Taekwondo

1244 Kata
Kaliya bilang Pada Mami bahwa dia akan ikut pulang dengan Tiny Yang dijemput oleh kakaknya. Hanya sebatas agar Mami tidak khawatir. Padahal Kaliya bermaksud untuk pergi ke tempat belajar taekwondo. Sebelum memutuskan untuk datang, Kaliya mencoba menghubungi Bang Indra pelatihnya dulu. Kaliya yang mengeluarkan handphone dan menekan nomor Bang Indra. Tersambung. "Bang... di mana lo?" "Eh, Kaliya. Tumben lo telepon gue." "Gue kangen sama lo. Sekaligus pengen ngajakin lo berantem." "Kebeneran, Kal." "Kenapa, Bang?" "Lo dateng deh ke Jalan Anggrek. Gue buka tempat latihan baru." "Gue ke sana deh!" "Sip..." Kaliya langsung memberhentikan taksi. "Jalan Anggrek, ya." "Nggak ke Jalan Mawar aja, Neng?" ledek sopir taksi itu, Kaliya memperhatikan wajah si sopir. "Hadeuh. Lo lagi!" sungut Kaliya. "Udah cepet! Gue mau ke Jalan Anggrek." "Siap, Neng." "Woy! Ayo, ngumpul!" teriak pelatihnya. Cowok dan cewek berseragam putih serta bersabuk dengan beberapa warna berbeda berkumpul. "Bentar lagi pelatih baru kalian dateng. Gue harap kalian bisa belajar dengan baik," ucap Bang Indra dengan tegas. Cowok bertubuh tegap dengan gurat wajah yang manis itu pun kembali membuka handphone-nya dan mencoba menghubungi seseorang. "Kal, lo di mana?" "Gue dibawa ke Jalan Mawar sama sopir taksi sialannya, Bang. Gue mau naik ojek aja," "Nggak. Gue jemput aja. Lo diem di situ." "Oke..." Bang Indra memutuskan pembicaraan. "Gue keluar bentar. Kalian lanjut latihan, ya." "Iya, Bang." Andre mendekati Teraza yang sudah siap untuk latihan. Dia menggerak-gerakan kaki dan tangannya. Teraza hanya melirik sinis. "Pelatihnya pasti sangar. Abis deh lo!" Andre mulai mengusili Teraza. "Tiara, katanya pelatihnya pasti sangar. Takut nggak lo?" Teraza mengalihkan pembicaraan pada Tiara. Anak baru yang masih bersabuk kuning. Tiara tersenyum dan menggeleng. Andre yang merasa diledek oleh Teraza bersiap untuk melayangkan sebuah pukulan pada Teraza. Dan dengan secepat kilat pun Teraza menyilangkan kakinya. Sebelum pukulan Andre sampai di wajah Teraza, Andre sudah tersungkur lebih dahulu. Adegan itu membuat seluruh peserta latihan terkekeh geli. "Ndre... udahlah," teriak salah satu sahabat Andre. Terdengar suara motor Ninja Bang Indra. Semuanya kembali berkumpul. Tubuh tinggi dan tegap Bang Indra tidak menyembunyikan sosok di belakangnya. Sosok cewek cantik dengan tinggi yang hanya sekitar lima sentimeter di bawah Bang Indra. Mengenakan kaos putih ketat dipadupadankan dengan jaket jeans dan rok SMA yang masih digunakan. "Nah, sementara gue ke Korea, dia jadi asisten gue untuk ngelatih kalian. Namanya Kaliya," ucap Bang Indra tanpa rasa bersalah sedikit pun. Membiarkan cewek SMA menjadi pelatih yang sebagian besar peserta latihannya cowok. "Yang bener aja lu, Bang. Kyukpa (1) aja bekum tentu bisa dia!" protes Citra. Salah satu peserta latihan yang bersabuk sama dengan Teraza, Geup (2). Teraza yang agak terkejut bertemu lagi dengan cewek yang dia temui di foodcourt juga berniat protes. Bagaimana mungkin cewek aneh yang namanya sama dengan nama counter di foodcourt favoritnya harus menjadi pelatih selama Bang Indra pergi ke korea. Kaliya sedikit terkejut dan tak percaya diri saat tatapannya tertumpu pada Teraza. Orang lain sekaligus cowok menyebalkan yang mengetahui tentang hal yang paling memalukan dalam hidupnya. Kaliya beringsut di belakang Bang Indra. Mendengar protes salah satu anak didiknya, Bang Indra hanya tersenyum. "Asal kalian tahu, dia udah Il DAN (3). Pas menuju sabuk Yi DAN (4), dia berhenti. Ada beberapa hal yang akhirnya membuat dia keluar dari tempat latihan gue," jelas Bang Indra dengan bangga. Semua peserta latihan melongo. Terlebih Teraza. Cewek aneh, cerewet, dan tampak manja itu ternyata sudah sampai di sabuk hitam? (*) Sedikit penjelasan iya, agar tidak bingung : 1.) Kyukpa, salah satu teknik yang diajarkan dalam taekwondo. yaitu teknik pemecahan benda keras seperti batu, papan, atau beton. 2.) Geup, tingkatan dalam taekwondo menggunakan sabuk merah dengan dua strip hitam. 3.) I1 DAN, tingkatan dalam teakwondo menggunakan sabuk berwarna hitam. 4.) Yi DAN, tingkatan dalam taekwondo menggunakan sabuk berwarna hitam dengan satu strip berwarna putih. Keesokan harinya, Teraza bangun kesiangan. Latihan kemarin Cukup melelahkan. Sampai di rumah, Teraza langsung terlelap tanpa melepas pakaian yang dia kenakan sepulang latihan. Kaliya, cewek yang dianggap manja itu membuat malu Teraza. Selama ini dia tidak pernah sekalipun dikalahkan, kecuali oleh Bang Indra. "Ahhh," Teraza mengarang menyentuh lengan kirinya yang terkena tendangan telak Kaliya. Setelah itu dia segera bangkit dan bergegas mandi karena harus berangkat ke sekolah. Selepas mandi, Teraza pamit pada Pipih tanpa sarapan dan segera memacu Ninjanya dengan cepat. Pasti telat gerutunya dalam hati. "Mamiii! Kenapa nggak bangunin aku?!" Kaliya berteriak panik setelah melihat jam dinding merah muda yang terletak di dinding menunjukkan pukul 06.30. Kaliya segera meraih handuk yang juga berwarna merah muda dan masuk ke dalam kamar mandi. Lima menit kemudian, Kaliya sudah keluar. Dia mengenakan pakaian sekolahnya dengan tergesa dan menuju meja makan dimana mami sedang menikmati sarapan pagi. "Mi, ayo berangkat! Kenapa Mami nggak bangunin aku?" Gerutu Kaliya sambil mengambil sepotong roti selai Strawberry yang sudah disiapkan mami. "Lho? Kata siapa Mami nggak bangunin kamu? Kamu tuh tidurnya udah kayak keturunan kebo. Mami udah sembilan kali bolak balik bangunin kamu." "Enak aja keturunan kebo. Berarti Mami juga kebo dong? Hehehe," Kaliya meledek Maminya. Kekesalan Kaliya sudah berakhir semenjak kemarin berhasil melampiaskan semuanya dengan berlatih taekwondo. "Yeee, Mami keturunan ningrat tahu. Darah biru," Mami menjawab kelakar Kaliya. "Ih, berarti aku juga. Ya udah, Mi. Ayo berangkat. Aku udah telat. Atau aku berangkat sensiri aja, ya?" "No. No. Ayo, berangkat." Mami meraih kunci mobilnya dan bergegas berangkat sebelum Kaliya kembali merengek dan nekat berangkat sendirian. Tin! Tin! Motor hijau Teraza berhenti di depan pagar gerbang sekolah yang sudah tertutup. Teraza kesal karena klaksonnya tidak membuat satu orang pun membukakan pagar. Dia akhirnya turun menghampiri pagar tanpa melepas helm. "Pak Budi! Pak Budi! Tolong bukain dong, Pak" Teraza berteriak-teriak sambil memanggil satpam sekolah yang terlihat Tengah sibuk memerintahkan siswa-siswi untuk masuk ke dalam kelas. Ketika Tengah sibuk berteriak-teriak Teraza tidak menyadari ada Jazz berwarna pink berhenti disusul dengan klakson yang berbunyi berkali-kali. "Mami sih. Telat kan aku, Mi." Kaliya yang duduk di dalam mobil Jazz pink itu menggerutu pada Mami setelah melihat pintu pagar yang sudah tertutup. "Ih, kok kamu nyalahin, Mami? Udah gih kamu turun sana. Mami buru-buru. Ada meeting sama klien." Mendengar penjelasan Mami, Kaliya segera keluar dari mobil dan Mami segera meninggalkan tempat itu. "Pak Budiii... bukain dong!" Kaliya menggoyang-goyangkan pagar tanpa memperdulikan sosok yang juga melakukan hal yang sama. Mendengar teriakan seseorang di sampingnya, Teraza menoleh dan terkejut "Elo?!" Kaliya yang heran akhirnya menoleh dan menatap bingung cowok yang mengenakan helm itu. Teraza segera melepaskan helm dan tentu saja membuat karya tak kalah terkejut. "Lo lagi? Ngapain lo di sini? Lo pasti nguntit gue, ya? Lo masih dendam karena kemarin gue kalahin?" Kaliya yang sudah cukup sadar akan keterkejutannya bertanya Ketus dan panjang pada Teraza. "Nguntit? Harusnya gue yang nanya gitu sama lo. Ngapain lo ada di sekolah gue?" "Sekolah lo? Ini juga sekolah gue!" Kaliya mengalihkan pandangannya pada seragam yang digunakan Teraza. Persis seperti seragam yang dia gunakan bawahan kotak-kotak dan kemeja putih dengan kantung berlogo nama sekolahnya SMA Tunas Bangsa. Oh my God... dia satu sekolah sama gue! Oh,I'm in trouble, ujar Kaliya Dalam Hati. Pak Budi yang mendengar ribut-ribut di luar pagar akhirnya menghampiri sumber suara. Setelah lama bernegosiasi, Pak Budi mengizinkan mereka masuk dengan syarat tidak akan mengulangi keterlambatan. Setelah mendapat izin dan pagar dibukakan, Teraza segera mengambil motor lalu masuk dan mengucapkan terima kasih pada Pak Budi tanpa menghiraukan Kaliya yang masih merasa terkejut akan kebetulan yang sangat tidak terduga ini. Dia lagi... Kenapa di mana-mana gue selalu ketemu dia? Dan, sekarang... ternyata dia satu sekolah sama gue. Kenapa gue baru tahu? Kaliya menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu segera berlari menuju kelas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN