya pesan dua piring tenderloin steak," ucap Gatha tenang namun pasti. "Medium rare, dengan mushroom sauce, dan tolong, dua gelas orange jus segar. Tidak terlalu manis." jelas Gatha. Mata Ivy membola, itu memang steak kesukaannya dan itu adalah makanan dan minuman yang dulu sering mereka pesan saat masih pacaran. Tak berbeda kagetnya dengan Ivy, Ryan juga merasa bingung. "Pak Gatha makan 2 piring sekaligus?" tanya Ryan menyelidik. "Untuk saya dan untuk Ivy, itu adalah makanan kesu-" "Ya ya, tidak apa-apa saya bisa makan itu kok," potong Ivy. Ia tak ingin Ryan sampai tahu kalau dulu ia dan Gatha memiliki hubungan. Ivy pun memotong ucapan Gatha yang seperti ingin membongkar masa lalu mereka. Ryan tampak bingung melihat tingkah laku Gatha dan Ivy, terutama Gatha yang asal memesan makanan tanpa bertanya lebih dulu pada Ivy, dan anehnya yang di pesankan hanya Ivy seorang. "Ba-baiklah, kalau begitu saya juga pesan menu yang sama, saya juga suka," ujar Ryan pura-pura terkekeh. Ia semakin canggung dan curiga dengan tingkah laku Ivy dan Gatha.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN