bc

Sudut Caffe

book_age16+
66
IKUTI
1K
BACA
family
friends to lovers
first love
school
substitute
like
intro-logo
Uraian

Sering ke caffe? Nongkrong, makan, atau ketemuan? Pokoknya menjadikan caffe sebagai tempat pelepas penat, bahagia, galau, sampai mencari inspirasi deh!

Bagaiamana kak kelanjutannya Sama Kayak Kaliya Zuppa, cewek stylist yang bisa balet dan jago taekwondo. Dia doyan banget ke foodcourt daripada ke restoran mahal. Hobinya ini mempertemukan Kaliya dengan Teraza, cowok keren mirip Andrew Russel Garfield, anak jurangan tempat fitness, dan mahir bikin strawberry cheesecake. Pertemuan mereka unik, penuh keanehan, dan mengungkap banyak rahasia.

chap-preview
Pratinjau gratis
Ballet
TERIK MATAHARI sempurna meneror atmosfer ibu kota. Panasnya tak terelakkan lagi. Meski kini Kaliya, cewek cantik dengan mata bermanik coklat, sedang berada di dalam mobil pribadi ber-AC bersama Mami. jemari lentiknya tak henti di dikibas-kibaskan untuk sekedar mengusir hawa panas yang menyengat. Mami terlihat risih atas kelakuan Putri semata wayangnya. "Kamu nggak bisa diam,Nak?" "Panas, Mami..." "Ya mobil ini kan ber-AC. Masa masih panas sih? Mami aja nggak panas. Perasaan kamu aja mungkin." Mami kembali fokus menyetir di jalanan penuh debu yang macet. Kaliya cemberut dan menggerutu di dalam hati. Sejak kapan hawa panas itu hanya perasaan. Huh! Andai siang ini tak perlu pergi ke tempat les balet, Mungkin kini Kaliya bisa tidur di kamarnya yang sejuk. Dengan cat kamar berwarna pink dan ungu yang lembut. Pasti tak menyilaukan mata. Sudah ribuan kali Kaliya mengatakan pada Mami bahwa dia tak menyukai balet sama sekali.Tapi, dengan obsesi yang tak terpatahkan, Mami tetap memaksa Kaliya untuk menimba ilmu demi menjadi seorang balerina sejati di tempat itu. "Mami... bisa cari jalan yang lebih cepat dan nggak kena macet nggak?" "Sabar sedikit kenapa sih? Lama-lama kamu bawel, ya." "Biarin! Aku turun di sini aja. Mending naik busway." "No way! Debu akan membuat wajah kamu cepat keriput." "Kan abis itu bisa facial, Mami..." "Tetap tidak!" "Ya Tuhaaan." Kaliya tampak semakin depresi akan macet yang seolah tak berujung. Jakarta Oh Jakarta. Sebagai orangtua tunggal yang mempunyai Putri semata wayang. Mami Memang over protective. Kaliya tak pernah diizinkan untuk pergi ke mana pun sendirian. juga tidak mempercayakan putrinya itu kepada seorang sopir. Mami selalu ada waktu untuk mengantar Kaliya berangkat sekolah dan pergi ke tempat les balet. "Mami... aku muaaal." "Aw! Aw! Aw!" Kaliya panik Bukan main melihat salah satu teman latihan baletnya terjerembab setelah bogem mentah Kaliya tak sengaja melayang ke perutnya. "Monaaa... sorry... gue nggak sengaja." Kaliya mencoba meraih jemari Mona untuk membantunya berdiri. Fokus latihan sudah bukan lagi pada gerakan gemulai yang diperagakan oleh pelatih baru yang membuat Kaliya mengepalkan tangan. Kaliya ingin melayangkan bogem pada pelatih baru, namun dengan tidak sengaja justru terkena perut Mona yang tiba-tiba berada di hadapan Kaliya. "Ada apa ini?" Pelatih baru itu menghampiri kerumunan yang berhasil dikumpulkan Kaliya kurang dari satu menit. Melihat Mona yang kesakitan sembari Memegang perutnya Pelatih itu menatap Kaliya garang. "Kaliya... ikut saya ke luar." Dengan perasaan sebal yang tak tertahankan, Kaliya akhirnya mengikuti langkah sang pelatih. Sesampainya di luar, Kaliya berharap bisa melarikan diri dari ruangan yang dipenuhi kaca dengan pegangan untuk membantu proses belajar balet. Cewek cantik yang mempunyai postur tubuh ideal itu menghela napas panjang. "Apa yang kamu lakukan pada Mona?" "Nggak ada, Pak..." "Kenapa dia sampai kesakitan seperti itu?" "Saya kesal sama Bapak. Tadi Bapak ngintip saya di ruang ganti, kan?" Mendengar penjelasan sekaligus tuduhan Kaliya, pelatihnya yang bernama Pak Bram itu melotot. Kaliya langsung meninggalkan Pak Bram dengan cuek. Tak ada lagi basa-basi yang tak penting. Cewek berambut panjang itu tak memperdulikan teriakan Pak Bram. Dia hanya mengibaskan jemarinya pertanda dia tak mengambil pusing meski kelakuannya akan dilaporkan kepada mami. "Berhenti lo, Za!" Sosok wajah tengil bernama Andre beserta buntut-buntutnya yang setia mengikutinya menghentikan langkah Teraza yang hendak meninggalkan lapangan tempat Teraza biasa berlatih teakwondo. "Eh, Kupret," jawab Teraza tenang menghadap Andre yang tepat berdiri di hadapannya. "Gue ingetin lagi, ya! Jangan sok jago deh! Dan lo nggak usah sok tebar pesona!" "Hmmm, ya terus,? Lo mau apa lagi?" Teraza menampakan wajah innocent-nya. Membuat Andre semakin terbakar api amarah. "Lo tuh!" Andre mengepalkan tangan lalu mengayunkan kepalanya ke wajah Teraza yang langsung ditangkap Teraza dengan mudah. "Hidup-hidup gue. Kenapa lu yang repot sih?" Teraza berkata pelan dan menekuk tangan Andre hingga dia mengaduh kesakitan. Teman-teman Andre yang ada di belakangnya tidak ada yang berani membantu ketika melihat sorot mata Teraza yang begitu dingin. Teraza melepaskan tangan Andre yang membisu dan kesakitan lalu dia meninggalkan gerombolan musuhnya itu dengan tenang menuju Ninja hijau yang terletak di pelataran parkir tempatnya berlatih taekwondo. Teraza kemudian melesat menuju tempat fitness. Kaliya mencoba menghubungi sahabatnya Gensi dan Tiny. Namun, ternyata Gensi sedang menemani kakak iparnya belanja. Sedangkan, Tiny sedang menemani adiknya belajar untuk persipan ulangan. Pupus sudah harapan untuk mengajak kedua sahabatnya makan di foodcourt. Agar emosinya tidak semakin meluap, Kaliya memutuskan untuk pergi ke salon langganan. Dia berjalan semakin menjauh dari tempat les balet. Padahal belum waktunya pulang dan belum dijemput Mami. Kaliya memutuskan untuk memberhentikan taksi dan segera meluncur ke mal yang terdapat salon langganannya. "Mas, Mall Cinere, ya." "Kenapa nggak ke mal yang deket aja, Neng?" "Lah... kan gue yang bayar. Kenapa lo yang repot?" Kaliya cemberut setelah mendengar protes si sopir taksi. Sopir taksi yang masih terlihat sangat muda itu pun tersenyum dan menggaruk-garuk kepalanya. "Iya juga sih, Neng. Tapi macet. Nggak apa-apa?" "Sumpah, ya. Bawel banget. Mau gue tonjok lo?" mendengar ancaman Kaliya, sopir taksi itu justru tertawa sangat ring seolah mendengar sanjungan yang menyejukan hati. Kaliya melempar tas ransel bermotif micky mouse berwarna pink yang berisi kostum latihan baletnya ke jok samping dan berdeham pertanda kesabarannya sudah habis. "Oke. Meluncur, Neng." "Bawel!" Kaliya tak habis pikir dengan kesialan hari ini. Bukan cuma soal macet atau pun balet sialan. Tapi, soal pelatih barunya yang genit bukan kepalang.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook