bc

Penghangat Ranjang Om Presdir

book_age18+
156
IKUTI
2.7K
BACA
forbidden
one-night stand
family
HE
age gap
fated
opposites attract
friends to lovers
playboy
kickass heroine
heir/heiress
blue collar
drama
tragedy
sweet
lighthearted
kicking
city
office/work place
friends with benefits
assistant
like
intro-logo
Uraian

"Dibalik kesuksesan Kenzo Pratama, seorang Presiden Direktur Lumina Resort, salah satu hotel berbintang lima di Kota Jakarta, tersembunyi rahasia yang membangkitkan gairah cinta dan kekuasaan. Gwen Ariani terjebak dalam pusaran cinta dan konflik yang tak terduga bersama sang Presdir. Apakah cinta merekka bisa bertahan? Apa selamanya Gwen akan menjadi Penghangat Ranjang sang Presdir tanpa status yang jelas?"

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Penghangat Ranjang
Gwen merasakan detak jantungnya berdegup kencang saat dia membuka pintu kamar Kenzo Pratama, Presiden Direktur Lumina Resort, tempat di mana ia berkerja. Dia tidak siap untuk apa yang akan terjadi malam ini. "Apa yang Anda inginkan, Pak Kenzo?" Gwen bertanya dengan suara pelan. Kenzo, pria tampan berusia 45 tahun, memandangnya dengan mata yang menggairahkan. "Saya ingin kamu tinggal di sini malam ini, Gwen," katanya dengan suara yang dalam dan berwibawa. Gwen merasa wajahnya memanas. Dia tidak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini. "Tapi, Pak, aku tak bisa." "Jangan panggil saya, Pak dong. Panggil saya Om, Gwen," pinta Kenzo tersenyum lebar. Gwen terdiam seraya menggigit bibir bawahnya keras. "Saya membutuhkan kamu, Gwen. Saya butuh kehangatanmu malam ini." Gwen merasakan dirinya terjebak dalam situasi yang tidak terduga. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, tapi tubuhnya tampaknya sudah memutuskan sendiri. Dengan langkah yang pelan, Gwen mendekati Kenzo. Dia merasakan aroma kolonye yang kuat dan menggairahkan. Saat itu, Gwen tahu bahwa malam ini akan menjadi malam yang tidak terlupakan. Gwen merasakan jantungnya berdegup kencang saat ia mendekati Kenzo. Dirinya tidak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini. Namun, ada sesuatu dalam mata Kenzo yang membuatnya merasa tidak bisa menolak. "Aku gak bisa, Om," Gwen berusaha menolak, meskipun suaranya tidak yakin. Kenzo tersenyum dan mengambil tangan Gwen. "Saya gak akan menyakiti kamu, Gwen. Saya cuma mau merasakan kehangatanmu. Saya kesepian." Gwen merasakan sentuhan hangat Kenzo dan tubuhnya mulai meleleh. Ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi ia tidak bisa menolak lagi. Saat itu, lampu kamar dimatikan, dan hanya cahaya bulan yang menerangi ruangan. Gwen merasakan dirinya terjebak dalam kegelapan yang penuh gairah. "Apakah kamu siap, Gwen?" Kenzo bertanya dengan suara yang dalam. Gwen tidak menjawab, tapi tubuhnya sudah memberikan jawaban. Wanita itu benar-benar pasrah saat Kenzo mengecup bibirnya tanpa izin. Mata Gwen terpejam, sesuatu yang aneh tiba-tiba mengusik ketenangan jiwanya. Hasratnya tiba-tiba naik ke permukaan. Napas gadis itu pun berhembus tidak beraturan mendambakan sentuhan yang lebih dari itu. "Lakukan sekarang, Om. Tubuhku milikmu malam ini," bisik Gwen tidak mampu lagi menahan. "Tapi, jika aku mengikuti keinginan Om, apa yang akan aku dapatkan?" Kenzo tersenyum lebar seraya memandang wajah cantik gadis berusia 24 tahun itu. Telapak tangannya perlahan mulai bergerak, menyisir wajah Gwen lembut menggunakan jari telunjuknya. "Kamu tenang aja, Honey. Kalau kamu berhasil memuaskan saya malam ini, kamu akan mendapatkan segalanya, uang, mobil mewah bahkan kalau kamu mau rumah baru pun, akan saya berikan, asalkan--" Kenzo menahan ucapannya lalu mengecup telinga Gwen lembut penuh gairah. "Asalkan apa, Om?" tanya Gwen, hembusan napas Kenzo terasa dingin membasuh permukaan telinganya. "Asalkan kamu mau menjadi penghangat ranjang saya, paham?" Gwen terdiam, menelan salivanya dengan bersusah payah, jantungnya berdetak kencang. Ia mencoba untuk mencerna apa yang baru saja diucapkan oleh Kenzo yang merupakan atasannya di hotel tempat di mana ia bekerja. "Dengan kata lain, aku jadi selingkuhannya Bapak, gitu?" tanya Gwen terbata-bata dan segera meralat ucapannya. "Maaf ... maksud aku Om, bukan Bapak." "Selingkuhan sama penghangat ranjang beda dong, Honey. Kalau selingkuhan itu kita menjalin hubungan cinta, sedangkan kamu hanya penghangat ranjang saya, alias pemuas nafsu saya," jawab Kenzo dengan berbisik. "Tapi aku bukan p*****r, Om!" "Siapa yang bilang kamu p*****r, Gwen?" "Sama aja, Om. Om bilang kita cuma menjalin hubungan di atas ranjang dan Om membayar aku, apa bedanya aku sama p*****r?" Kenzo menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan, memandang wajah Gwen dalam-dalam. "Emangnya kamu gak tertarik sama penawaran saya? Kalau malam ini kamu memuaskan saya, besok saya akan membelikan apapun yang kamu mau. Kamu tinggal bilang pengen beli apa? Bukan hanya itu saja, saya juga akan memberikan kamu uang yang cukup, saya yakin gaji kamu di hotel ini gak akan cukup buat memenuhi kebutuhan kamu sehari-hari. Maksud saya, cuma pas buat kehidupan kamu sehari-hari, tapi gak akan cukup buat membeli barang-barang mewah." Gwen terdiam merenungkan apa yang baru saja diucapkan oleh Kenzo. Ya, ia akui gajinya sebagai pelayan hotel hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, belum lagi dirinya harus mengirimkan uang ke kampung untuk membiayai kedua adiknya yang masih sekolah. Jika ia memenuhi permintaan Kenzo, maka dirinya tidak akan hidup kekurangan bahkan bisa mengirimkan uang yang cukup untuk mereka. "Kenapa kamu diem aja, Gwen?" tanya Kenzo, tidak sabar ingin segera mencicipi tubuh Gwen yang aduhai. Gwen menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan, sebelum akhirnya mengangguk dengan mata terpejam. Kenzo tersenyum lebar. "Kita mulai sekarang?" tanyanya penuh gairah. Gwen kembali mengangguk dengan pasrah. Gwen Ariani benar-benar dibuat terbuai dengan sentuhan demi sentuhan yang diberikan oleh Kenzo Prtama. Jiwanya seakan melayang ke angkasa lepas, raganya dibuat tidak berkutik meski rasa sakit sempat menyiksanya di awal, tapi Kenzo dengan begitu lihainya merubah rasa sakit itu menjadi kenikmatan yang tiada tara yang baru pertama kali Gwen rasakan di dalam hidupnya. Ia tahu, apa yang sedang ia lakukan ini adalah sebuah kesalahan, dirinya pun sadar akan konsekuensi yang akan ia dapatkan di depan, tapi Gwen tidak dapat menolak penawaran yang diberikan oleh atasannya ini yang merupakan pengusaha kaya raya. Kenzo Pratama, pemilik Lumina Resort mewah tempat peristirahatan untuk mereka-mereka yang memiliki banyak uang. Harga permalamnya saja tidak kurang dari dua juta rupiah sekali menginap, sedangkan Resort itu tidak pernah sepi pengunjung setiap harinya, ditambah Lumina Resort memiliki beberapa cabang di kota-kota besar. Bisa dibayangkan berapa kekayaan yang dimiliki oleh pengusaha berusia 45 tahun-nan itu. Tubuh Kenzo mengejang, begitu pun dengan Gwen. Keduanya mencapai puncak secara bersamaan bersama peluh dan keringat yang membanjiri raga polos keduanya. Kenzo menjatuhkan tubuhnya ke arah samping dengan napas yang tersengal-sengal. Bibirnya nampak menyunggingkan senyuman, selain merasa puas ia pun tidak menyangka bahwa Gwen masih perawan. Sementara Gwen nampak terisak seraya menutupi tubuh polosnya menggunakan selimut tebal. Padahal sebelumnya, wanita itu terlihat begitu menikmati sensasi pendakian mereka. Kenzo menarik napas panjang lalu menopang kepalanya menggunakan kepalan tangan. "Berapa nomor rekening kamu?" tanyanya dengan santai. Gwen mendelik sinis wajah Kenzo. "Aku lagi kesakitan, Om malah nanyain nomor rekening. Dasar gak punya perasaan," decaknya dengan kesal. Kenzo tersenyum tipis. "Tapi enak, 'kan?" Mata Gwen membulat dengan wajah memerah. "Sa-sakit, Om. Bukan nikmat," jawabnya terbata-bata. "Iya, saya tau pasti rasanya sakit, Gwen." "Dih, kayaknya Om udah berpengalaman banget, ya." "Hmm! Seperti itulah kira-kira," jawab Kenzo dengan santai. "Sekarang sebutkan nomor rekening kamu, saya yakin rasa sakit kamu pasti hilang kalau kamu udah nyebutin nomor rekening kamu sama saya." Gwen mengusap matanya yang berair, lalu menyebutkan nomor rekeningnya seraya terisak. Dadanya bahkan terlihat naik turun karena isakan. Kenzo meraih ponsel miliknya lalu menatapnya selama beberapa menit. Tidak berselang lama, suara ponsel lainnya terdengar nyaring. Gwen duduk tegak seraya menutup tubuh polosnya menggunakan selimut tebal lalu meraih ponsel canggih miliknya yang tergeletak di atas meja kecil. Mata Gwen membulat saat melihat pesan email yang masuk. "What? Om gak salah? Om transfer uang 100juta ke rekening aku?" tanyanya, menghitung jumlah nol yang tertera di dalam email. Kenzo tersenyum ringan. "Gimana, apa itu cukup buat mengobati rasa sakit kamu, Gwen? Kalau kurang bilang aja, nanti saya tambahin." Gwen bergeming, berkali-kali menghitung jumlah nol. Jumlahnya tidak salah, delapan nol nampak berjejer mendampingi angka satu, itu artinya nominalnya benar-benar 100juta. Gwen menatap wajah Kenzo lekat dengan perasaan tidak percaya, ia bahkan tidak pernah memiliki saldo sebanyak itu di rekeningnya. "Kenapa kamu diem aja, Gwen? Gak nangis lagi? Saya yakin rasa sakit kamu langsung ilang setelah liat uang sebanyak itu," tanya Kenzo tersenyum miring. Gwen tiba-tiba merasa gugup. Ya, rasa sakit dibagian intinya benar-benar hilang. Uang memang mengalahkan segalanya dan mampu membeli segalanya, termasuk harga diri seseorang. "Anggap saja itu sebagai tanda kesepakatan kita, Gwen," ucap Kenzo, raut wajahnya seketika berubah serius. Gwen mengerutkan kening. "Kesepakatan?" tanyanya dengan bingung. "Iya, 100juta cukup 'kan buat membeli kamu. Mulai detik ini, tubuh kamu milik saya. Kamu gak boleh deket sama cowok manapun dan harus siap jika saya membutuhkan kamu kapanpun. Saya akan menyediakan kamar khusus buat kita berdua, paham?" Gwen terdiam dengan pikiran berkecamuk. Bersambung ....

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.9K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook