KALIYA GAGAL total memperbaiki hari ini. Bukan kacau-balau lagi namanya. Bahkan kacau balau, berantakan, dan awut-awutan. Niat hati memperbaiki mood sebelum pergi makan ke foodcourt. Malah tambah frustasi karena dua jam full selama creambath dan refleksi dia dihadapkan pada kaca besar yang benar-benar horor menurut Kaliya. Kaliya melangkah tergesa keluar dari salon menuju foodcourt. Langkah nya besar-besar. Dia tak memperdulikan rok mini jeans yang dia kenakan dan seharusnya dapat membuatnya terlihat sedikit lebih
anggun.
"Ampun gila sama hari ini. Ya Tuhaaan."
Kaliya tak hentinya terus-menerus menggerutu hingga sampai di foodcourt dan kebingungan mencari tempat yang kosong. Matanya melihat seluruh sudut foodcourt. Akhirnya dia menemukan tempat yang kosong. Dia buru-buru berjalan menuju tempat ini. Tanpa sadar, ternyata bukan hanya dia yang memburu tempat yang dia tuju.
"Ini kan tempat gue," cerocos Kaliya sembari menatap garang cowok di hadapannya. Cowok itu mengangkat bahu seraya memicingkan mata. Seolah berkata 'apa peduli gue?".
Hal ini membuat Kaliya yang memang sedang sangat kesal menjadi kembali emosi dan meluap-luap.
"Lo minggir dong!" cecar Kaliya
"Ini kan bangku ada empat. Lo nggak mungkin kan dudukin semua bangku ini?" Cowok itu akhirnya bersuara. Kaliya mengembuskan napas kesal, kemudian mengambil tempat di pojok. Cowok itu dengan cueknya mengambil posisi di samping Kaliya.
"Ih... Lo bisa jauhan nggak dari gue?" Kaliya kembali nyolot.
Namun, bukannya menggubris ucapan Kaliya yang begitu kesal, cowok itu justru hanya diam dan beranjak menuju salah satu counter yang berada di area foodcourt itu. Kaliya yang kesal membiarkan cowok itu pergi dan berharap cowok itu tidak kembali ke tempat duduknya. Tapi, harapannya itu terasa sia-sia karena ternyata tidak lama cowok itu kembali dengan membawa nomor pesanan. Kaliya hanya bisa manyun dan merasa kesialannya bertambah.
"Permisi, Mas. Ini zuppa soup pesanannya." Seorang pelayan foodcourt menghampiri cowok yang duduk tenang di samping Kaliya sembari membawa pesanan semangkuk makanan yang seperti sop dengan pastry yang terlihat sangat crispy. Namun, setelah merasa agak heran dengan menu itu, Kaliya tersentak kaget karena merasa namanya disebut pelayan tersebut.
"Eh, lu pesan apa itu?" tanya Kaliya menggebu dan penasaran setelah pelayan itu pergi.
"Zuppa soup," jawab cowok itu singkat seakan tidak memperdulikan Kaliya yang begitu heran dan wajahnya kini telah berubah menjadi kemerahan.
"Kenapa nama menunya sama kayak nama belakang gue?" Kaliya bengong. Cowok itu mengangkat bahunya. Kaliya mengedarkan pandangan ke tempat pelayanan foodcourt itu pergi. Tertera nama counter-nya 'Kaliya Zuppa'. Tak terasa mulut Kaliya sudah menganga sangat lebar. Bahkan gajah dapat masuk diam-diam ke dalamnya. Oke, itu hanya imajinasi liar Kaliya mungkin. Cowok tampan berparas menyerupai Andrew Russel Garfield itu akhirnya mengikuti pandangan yang membuat cewek bermanik mata coklat itu bengong terlalu lama dan lebay.
"Maksud lu?" Akhirnya Teraza yang sedari tadi diam merasa gatal juga untuk bicara melihat cewek yang dia anggap terlalu aneh sejak tadi.
"Itu nama gue, dodol!"
"Hah? Jadi nama lo Zuppa Soup?"
"Bukan! Tapi itu! Kaliya Zuppa." Kaliya menunjuk ke tempat di mana tadi Teraza memesan menu. Teraza sedikit manahan tawa. Namun, dia diam saja dan mengelap sendok yang akan dia gunakan seperti kebiasaannya lalu kemudian melanjutkan makan. Berbeda dengan Kaliya yang dadanya terasa sedikit sesak. Dia sudah merencanakan aksi ngambek pada Mami. Belum lama, tiba-tiba handphone Kaliya berbunyi lantang. Mami. Kaliya mengangkatnya dengan tergesa.
"KALIYA! Kamu kabur dari tempat les balet?"
"Mami berurusan sama aku!"
"Ada juga Mami yang ngomong kayak gitu ke kamu. Kamu berurusan sama Mami."
"Nggak, Mi. Masalahnya beda!"
"Loh? Ada apa?"
"Mami jahat!"
Kaliya segera mematikan handphone-nya. Bisa-bisanya Mami menamai Kaliya sama dengan nama foodcourt. Dan mirisnya, setelah tujuh belas tahun hidup di dunia, Kaliya baru mengetahui itu. Benar-benar menyedihkan. Terlebih dia sangat sering makan di foodcourt ini. Tapi, tak pernah tahu ada salah satu tempat makanan yang bernama Kaliya Zuppa. Teraza yang melihat kenyataan pahit tergambar jelas di wajah Kaliya menjadi tersentuh.
"Udah. Biasa aja kali. Lo kan lagi laper. Pesan makanan gih. Atau mau gue pesenin?"
"Nggak usah. Gue mau pulang aja."
"Yakin?" Teraza yang biasanya malas banyak bicara pada orang baru dikenal geregetan juga melihat cewek yang menurutnya cukup cantik namun memiliki tingkat keanehan yang sangat tinggi itu.
"Iya! Bawel banget sih lo!" Kaliya siap beranjak pergi, lalu menatap sejenak ke cowok yang sedari tadi menambah harinya terasa sial. Wajah cowok itu tampan setelah benar-benar Kaliya tatap. Namun, kekaguman nya tidak terlalu lama karena dia kembali teringat akan kekesalannya pada Mami. Ya, Mami. Kaliya lalu segera pergi meninggalkan Teraza yang menampakan
wajah keheranan. Kaliya menuju salon Mami.
"Cewek aneh," Teraza bergumam sendiri sambil menatap kepergian cewek yang mengaku namanya Kaliya Zuppa itu.
Teraza yang merasa gangguan sudah pergi lalu melanjutkan makannya yang tertunda. Dia melahap habis zuppa soup yang menjadi makanan favoritnya semenjak kecil setiap kali berkunjung ke foodcourt yang terletak di lantai dasar Mall Cinere ini. Dimulai dari kesukaan Mama yang selalu mengajaknya makan di area foodcourt itu. Ah, Mama... Teraza kembali teringat masa kecilnya yang indah bersama Mama. Mama yang kini tidak lagi dapat ditemui nya.