Bab 4

1825 Kata
Sudah 2 hari Mikayla tidak berangkat sekolah, dia beralasan pada mamanya kalau dia dibully pas hari pertama masuk, padahal kenyataannya dia yang malas berangkat sekolah. Apalagi alasannya kalau bukan karna sairish yang juga tidak mau mengikuti kegiatan MOS itu. Mikayla beranggapan, kalau Sairish malas, berarti dia juga harus ikutan malas. Biar couple-lan gitu, kasihan Sairish kalau malas sendiri. Sebagai sahabat yang baik, dia harus menemaninya. Alhasil selama 3 hari, mereka liburan ke bandung dan menghabiskan waktu dengan bermalas malasan di hotel milik Sairish. Beruntung Mikayla punya Adena yang tetap memberikan kabar seputar sekolah mereka, dan menurut Mikayla, belum ada yang menarik dari informasi tersebut. Jadi dia benar benar mengabaikannya. Mikayla dan Sairish hanya fokus untuk bermalas malasan saja. Tapi pagi ini, saatnya dia kembali ke realita kehidupan. Mikayla dan Sairish sedang berada di dalam mobil yang membawa mereka ke sekolah. Terlihat raut wajah cemberut Mikayla membuat Sairish bingung. "Lo kenapa Ka? dari pertama naik mobil sampai mau nyampe sekolah, muka lo ketekuk terus? Lo marah sama gue?" Mikayla menghela napas pelan, dia menatap Sairish yang duduk disebelahnya. Bibirnya manyun ke depan siap menggerutu. "Gue itu malas ke sekolah Rish, lo tau kan gue absen habis ngehajar anak orang?" Gimana kalo dia laporin gue ke polisi? aduuh, bisa beneran digantung gue sama mama." Mikayla panik sendiri, dia menatap Sairish dengan pandangan cemas. "Lagian, kakak kelas lo hajar, Berani benar. Baru jadi anak baru beberapa jam, udah bikin ulah." Sairish menertawakan tingkah Mikayla yang terlihat pasrah. "Seharusnya ya, lo kemarin jangan cekik lehernya Ka, gila lo. Kalo anak orang mati pelan pelan gimana coba?" Lagi Sairish menakut nakutin Mikayla, membuat wajah gadis itu pucat pasi. "Ya gue harus ngapain dong? masa dia hina hina gue, trus gue diam aja. Harga diri dong Rish!. Dia juga kan nyekik gue duluan, anggap aja gue reflek balasnya.Coba lo ada disitu, trus lo yang dikatain, mungkin habis tu cewek." Mikayla mengutarakan unek uneknya menggebu nggebu. Sairish menjentikkan jarinya kehadapan Mikayla. "Nah itu maksud gue Ka..!Seharusnya lo ngga ngecekik dia, tapi langsung aja lo patahin batang lehernya, biar mampus sekalian." Sairish tertawa jahat membuat bulu kuduk Mikayla berdiri semua. "Untung aja lo ngga ada di TKP kemarin Rish, kalo ngga...?" Sairish menaikkan sebelah alisnya bertanya, "Kalo ngga?" "Ya kalo ngga, udah lo patahin beneran batang lehernya tuh si Nina bobo." Mikayla tertawa cekikikan "Lo psycopat Ka. Ngeri gue, sumpah. Kecil kecil udah sadis aja lo." "Lo yang psycopat. Itu kan ide lo!" "Gue cuma bercanda kambing!" "Ya, ya-... ngga tau lah." Tanpa mereka sadari, mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti di depan gerbang sekolah. Pak Udin menengok ke bangku belakang untuk mengingatkan kedua gadis yang masih sibuk menjahili satu sama lain itu. "Non Irish, non Mika, sudah sampai." "Haa,, udah sampai ya pak?" Mikayla bertanya linglung. "Aduuh, gimana dong Rish, gue beneran gugup nih? Gimana kalo gue di bully nanti, aduuh!." Mikayla terlihat gelisah di tempat duduknya, dia menggigit kecil kukunya pertanda dia gugup. "Santai Ka, lo lupa siapa gue?" Sairish menepuk dadanya jumawa. "Emangnya siapa lo?". Mikayla menaikkan alisnya bertanya bingung. Sudah bingung dengan nasibnya, lagi dibuat bingung oleh tingkah Sairish yang kelewat percaya diri. "Ya, gue Sairish lah!" Sairish tertawa kencang, membuat Mikayla mendengus kesal. "Gue serius bego!". Tiba tiba Mikayla menatap syairish dengan wajah berseri dan senyum lebar. "Aahh, gue punya ide, gimana kalo gue pindah sekolah aja.! "Jangan gila bego!. Cepetan turun, keburu bel, lo mau kita dihukum gara gara telat?" Pintu mobil yang sudah terbuka membuat Sairish dengan mudah mendorong bahu Mikayla untuk turun. Walaupun terlihat ogah ogahan, tapi Mikayla tetap menurut. Karna kalau tidak, dia tidak yakin kalau Sairish akan membuat hidupnya tenang seharian ini. "Pak Udin, jangan lupa nanti jemput kita ya." Sairish mengucapkan salam dan berjalan masuk sambil menggeret mikayla yang masih ogah ogahan. wajahnya terlihat frustasi. "Jangan manyun gitu, tambah jelek lo. Senyum!. Pokoknya kita harus tunjukkin kesan pertama yang baik depan murid murid yang lain." Mikayla menatap wajah Sairish dari samping, dia berdecak pelan. "ckckcj, lo nyuruh gue senyum, tapi lo sendiri pasang wajah datar gitu." "Gue lagi membangun image gue nih, elegan tapi misterius." Sairish menoleh ke arah Mikayla sambil tersenyum sinis. "Sumpah ya, lo ngga ada elegan elegannya, yang ada wajah lo kelihatan kejam banget kayak ibu tiri cinderella." Mikayla tertawa terbahak bahak melihat perubahan wajah Sairish. "Iya, gue emaknya cinderella, lo kakak tirinya." Sairish tersenyum smirk. "Gila..." "Lo lebih gila...." Tanpa mereka sadari, keberadaan mereka berdua sudah menjadi pusat perhatian dari pertama memasuki gerbang sekolah. Wajah cantik dan lembut kedua gadis itu mampu menghipnotis murid murid laki laki. Siapapun yang melihat mereka untuk pertama kali, langsung akan menyukainya. Cantiknya mereka bukan cantik yang membosankan. Tapi cantik yang akan membuat orang betah berlama lama menatap wajah itu. Sedangkan murid perempuan sudah pasti akan waspada, bahkan sudah ada beberapa yang terlihat memandang tidak suka pada mereka berdua. "Bukannya itu cewek yang berani baku hantam sama nina itu ya?" "Gue kira dia udah keluar, kan habis dia berantem itu, dia ngga masuk lagi." "Sok kecantikan banget sih, sengaja kali ketawa ketawa centil gitu biar di notic sama cowok cowok?" "Tapi emang cantik sih." "Itu siapa lagi di sebelahnya, kok baru keliatan. Dia murid baru juga?" "Kayaknya calon bad girl nih, udah keliatan sih. Songong banget. Apalagi yang disebelahnya, kelihatan angkuh banget." "Hu um, keliatan banget sombongnya. Dia belum ketemu aja sama si Angel. Dibikin mampus baru tau rasa." "Emangnya Angel bisa gitu? kalo gue liat kemarin aja, tuh anak kayaknya pintar beladiri deh?" "Lo ngga tau ya kalo Angel itu juga pintar beladiri. Gue yakin sih, buat lawan anak ingusan kayak gitu mah kecil buat dia." "Angel kemarin ngga datang ya pas kejadian di kantin itu?" "Ngga, dia lagi liburan sih katanya." "Oh, pantas aja si Nina KO, orang bodyguardnya ngga ada." "Gue pengen ngeliat Angel ngebully tuh cewek. Soalnya gue enek banget sumpah. Baru ketemu udah berani godain jayden. Emang bibit pelakor sih, tampangnya aja j****y gitu." "Bilang aja lo cemburu,Cewek itu dinotic sama Jayden, sedangkan lo, tiga tahun cuma jadi pengagum doang. Jayden tau lo hidup aja, ngga kayaknya." "Anjing lo!." Terdengar sindiran sindiran kasar dari beberapa murid murid perempuan ketika mereka melewati koridor kelas. Tapi yang namanya Mikayla dan Sairish adalah sejenis manusia yang bodo amat. Prinsipnya, Lo ngga senggol, lo aman. Tapi kalo lo senggol, neraka terlalu bagus buat lo!" Kalau masih nyindir nyindir dibelakang pungggung seperti itu, abaikan saja, mereka hanyalah sekumpulan pecundang yang iri. "Mikaaaaa....!!" Terdengar suara cempreng seorang gadis meneriaki nama Mikayla, membuat kedua gadis itu reflek melihat ke arah depan. Terlihat seorang gadis sedang berdiri di tengah murid murid lain yang sedang mengerubungi sesuatu di dinding. "Ngapain?" Mikayla bertanya setelah mereka berdua berdiri di depan Adena yang sedang tersenyum lebar itu. "Lagi liat pengumuman buat pembagiaan kelas. Lo kelas 1 berapa, semoga kita 1 kelas ya. By the way ini sapa? Boleh kenalan ngga? gue Adena Banurasmi, panggil Rara aja ya?" Adena masih mempertahankan senyum pepsodennya sambil mengulurkan tangan. Sairish membalas uluran tangan adena sambil tersenyum manis." Hai Aden, salam kenal ya." "Iih, lo sama aja kayak Mika. Gue maunya di panggil Rara aja, biar ngga dikira cowok kalo manggil Aden". Bibir Adena mengerucut kesal. "Ngga papa nama lo kayak cowok, yang penting kan lo cewek, mana cantik gini lagi." Sairish tersenyum memuji Adena. Itu bukan pujian omong kosong, tapi menurut Sairish, Adena memang benar cantik. Dan sifatnya yang ceria adalah point plus-nya. Kesan pertama yang bagus, menurut penilaian Sairish. "Rish, kita 1 kelas". Mikayla memekik senang ketika keluar dari kerumunan siswa siswi yang lain, yang semakin lama semakin ramai. "Emang kelas berapa kalian?" Adena bertanya was was. "Kelas 1-1." "Yesssss!!. Kita satu kelas." Adena Memekik keras. "Ngga usah teriak, ayo ke kelas. Capek gue berdiri dari tadi." Mikayla memotong euforia Adena membuat bibir gadis itu seketika cemberut. Tapi ketika melihat Sairish lagi, Adena kembali memberikan cengiran lebarnya. Adena mengamit lengan Sairish dan menyeretnya pelan."ayo Rish, ngga usah sama Mika. Dia galak." Mikayla hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan Adena. Mereka memasuki kelas 1-1 yang terlihat masih sepi karna kebanyakan siswa baru masih di depan mading, mencari letak kelas mereka. Mikayla berjalan ke arah bangku paling pojok di belakang. Area kesukaannya untuk tidur. "Rish, disini aja ya?" "Okeh." "Den, lo duduk depan kita aja. Ngga papa kan?" "Santai, santai!. Ntar juga dapat teman." Satu persatu siswa siswi masuk ke dalam kelas, membuat kelas yang tadinya hening, seketika menjadi sangat berisik. Satu sama lain saling memperkenalkan diri untuk mencari teman baru. "Gue boleh duduk disini ngga?" Seorang gadis berkerudung berdiri di samping meja Adena membuat ketiga gadis yang sedang asyik bergosip itu menoleh ke sumber suara. "Oh, boleh boleh. Lo duduk sama gue ya. Kenalin, gue Adena Banurasmi, panggil gue Rara." Adena mengulurkan tangan, tidak lupa dengan senyum sumringahnya, membuat Mikayla dan Sairish menggeleng pelan. 'Kelewat ramah nih anak.' Batin keduanya. Gadis yang masih berdiri itu tersenyum kaku, dia merasa kikuk sendiri melihat gadis yang sangat antusias di depannya ini. "Hai Rara, kenalin nama gue juga Rara." Gadis yang bernama Rara itu meringis pelan membuat Mikayla dan Sairish tertawa ngakak. "Lo berdua kembar?" "Mentang mentang sebangku, nama juga pake acara sama lagi." Sairish dan Mikayla tidak berhenti tertawa melihat kekonyolan yang dilakukan Adena. "Udah Den, lo udah bagus dipanggil Aden, masih mau dipanggil Rara aja. Tuh saingan lo sama si Rara asli." Mikayla kembali cekikikan melihat adena yang manyun. "Ya udah lah, aing pasrah aja. Yang penting kalian bahagia. Oh ya Ra, nih kenalin teman baru lo. Yang ini Mikayla, Adena menunjuk Mikayla yang duduk menyender sambil bersedekap d**a. Kalo yang ini Sairish, Adena kembali menunjuk Sairish yang tengah menyender pada rembok. "Hai Rara, salam kenal ya." Mikayla dan Sairish kompak menyapa Rara. Yang dibalas senyuman oleh gadis itu. Berhubung hari ini adalah hari pertama proses belajar mengajar, tetapi katanya guru guru sedang ada rapat, jadinya semua murid bebas. Jadi sekarang mereka berempat sudah nangkring di kantin pagi pagi. "Lo pada mau pesen apa?" Adena mode pelayan dimulai. "Gue masih kenyang. Pesen jus jeruk aja." "Gue samain sama Sairish aja." "Gue juga samain aja Den, masih kenyang soalnya." Setelah adena menyelesaikan pesanannya, mereka kembali bergosip. Sedang asyik ngobrol ngalor ngidur dan menertawakan tingkah Adena yang mengusili Rara, tiba tiba terdengar pekikan tertahan siswi siswi, mereka berbisik bisik membicarakan entah apa. Adena dan Rara yang duduk menghadap pintu kantin pun fokus memandang ke arah sana, membuat Mikayla yang berbicara jadi mengernyit heran. "Lo berdua kenapa sih?" Mikayla menaikkaan alisnya bertanya bingung. "Lo berdua nengok ke belakang deh, ada makhluk tuhan paling seksi disana." Adena mengarahkan dagunya ke belakang punggung kedua gadis itu. Belum sempat kepala Mikayla menoleh ke belakang, tiba tiba sebuah tangan bertengger diatas kepalanya dan mengusap rambut Mikayla dengan lembut. Ketika wajahnya menoleh ke samping, pandangan mereka bertemu. Harum mint dari nafas berat terasa didepan wajah Mikayla, jarak mereka hanya 2 jengkal, membuat wajah gadis itu langsung merona. Sapaan lembut terdengar ditelinganya membuat perutnya langsung terasa melilit. Seperti ada ribuan kupu kupu yang sedang mengepakkan sayapnya disana. "Hallo, Mikayla..!" 'Oh God, aku jatuh cinta!'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN