Nevorusstate

832 Kata
Musim dingin kini menyelimuti seluruh negara bagian Nevorusstate di tahun 2028, salju semakin tebal menutupi tiap-tiap jalan dan atap rumah di negara itu. Jam menunjukkan pukul 3 pagi waktu setempat, Sean terbangun dari tidurnya karena alarm yang berdering dari handphonenya, ia mengambil segelas air putih untuk minum, sambil mencari korek api untuk menyalakan api di cerobong asap rumahnya, sekedar menghangatkan tubuh di musim dingin itu.   Sean membuka laptop untuk kembali mengecek E-mail jadwal sidang gelar masternya di University of Nevorusstate yang akan berlangsung hari ini. Di bawah E-mail jadwal sidangnya, ia melihat kembali pesan yang dikirim oleh Amanda di hari sebelumnya,   "Hai, Sean! Bagaimana kabarmu? Apa kamu sudah mempersiapkan semuanya? Aku rasa sih, sudah, tidak mungkin seorang Sean belum mempersiapkan apa yang akan dihadapinya. Hari ini aku bersama ayahku akan menghadiri penandatanganan kerjasama perusahaan kita dengan perusahaan ayahku. Tenang saja, semua juga sudah aku persiapkan, dan kami menunggu kamu pulang ke Meeskatania untuk menghadiri perekrutan mahasiswa berbakat dari kampus kita dulu. Semoga sidangmu esok hari berjalan lancar, dan kabari aku secepatnya, oke?"   Sean tersenyum dan mengambil handphone untuk membalas pesan Amanda,   "Amanda, terima kasih atas apa yang sudah kamu lakukan, saya tidak salah menempatkan kamu menjadi direktur di perusahaan. Baiklah, akan saya kabari secepatnya kapan waktu saya pulang ke Meeskatania." Sean mengirim pesan itu ke Amanda dan menaruh handphonenya kembali di meja kerja.   Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi, Sean sudah berada di kampusnya untuk menyelesaikan pendidikan Master of Business Administration di University of Nevorusstate. Sean melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan sidang dengan senyum dan penuh percaya diri, seperti yang sering ia lakukan ketika memasuki ruang pertemuan dengan klien-klien perusahaannya. "Guten morgen, Herr Rafsandschani, bitte beginnen sie ihre präsentation" "Guten morgen, Herr, ich bin im begriff zu beginnen."   ***   2 jam sudah berlalu, Sean berhasil menyelesaikan sidangnya dengan nilai yang sangat sempurna, tak heran jika Sean dihormati dosen-dosen di kampus karena terkenal dengan kepintarannya. Sedikit berbeda dengan kampusnya dahulu di Meeskatania, Sean menjadi pribadi yang sedikit lebih banyak berbicara, tidak seperti waktu ia masih menyelesaikan pendidikannya di Universitas Zeeskatania. Hanya Amanda Roose, dari banyaknya mahasiswa yang ada di kampus tersebut, bisa membuat seorang Sean berbicara banyak hal ke Amanda, tentang mimpi-mimpi dan obsesinya.   Dalam cerita mimpi-mimpi dan obsesinya itu, Sean mengajak Amanda untuk memikirkan masa depan yang mungkin bisa mereka ubah. Amanda menyetujui itu, hingga mereka membangun perusahaan keuangan di tahun ketiga kuliah mereka, dengan bantuan dan dukungan dari ayah Amanda, yaitu Joseph Roose, yang juga pendiri perusahaan teknologi terbesar di Meeskatania. Kini perusahaan Sean dan Amanda menjadi perusahaan keuangan terbesar ketiga di negara Meeskatania. Seluruh pemimpin perusahaan di negara itu, mengetahui dan mengakui kepintaran dari seorang Sean dan Amanda, mereka menyebut Sean dan Amanda sebagai 'Alpha dan Beta' ekonomi di negara Meeskatania.   Amanda hingga kini tetap menyimpan rasa takjubnya pada Sean, kedewasaan dan kebijaksanaan Sean mampu membuat Amanda merasa bangga memiliki Sean sebagai teman di sisinya. Karena profesionalitas seorang Sean juga membuat ayah Amanda, Joseph Roose, selalu mengajaknya bekerja sama dalam proyek-proyek pembangunan teknologi di kota Zeeskatania. Di sisi sebagai orang tua Amanda, Joseph juga berharap bahwa Sean ingin menikahi anak perempuannya itu. Namun Amanda tau, Sean tidak akan semudah itu untuk jatuh cinta dengan wanita siapapun yang bahkan Sean kenal. Amanda memberi tahu ayahnya hal tersebut, juga ia pernah berkata kepada ayahnya kalau yang ia lakukan selama ini hanya sebagai teman baik dan rekan kerja dari Sean.   ***   Sean tiba di rumahnya setelah menyelesaikan sidang tesisnya, tidak lupa ia membeli beberapa makanan ringan di toko makanan seberang rumahnya, untuk menghilangkan rasa laparnya setelah bepergian satu hari ini. Ia juga mulai mencari-cari buah tangan dari negara Nevurosstate untuk Amanda, yang akan ditemui setibanya ia di Meeskatania.   *drrttttt.....drrtttttt....drrttttt*   Sean mengangkat telepon dari Amanda,   "Halo, selamat malam, Sean," ucap Amanda mengawali panggilan tersebut.   "Sebenarnya di sini masih pagi, tapi, selamat malam juga, Amanda," jawab Sean.   "Ah, aku selalu lupa perbedaan waktu di Meeskatania dan di sana."   "Tidak masalah, sebentar lagi saya akan pulang ke sana."   "Bagaimana sidangmu? Pasti lancar!"   "Hahahaha, sedikit ada kendala saat mencari file presentasi, tapi selebihnya berjalan lancar. Bagaimana denganmu tentang penandatanganan kerjasama?" tanya Sean. "Hmmm, ada sesi kedua yang harus dilakukan nanti, dan kemungkinan jadwalnya bersamaan dengan perekrutan untuk perusahaan kita nanti," ujar Amanda sembari menghela napas panjang.   "Kita bisa membagi dua, saya bisa menghadiri penandatanganan atau menghadiri perekrutan, kamu pilh saja mana yang mau kamu hadiri."   "Baiklah, kita bisa atur itu, kapan kamu tiba di Meeskatania?" tanya Amanda.   "Jadwal penerbangan saya besok, kemungkinan bisa terlambat tiba di Meeskatania, karena di sini masih turun salju."   "Nanti biar adikku yang menjemputmu di bandara, ya?"   "Baik, Amanda, terima kasih sebelumnya."   "Kabari aku secepatnya, aku tunggu kedatanganmu," ucap Amanda dengan senyum kecil di pipinya lalu menutup telepon.   "Hish, wanita ini, selalu saja lupa salam mengakhiri panggilan," gumam Sean melihat handphonenya sambil berjalan ke arah kamar.   Sean mempersiapkan barang-barang yang akan di bawanya pulang, sebagian ia kirim melalui ekspedisi jasa pengiriman dari Nevurosstate ke Meeskatania, dan sebagian juga ia tinggalkan di sana, jika suatu saat ia harus kembali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN