bc

Tak Ada Buku Panduan

book_age12+
2
IKUTI
1K
BACA
love-triangle
mate
aloof
powerful
student
campus
highschool
first love
self discover
stubborn
like
intro-logo
Uraian

Orang bilang jadi remaja adalah masa yang menyenangkan, tapi banyak hal yang membuatku berpikir apakah kehidupanku di SMA akan jauh lebih baik atau justru lebih buruk. Apa yang akan terjadi nanti di sekolah? Apakah aku bisa dapat bersosialisasi dengan teman baru dengan baik? Bagaimana kalau aku punya pacar? Apakah aku akan dapat pacar yang baik? Apa yang harus aku lakukan kalau dia ternyata tidak baik untukku?. Oh God, andai saja ada buku panduan untuk menjalani hari-hariku tanpa ada masalah dan menjawab seluruh kecemasanku dengan jawaban yang pasti.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bagian 1. Awal Mula
Pagi itu aku berdiri di depan cermin. Berusaha memberikan penampilan terbaikku. Hari itu pertama kalinya harus masuk ke sekolah. Namaku Athena. Diambil dari nama dewi perang Yunani. Kata orang nama adalah doa. Mungkin orangtuaku ingin aku menjadi kuat dan bijaksana seperti dewi Athena yang merupakan dewi perang. Pada kenyataannya untuk menjadi sosok seperti itu dewi Athena pasti harus melalui banyak hal yang tidak menyenangkan. Hal itu terjadi beberapa kali padaku waktu SMP bahkan dari SD. Difitnah, dikucilkan, 'ditusuk' dari belakang sama teman sendiri, banyak hal yang aku alami. Berlebihan mungkin kalau aku bilang 'banyak', tapi bagiku memang terasa berat. Untung saja ada sedikit karakter dari namaku yang memang aku miliki. Aku kuat, tidak mudah menyerah, dan aku cukup ahli berbicara untuk membela diriku sendiri, apalagi kalau aku tidak salah. Aku mampu menahan emosi, mengumpulkan bukti dan mengatasi mereka yang berniat jahat padaku. Jadi apapun yang terjadi padaku so far aku bisa melewatinya dengan cukup baik. "Dek, buruan!," seru Alan. Kakak laki-lakiku. Aku dua bersaudara. Usia kami berbeda 3 tahun. "Iya sabar!," teriakku dari kamar. Aku bergegas mengambil tasku dan berlari menuju garasi "Lama banget sih, mau dandan sampai seharian juga muka kamu ga bakal berubah, gitu-gitu aja, jelek," Alan meledek dan mengacak-acak rambutku "Ih kakak! kalau aku jelek kamu juga lah, kan aku adikmu, huh" Aku menyalakan kamera depan handphoneku dan berkaca merapikan rambutku Kami pun berangkat. Hari pertama masuk sekolah aku baru bertemu langsung dengan semua temenku sekelas, karena sebelumnya kami hanya bertemu secara online karena pandemi. Kami berkenalan lagi satu sama lain. Aku duduk di bangku, tidak ada yang aku kenal. Aku orang yang sulit berinisiatif untuk interaksi terlebih dahulu. Jadi aku hanya duduk diam dan melihat sekeliling sambil membalas sapa dengan senyum. Tiba-tiba "hei, kosong kan?," sapa seorang pria. "Iya kosong, duduk aja," dan akhirnya kita jadi teman sebangku. Bintang namanya. Dari awal masuk SMA online dia sangat baik terhadapku, kami sering bertukar pesan, kami juga sering bercerita banyak hal dan belajar bersama via online. Setelah beberapa hari melewati sekolah offline aku masih belum bisa mendekatkan diri pada teman-teman di kelas. Hanya Bintang temanku. Dia menjadi cukup populer di sekolah, karena dia org yg sangat ramah, pandai bergaul, humoris, anak OSIS yang cerdas. Dia sosok pria yang secara inner dan outer menurutku sangat baik. Dia tinggi, dengan rambut agak ikal, style dia sangat sederhana dan tidak berlebihan, tetapi dia selalu terlihat charming.  Suatu hari kami harus melakukan tugas kelompok, satu kelompok terdiri dari empat orang. Banyak yang meminta Bintang masuk ke kelompok mereka, sedangkan aku, hanya duduk dan menunggu kelompok yang kekurangan orang. "Kamu belum dapat kelompok kan? Satu kelompok sama aku mau ga?," ajak Bintang. "Boleh, berarti kita harus cari dua orang lagi" Bintang lalu mengajak dua orang lagi, mereka semua perempuan. Mereka berdua sangat ramah padaku. Mira dan Erin. Sejak saat itu beberapa kali kami mengerjakan tugas bersama, dua perempuan ini sekarang jadi temanku. "Kamu kenapa sih kalo di kelas diem banget, pas udah kenal ternyata bocor juga, haha," tanya Mira "Iya sampai cowok-cowok pada nyebut kamu 'ice princess'". Tambah Erin "Princess apaan. Aku cuma nggak tahu gimana harus mulai berinteraksi sama orang-orang, takut malu-maluin diri sendiri, aku juga kadang agak kikuk dan malah jadi canggung akhirnya malah lakuin hal yang konyol, jadi mending diem, kalau sama kalian juga kan awal-awal gitu, tapi karena udah saling kenal dan kalian juga keliatan baik-baik saja sama kehadiranku aku juga jadi lebih nyaman di sekitar kalian" "Berarti sama aku jg udh nyaman dong," tanya Bintang "Iyalah dari awal kan kita sebangku" jawabku "Bintang itu apa-apa harus sama kamu, ke kantin pun ngajak kamu mulu, tapi kamunya nggak pernah mau" "Aku ngerasa nggak nyaman, kalau ke kantin sama Bintang yang ada aku dikerumunin banyak orang, males" "Kalian berdua tuh kaya beda kutub, tapi anehnya bisa nyatu," Erin menggeleng-gelengkan kepalanya "Heh, justru magnet baru bisa nyatu kalau kutubnya beda" serbu Bintang Suatu hari bintang mengajakku mengerjakan tugas bersama, hanya aku dan bintang. Ia mengajakku untuk kerja kelompok di rumahnya, dan ternyata rumahnya hanya berjarak lima rumah dari rumahku "Kok aku ga tau kalo kita tetanggaan" "Aku baru pindah beberapa bulan lalu, lagian kamu juga nggak pernah keluar rumah kan," jawab bintang Kamar Bintang ada di bagian belakang rumah, berhadapan dengan ruang makan, dan di samping kamarnya ada ruang belajar untuk dia dan adik laki-lakinya. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya dan satu nenek. Saat kami belajar bersama Bintang berkali-kali hanya diam dan menatapku "Kenapa liatin terus?," tanyaku "Kayanya aku suka sama kamu," jawab Bintang cepat "Iya ak jg suka sama kamu" "Beneran?" Bintang yang tadinya duduk menopang dagunya dengan tangan mendadak bangkit dan matanya membelalak "Ya kalo aku nggak suka mana mungkin aku mau temenan sama kamu" "Bukan itu," Bintang kembali duduk Aku yang sedang menulis pun meletakkan pensilku dan memutar kursiku menghadap dan menatap bintang, "terus apa?" Bintang mendekat, tangan kanannya bergerak memegang pipi kiriku dan ia mencium pipi kananku, "is that explain enough?", tanya bintang Aku hanya terpaku dan memandang bintang "Say something" Ia menggenggam tanganku "Hmm sorry", aku membereskan barang barangku dan bergegas pergi, aku hanya tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Baru pertama kali ada yang melakukan hal semacam itu padaku.  Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke kamar. Aku membenamkan wajahku di bantal. "Neng, makan dulu", kata mba Iyah ART di rumah, mengetuk pintu kamarku "Nggak lapar mba" Aku mendengar suara pintu dibuka, "sejak kapan kamu nggak laper?," tanya kakakku yang langsung masuk dan duduk di kasurku. Aku menoleh dan duduk menghadap kakakku. "Kamu kenapa?" tanyanya "Ada cowok yang bilang suka sama aku" "Lah terus? emang kenapa? kan bukan pertama kali kamu ditembak cowok, lagian kenapa sih cowok-cowok itu pada ga waras kali ya bisa suka sama makhluk kaya kamu" jawabnya sambil terkekeh "Ish, serius" kataku kesal "Oke, kamu suka sama dia juga nggak?" "Ya suka, dia baik, lucu, dan aku ngerasa aman kalo sama dia" "Aman?" "Ya kakak tahu kan aku selalu ngerasa canggung kalo di tengah banyak orang, tapi kalau ada dia aku ngerasa lebih nyaman aja di tempat ramai" "Well, kamu juga ngerasa gitu sama teman cewek kamu kan" "Ya, itu sebabnya aku nggak bisa bedain" "Dah lah nggak usah overthinking, kalo kamu emang suka sama dia ya coba aja, kan bukan berarti kamu harus langsung nikah juga. Coba aja pacaran, kamu kan belum pernah juga. Tapi inget, jangan lakuin yang aneh-aneh" "Emang kamu kalau pacaran lakuin aneh-aneh?" "Enggak lah, aku kan anak baik", jawab kak Alan menyombongkan diri.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
56.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook