Memasak

1522 Kata
Peluh membasahi Tubuh Teraza, si cowok tampan yang sedang berkutat dengan butterfly machine. Salah satu alat fitness yang menjadi favoritnya setiap kali ngegym disini, kantor Pipih. Tangan berotot nya terus saja memainkan alat itu tanpa memperdulikan keringat yang terus bercucuran. Membuat tubuh kekarnya terlihat semakin macho sehingga cewek-cewek ABG yang entah iseng atau memang niat melakukan fitness di tempat itu semringah dan menatap terpesona pada Teraza. "Didin! Gimana sih kamu?! Katering belum dateng juga sampai jam segini? Sebentar lagi Pak Broto yang akan menjadi relasi saya datang. Masa tidak ada suguhan apa pun?" Teraza mendengar suara ribut yang tak lain berasal dari suara Pipih nya itu dari dalam, memanggil asisten pribadinya. "Ma-ma-maaf, Pak. Tadi saya baru dapat kabar, katanya ada sedikit masalah dan kateringnya nggak bisa datang hari ini." Didin tergesa-gesa datang dan memberitahu dengan takut-takut karena sebentar lagi dia akan mendengar Bosnya itu mengamuk. "Kamu ini! Kenapa nggak bilang dari tadi sih! Ini sudah jam berapa, hih?" Pipih semakin terdengar mengamuk dan senewen. Mendengar Pipih kesayangannya itu semakin berisik, Teraza melepas tangannya dari butterfly machine lalu bangkit menuju sumber suara. Tampak sangat jelas Pipihnya yang berbadan tegap dan masih menyisakan ketampanan masa muda itu berwajah kesal dan gusar. Di hadapannya berdiri Didin dengan wajah pucat sambil menunduk dalam. "Ada apa sih, Pih? Berisik banget. Malu tahu didengar costomer." "Ini.... si Didin. Udah tahu bentar lagi calon relasi Pipih datang. Tapi dia malah sembrono lupa kasih tahu kalau hari ini katering langganan nggak bisa dateng," gerutu Pipih masih tampak sangat kesal. "Serahin sama Raza." "Serahin ke kamu? Maksudnya kamu yang masak? No... no... kamu itu cowok Raza." Mendengar perkataan Teraza, Pipih seketika mengeluarkan segala nasihat dan ceramahnya seperti biasa bahwa cowok itu tidak pantas memasak dan lain sebagainya. "Aduh... udah deh, Pih. Sekarang Bukan saatnya Pipih ceramah. Yang penting itu relasi Pipih, kan?" Demi calon relasi yang akan menaruh saham cukup besar di perusahaan gimnasium baru miliknya, Pipih berhenti menceramahi Teraza dan membiarkan Putra semata wayangnya memasuki dapur pribadi yang sengaja dibuat di sana atas paksaan Teraza. "Gue mau creambath aja, ya. Yang biasa!" "Sip, Chin... pasti lo lagi bete, ya?" "Kok lo tau sih, Jon? Gue bener-bener curiha Bapak lo Mbah Dukun deh!" Joni kapster langganan Kaliya tertawa sembari menuntun langkah Kaliya menuju tempat pencucian rambut. Setelah Kaliya merebahkan tubuhnya perlahan, Joni mulai membasahi rambut panjang Kaliya dengan sangat hati-hati. " kalau bapak gue Mbah Dukun, gue bukan jadi Kapster, Booo." "Lah? Terus?" "Kaliyaaa, lo kan emang hobi datang ke salon ini kalau lagi marah atau lagi bete aja. Itu juga cuma creambath doang," ucap Joni tak mengajukan pertanyaan Kaliya sembari diselingi tawa yang renyah. Kaliya ikut tertawa. "Kaliya, ada lowongan nggak sih di salon nyokap lo? Masukin gue dong ke sana." "Ya lo bikin surat lamaran kerja dong. Mami gue cerewet gila! Gue aja males ke salonnya." Joni mulai memijat kepala Kaliya. Kaliya sedikit mengantuk. Dia mencoba untuk memejamkan mata sembari menghayati kesejukan yang sedang mendera kepalanya. Pijatan Joni tak perlu diragukan lagi. Entah Sudah berapa kali Kaliya mempercayakan kepalanya kepada kapster itu. "Cyiiin, bangun. Udahan di samponya. Atau lo mau gue mandiin sekalian?" Kaliya tertawa sembari bangun dari tempat pencucian rambut. Joni mendudukkan Kaliya di tempat yang dipenuhi dengan kaca besar dan mempertunjukkan wajahnya secara jelas dan maksimal. "Jon,gue mau tempat yang biasa dong. Yang nggak pake kaca." "Aduh, ribet." "Plis... gue nggak tahan kalau lihat wajah gue lama-lama di kaca." "Iya, gue tahu. Lo serasa didiskriminasi, kan?" "Nah,cakep! Pindah, yuk. Horor nih!" Joni terlihat kebingungan atas permintaan Kaliya. Karena tempat biasa yang Kaliya pakai sedang digunakan oleh kapster senior. Ada nenek-nenek yang minta di creambath. Dan nenek itu katanya Nggak tega melihat wajahnya sendiri. "Jon, kok bengong?" "Tempat yang biasa lo pake udah dipake sama kapster senior gue. Gue nggak berani, Cyiiin." "Hmmm, dasar kapster sialan tuh!" "Iya. Emang sialan!" "Lo juga!" "Kok gue?" "Terus gimana dong, Joniii? Lo tega kalau gue nggak bernapas sampe lo kelar mijat gue?" "Merem deeeh. Sorry, yaaa." "Tuhaaan. Bener-bener sial!" Joni menggigit bibirnya karena takut kalau tiba-tiba Kaliya mengamuk. "Din, nih lo belanja semua bahan yang gue tulis, Jangan sampai ada yang salah, ya. Ingat yang paling penting cheese cream-nya harus dapat. Soalnya di dapur gue udah enggak ada." Teraza menyerahkan seluruh daftar belanja kepada Didin dengan segera. Setelah itu dia kembali memasuki dapur kesayangannya yang terlihat sangat mewah, rapih, dan bersih. Dapur itu dia dapatkan dengan susah payah setelah berhasil membujuk Pipihnya dengan berjanji lebih memprioritaskan taekwondo daripada memasak. Semua perlengkapan dan alat masak tersusun rapi bak dapur restoran terkenal. Sedikit debu pun tidak terlihat di dapur yang didominasi dengan warna silver itu. Sejenak Teraza berdecak kagum memandang kerapihan dan kebersihan dapur sucinya. Teraza dengan segera mencuci tangan, lalu menggunakan celemek biru kesayangannya. Dengan cekatan Teraza menyiapkan seluruh bahan yang sudah ada di dalam kulkas dan perlengkapan yang akan dibutuhkan untuk membuat cheese cake, sungguhan spesial yang akan dia berikan kepada Pak Broto calon relasi Pipih nanti. Ketika sedang asyik berkutat dengan perlengkapan memasaknya, Teraza mendapatkan gangguan yang sangat mengesalkan. Seekor kecoa lewat di hadapan Teraza yang sedang mengocok telur. "Huaaa... kecoaaa!" Teraza berteriak dan sangat panik sehingga telur yang sedang dia kocok muncrat ke mana-mana. Wajah Teraza sangat pucat. Dia berteriak memanggil siapa pun yang dapat menolongnya. "Ada apa, Den?!" Didin yang baru saja pulang dari belanja sangat terkejut mendengar anak bosnya berteriak panik serta melihat dapur yang biasanya begitu berisi menjadi berantakan. "Diiin, usir tuh kecoaaa!" Teraza berdiri menjauh dari kecoa yang sedang diam di depan kocokan telur yang tadi dia kerjakan dan kini terlihat sangat berantakan. "I-iya, Den..." dengan segera Didin bagai seorang pahlawan menangkap kecoa yang sebenarnya malang itu karena kembali berakhir di tong sampah. "Awas lo bilang ke orang-orang kalau gue takut kecoa." "Iya, Den..." Setelah tragedi kecoa yang telah diberikan oleh Didin, Tereza melanjutkan proses pembuatan cheese cake-nya selepas membersihkan dapur dan berganti pakaian. Beberapa waktu kemudian jadilah mahakarya Teraza, yaitu strawberry cheese cake. Didin berdecak kagum akan kemahiran Bos mudanya itu dalam hal memasak. Bukan sekali dua kali dia melihat kemahiran Teraza dalam mengolah makanan. Namun, dia merasa strawberry cheese cake itu adalah yang teristimewa. Hampir saja dia meneteskan liurnya menatap kue yang tampak begitu cantik dan menggiurkan. Dengan d******i cream berwarna pink dan hiasan stroberi segar di atasnya. "Den, ini kayaknya enak banget," Didin berkata sambil tidak melepaskan pandangannya ke mahakarya Teraza. "Eitsss, jangan diapa-apain, Din. Yang ini buat Pak Broto sama Pipih. Mendingan lo bersihin diri sana. Lo pasti kebagian deh." Perkataan Teraza mengurungkan niat Didin yang ingin segera meminta bagiannya. Dengan patuh Didin segera beranjak Pergi untuk membersihkan diri sebelum Bos mudanya yang terkenal sangat bersih ini berubah mood dan mengamuk. "Perfect..." mata teraza berbinar memandang hasil karyanya dengan segera dia membersihkan dapur dan dirinya lalu membawa strawberry cheese cake itu ke ruangan kerja Pipih. "Maaf, permisi..." Teraza mengetuk pintu dan memasuki ruangan kerja berukuran cukup besar yang terletak di lantai dua gimnasium berlantai tiga. Gimnasium itu diberi Nama Hutama Fitness Centre. "Maaf, Pak Broto. Ini anak saya, Raza." Pipih bangkit dari duduknya setelah melihat kehadiran Teraza. "Oh, ini ya anak kebanggaan Bapak," ujar Pak Broto ramah. "Iya,Om. Saya Raza. Teraza Hutama Putra." Teraza menyalami dan memperkenalkan dirinya kepada Pak Broto dan sekretaris cantik yang menemani Setelah dia meletakkan Kuenya di atas meja. "Tampan, ya. Wah, ini apa yang kamu bawa, Nak?" Pak Broto begitu tertarik melihat kue yang diletakkan Teraza.Teraza tersenyum. Kemudian dengan semangat dia bangkit lalu memotong cake itu dan memberikan masing-masing untuk tamu kehormatan Pipih. "Mmm, lezat sekali. Siapa yang buat ini?" Pak Broto melontarkan pertanyaan Entah untuk siapa yang ada di ruangan itu. "Saya, Om," jawab Teraza dengan bangga Dan disambut sikutan Pipih yang mungkin merasa malu jika Putra kebanggaannya itu ketahuan suka memasak. "Wah, kamubya, Raza? Hebat banget. Jarang loh cowok suka dan bahkan pinter bikin kue. Ini benar-benar enak loh, Pak Hutama. Bukan hanya Mahir bela diri seperti yang Bapak ceritakan. Ternyata dia juga pandai membuat kue. Benar-benar hebat, Pak." "Eh, iya, Pak Broto. Dia memang suka iseng aja mencoba membuat kue untuk mengisi waktu luang." Pipih menjawab dengan sedikit gugup atas pujian Pak Broto yang terdengar begitu tulus. "Boleh loh, Nak Raza, kapan-kapan membuatkan kue juga untuk Om. Bagaimana kalau untuk acara peresmian gimnasium kita yang baru, Pak Hutama?" "Wah, maksud Pak Broto? jadi, proyek ini Bapak terima. Pertanyaan pipih itu mendapatkan anggukan mantap dari Pak Broto. Dengan segera saat itu juga mereka menandatangani proyek kerjasama baru untuk pembuatan gimnasium baru impian Pipih. Seusai penandatanganan, Pak Broto meninggalkan gimnasium dengan diantar Pipih yang tersenyum bahagia. Pipih begitu senang hingga melupakan ketidaksukaannya terhadap hobi memasak Teraza. Tiada henti Pipih berkata bahwa Teraza benar-benar hebat bisa menaklukkan Pak Broto yang biasanya dianggap paling selektif dalam memilih rekan bisnis hanya dengan seloyang strawberry cheese cake. Teraza yang menepuk dadanya ketika Pipih tiada henti memuji. Kebanggaan dan kebahagiaannya hari itu sangat besar karena dapat membuktikan kepada Pipih bahwa hobinya itu juga dapat berguna. Teraza ingat untuk membagi cake buatannya kepada Didin yang sudah membantu mengusir kecoa jelek dan membuat cake tadi. Seluruh staf Pipih yang lain pun mendapatkan bagian. Setelah puas Teraza meninggalkan gimnasium Pipihya itu dengan Ninja hijau kesayangannya menuju tempat favorit Teraza ketika bahagia, Mall Cinere.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN