Usai menikmati panorama taman dewa yang mempesona
Kaki kembali melangkah meretas arah
Ditengah dingin angin yang menghalang
Raga terus melaju tak kenal waktu
Menghempas pepohonan dua meteran
Sedari tadi merintangi badan hendak melawan
Di sebelah kiri tebing curam
Kaki awas supaya tak terperosok masuk ke jurang
Tanah berbatu berganti putih kapur
Membuat sepatu berlumur lulur
Berdebu dan bau sulfur
Membuat mata mengabur, hidung tersungkur
Masker kembali dipasang, supaya napas bisa lengang
Baunya sungguh menyengat, tak kuat dihirup dengan sangat
Padahal butuh menghirup udara dalam-dalam
Napas sudah tersengal, badan terasa pegal
Karung berserakan dipinggiran setapak dengan murung
Menunggu batu belerang dimasukkan ke saku
Lumayan satu karung dapat seribu
Walau beratnya membuat ngilu
Gerobak tua diparkir, lelah setelah menyisir
Sang kusir duduk manis di atas tumpukan sulfur pasir
Menghisap rokok setelah rasa pegal menyihir
Tak beberapa lama ia bangkit, gerobak tua dijungkit
Waktunya bekerja, mengangkut sulfatara
Sekali jalan, tiga-ratus kilo terbawa dalam pegangan
Wow….! Demi sesuap nasi, setapak terjal dijajaki
Tak peduli keselamatan sendiri, yang utama keluarga
Brak….!
Beberapa kali gerobak menabrak bebatuan
Sambil sesekali menahan badan di ketinggian
Supaya roda tak meluncur di turunan
Dari atas dua-ribu-sembilan-ratus meter-an
Kapur dibawa turun sampai pos pondokan
Mereka yang sesungguhnya mendaki
Menyusuri tebing tinggi hampir tiap hari
Kami harus banyak belajar
Hanya kesenangan yang kami kejar
Sementara mereka mencari nafkah, bekerja
Dengan tak mempedulikan nyawa
#
Tebing Kapur – 2950 mdpl
Mt. Welirang (3156 mdpl)
Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia