PENAMBANG BELERANG

235 Kata
Usai menikmati panorama taman dewa yang mempesona Kaki kembali melangkah meretas arah Ditengah dingin angin yang menghalang Raga terus melaju tak kenal waktu Menghempas pepohonan dua meteran Sedari tadi merintangi badan hendak melawan Di sebelah kiri tebing curam Kaki awas supaya tak terperosok masuk ke jurang Tanah berbatu berganti putih kapur Membuat sepatu berlumur lulur Berdebu dan bau sulfur Membuat mata mengabur, hidung tersungkur Masker kembali dipasang, supaya napas bisa lengang Baunya sungguh menyengat, tak kuat dihirup dengan sangat Padahal butuh menghirup udara dalam-dalam Napas sudah tersengal, badan terasa pegal Karung berserakan dipinggiran setapak dengan murung Menunggu batu belerang dimasukkan ke saku Lumayan satu karung dapat seribu Walau beratnya membuat ngilu Gerobak tua diparkir, lelah setelah menyisir Sang kusir duduk manis di atas tumpukan sulfur pasir Menghisap rokok setelah rasa pegal menyihir Tak beberapa lama ia bangkit, gerobak tua dijungkit Waktunya bekerja, mengangkut sulfatara Sekali jalan, tiga-ratus kilo terbawa dalam pegangan Wow….! Demi sesuap nasi, setapak terjal dijajaki Tak peduli keselamatan sendiri, yang utama keluarga Brak….! Beberapa kali gerobak menabrak bebatuan Sambil sesekali menahan badan di ketinggian Supaya roda tak meluncur di turunan Dari atas dua-ribu-sembilan-ratus meter-an Kapur dibawa turun sampai pos pondokan Mereka yang sesungguhnya mendaki Menyusuri tebing tinggi hampir tiap hari Kami harus banyak belajar Hanya kesenangan yang kami kejar Sementara mereka mencari nafkah, bekerja Dengan tak mempedulikan nyawa # Tebing Kapur – 2950 mdpl Mt. Welirang (3156 mdpl) Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN