bc

K-POPERS

book_age12+
533
IKUTI
2.1K
BACA
stalker
arrogant
drama
comedy
sweet
bxg
highschool
first love
friendship
school
like
intro-logo
Uraian

Mencintai seorang cowok gamers sangatlah sulit bagi seorang cewek kpopers. Karena pada dasarnya, cowok-cowok tidak ada yang menyukai artis tampan dan cantik yang berasal dari Korea Selatan.

Tapi, apa jadinya jika disini Kaila, si cewek Kpopers yang tingkat kehaluannya sudah berada di tingkat teratas, mencoba berhalusinasi jika suatu saat ia bisa menonton konser boyband kesayangannya bersama orang yang ia cinta.

Mencoba melakukan aksi modusnya untuk menarik hati Haikal, si cowok gamers yang membencinya.

Lalu, bagaimana jadinya? Berhasil atau sebaliknya?

Bahagia atau sad ending? Apakah yang ia impikan menjadi haluan atau kenyataan?

chap-preview
Pratinjau gratis
K-POPERS | 1
"Ima kimi note o hanaseru you ni i got let---" "BERISIK!" Sentak seorang cowok yang tengah fokus mengerjakan tugas yang di berikan guru produktifnya. Cowok berpewarakan tinggi itu menatap tajam seorang cewek mungil yang berdiri sambil menyanyikan lagu yang menurutnya lagu itu aneh. Lagu Korea. Si cewek yang mendapat sentakan dari cowok keren itu yang sialnya lagi cowok keren yang menyentaknya itu adalah cowok yang diincarnya. "Tuh, kan, Kai. Si Haikal terganggu sama suara sumbang lo." Celetuk cowok dengan rambut pirang yang duduk di meja komputer tepat di samping kanannya. Kendra namanya, teman satu kelasnya yang suka memanas-manasi keadaan. Cewek yang di panggil dengan sebutan 'Kai' itu mencebik kesal. Bukannya duduk dan mengerjakan tugas yang di berikan guru produktifnya. Justru cewek mungil itu mengambil mouse dan melanjutkan nyanyiannya dengan menjadikan mouse sebagai microphone. "No do a pu jan ha cause your mine i just wanna blow your mine i roh ke non---" BRAK Cewek mungil itu tersentak dan langsung menghentikan nyanyiannya setelah melihat cowok keren yang menyentaknya itu berdiri dari duduknya dengan tatapan marah. Kaila Sherly Sifabella. Nama cewek mungil yang sangat gemar menyanyikan lagu Korea. Tidak perduli suara sumbangnya merusak pendengaran orang-orang yang mendengar nyanyiannya itu. Kaila meneguk ludahnya kasar melihat cowok keren yang menyentaknya itu berdiri di depannya. Catat! Di depannya! Jangan lupakan tatapan tajamnya yang berkali-kali membuat Kaila jatuh sejatuh-jatuhnya orang jatuh cinta. Ih, Alay! Haikal Fathan Ghazawan. Cowok keren dengan tinggi badan yang jauh di atas Kaila. Pecandu game online yang berani gak tidur sampai tengah malam. Sekarang, Kaila berdiri di hadapan cewek kpopers yang benar-benar membuatnya muak dengan segala tingkah lakunya. Tukang halu dan suka nyanyi-nyanyi gak jelas. "Lo b***k atau emang dari sononya lo b***k?!" Sarkas Haikal membuat suasana lab yang awalnya lumayan rame mendadak hening sehingga suaranya menggema ke segala ruangan. Kaila menggigit bibir bawahnya, menguatkan dirinya kalau kejadian seperti ini sudah biasa ia alami. Ya, sudah biasa. Dengan dirinya yang begitu menyukai boyband yang berasal dari Korea Selatan, ia selalu mendapat gunjingan dari teman-teman kelasnya. Tapi, entah kenapa jika Haikal yang menegurnya, rasanya seperti ada belati yang menancap tepat di ulu hatinya. Sakit tak berdarah. "Lo buta atau emang dari sononya buta?!" Jawab Kaila membalikkan perkataan Haikal dengan tatapan yang sama tajamnya. Kedua tangannya bergerak menyentuh kedua telinganya dan menatap Haikal tajam. "Ini apa, hah?! Lo lihat, kan, kalo ini TE.LI.NGA. Telinga fungsinya mendengar. Jadi, sudah jelas, kan, kalo gue GAK b***k. Punya mata tolong di kontrol penglihatannya. Teliti sebelum memaki. Cermati sebelum malu sendiri. Ini realita, dimana yang lo ucapkan gak bikin lawan bicara lo diem aja di rendahin sama lo." Haikal menggeram. Kekesalannya sudah memuncak setelah melihat gadis mungil penyuka manusia jelly ini melawannya. Apalagi teman-temannya yang nampak semangat menonton drama yang di ciptakan olehnya dan cewek mungil di hadapannya ini. "Ayo, Kal, bales. Jangan mau kalah sama cewek kutil." Ujar temannya yang berada di meja komputer tepat di belakang dirinya berdiri, lebih tepatnya berada di meja komputer samping kiri Kaila. Erick, namanya. Teman yang sama-sama penyuka game online yang masuk jajaran pecandu. "Lo---" "Sudah selesai?" Ucapan Haikal terpotong karena suara yang berasal dari pintu lab yang menyela lebih dulu. Dilihatnya guru produktifnya yang sudah memasuki lab dengan ponsel di genggamannya, tatapannya menjuru ke sudut ruangan lalu tatapannya terpaku kepada dirinya dan cewek mungil di hadapannya yang berdiri. Terlihat lain sendiri karena teman-temannya duduk tenang di meja komputernya, mengerjakan tugas yang di berikan. "Haikal, Kaila. Kenapa berdiri? Tugasnya sudah selesai?" Tanya pak Ferdi, guru produktif. Haikal menggeleng sambil tersenyum canggung. "Ehmm--- belum, pak." Jawabnya dengan senyum masam. Haikal kembali duduk di tempatnya dengan tatapan yang kembali fokus kepada layar komputer yang menampilkan tugas yang di berikan guru produktifnya. Membuat stempel. "Ya, sudah silahkan kerjakan. Waktunya kurang lima belas menit lagi. Mau tidak mau setelah lima belas menit kalian semua jangan ada yang melanjutkan tugasnya. Karena setelah itu bapak akan mengecek tugas kalian." "Baik, pak." Jawab semua murid serentak kecuali Kaila yang nampak asik menggerakkan mouse-nya dengan pandangan fokus ke layar komputer di depannya. Lima belas menit berlalu. Pak Ferdi memberikan instruksi kepada muridnya untuk menghentikan segala kegiatannya karena sudah waktunya beliau mengecek tugas muridnya. Pak Ferdi memulai mengecek tugas dari bangku komputer urutan depan. Jantung Kaila berpacu begitu cepat, karena sebentar lagi giliran tugasnya yang akan di cek oleh Pak Ferdi. Kaila memejamkan matanya karena Pak Ferdi sudah mengecek tugas temannya yang berada di meja komputer samping kirinya, yang berarti sekarang tinggal gilirannya. "Sudah?" Tanya Pak Ferdi karena tangan Kaila yang masih memegang mouse. Kaila mendongak dan mengangguk. "Sudah, pak." Pak Ferdi menganggukkan dan mulai mengecek tugasnya dengan serius. Kaila merinding ketika Pak Ferdi menghela nafas panjang dan menatapnya sambil menggelengkan kepalanya. "Bapak ngasih tugas untuk membuat stempel sekolah, bukan stempel gak jelas begini. Mana ada sekolah yang namanya Bangtan Soenyondan. Lalu, apa lagi ini? BTS Army Indonesia? Memangnya ada di Indonesia nama sekolahnya yang kayak begitu? Terakhir, apa lagi ini?! Kpopers Army? Ada nama sekolah kayak gini? Astaga Kaila, suruh buat stempel dengan nama sekolah saja kamu ngelantur kemana-mana. Padahal ini cukup mudah untuk siswi kelas 11 seperti kamu. Lebih parahnya lagi, kamu ini anak jurusan Multimedia. Hal yang seperti ini seharusnya sudah di luar kepala karena kerjaannya anak Multimedia itu ngedesain. Seperti membuat stempel contoh kecilnya." Pak Feri menggeleng kepala lalu menuliskan nilai di buku nilai yang ada di tangannya. "Saya kasih kamu nilai 75. Pas KKM." Ujar Pak Ferdi berlalu mengecek tugas yang lain. Kaila menghela nafas panjang sambil menundukkan kepalanya. "Rasain lo. Makannya sekolah yang bener bukan malah ngeidolain manusia jelly yang bener." Bisik seseorang dari belakang. Saat Kaila menoleh ke belakang, langsung saja ia mendengus saat tahu dari mana asal bisikan itu. Haikal, Cowok gamers yang sialnya cowok yang ia suka. Ah, s**l! *** Kaila duduk di bangkunya sendiri. Teman satu bangkunya yang tak lain adalah sahabatnya sedang pergi ke kantin karena waktunya istirahat. Sedangkan dirinya memilih menatap layar laptopnya yang menampilkan ke-tujuh idolanya itu. Yang biasa ia sebut oppa-oppa Korea. Saking fokusnya streaming MV idolanya, Kaila tidak sadar jika di belakangnya ada segerombol cowok gamers yang asik mabar hingga teriakan nyaring dari segerombol cowok itu sangat mengganggunya sehingga nyanyian yang berasal dari laptopnya tidak terdengar karena teriakan itu. Kaila membalikkan badannya ke belakang. Dilihatnya kurang lebih enam anak cowok yang sama-sama fokus pada layar ponsel dengan mulut yang komat-kamit dan wajah tegang. "Kyaaa... triple kill bro." Seru salah satu cowok yang tampannya luar biasa itu. Haikal. Untuk sesaat Kaila melupakan tujuan awalnya untuk menegur mereka karena terlalu berisik. Dia terpanah dengan wajah serius Haikal. Mengabaikan laptopnya yang masih menyala memperlihatkan ke-tujuh cowok tampan yang bernyanyi diiringi gerakan dance-nya. Memangku dagu menatap Haikal tanpa kedip dan tiba-tiba..... "Woy Kaila!" Teriakan dan tepukan di bahunya mengagetkannya dan sukses membuatnya refleks menggebrak mejanya yang sialnya bukan meja yang ia gebrak, melainkan keyboard laptopnya. Kaila hampir lupa untuk mengedipkan matanya saking terkejutnya. Layar laptopnya tiba-tiba menggelap dan dilihatnya kursor laptop-nya yang sedikit retak di bagian tengahnya. "Mampus gue. Mama pasti bakal ceramahin gue tujuh hari tujuh malam." Lirih Kaila menatap nanar laptopnya yang blank akibat perbuatannya sendiri. Anita. Si pelaku yang menepuk bahunya sehingga dirinya menggebrak laptop-nya. Anita duduk di samping Kayla, mengusap bahu sahabatnya prihatin. "Sabar ya, Kai. Kan, masih ada papa lo. Papa lo pasti gak bakal marah, kok." Anita menenangkan sahabatnya yang wajahnya sungguh begitu memprihatinkan. "Iya, papa gak bakal marah. Tapi, siap-siap uang jajan gue di potong setengah. Bisa mati gue, gak bisa nabung buat beli barang Kpop." Anita memutar bola matanya jengah. Di saat-saat seperti saat ini, masih sempat-sempatnya memikirkan barang KPop. Dasar sahabatnya! Kpopers akut. "Please deh, Kaila jangan mikirin yang namanya barang kpop dulu. Mending lo mikirin laptop lo yang udah menjemput ajal ini." Celetuk Anita, menekan kepala sahabatnya yang isinya tidak jauh-jauh dari oppa-oppa Korea, barang KPop, abs-nya oppa-oppa Korea, drama Korea dan FF nc+ oppa-oppa Korea. Kaila mengusap kepalanya dengan tatapan kesal. "Mudeng otak gue. Udahlah biarin aja. Mati ya mati, mungkin udah saatnya gue hidup tanpa laptop dan siap gak nonton drama Korea." "Ye serah lo, lah. Tapi yang harus lo ingat, lo itu anak jurusan Multimedia, dimana segala sesuatunya membutuhkan laptop. Tanpa laptop, lo gak bisa ngedit dan buat program. Setelah itu, siap-siap nilai produktif lo dapet telur bonus smile face. Oh iya, sama satu lagi, beberapa bulan lagi kita bakal prakerin dan sebelum prakerin kita di latih dulu dan laptop adalah barang yang tepat untuk di jadikan barang wajib yang harus ada." Kaila menelan ludahnya kasar. Anita ada benarnya juga. Kalau laptopnya mati, sama saja dirinya mempertaruhkan nilainya. Terlebih jurusan yang ia ambil, Multimedia dimana segala sesuatunya membutuhkan laptop. Tatapan Kaila memelas. Bibirnya cemberut. Menatap laptopnya dengan tatapan nestapa dan banyak beban. Kalau ia lapor ke mamanya, siap-siap dapat siraman rohani. Kalau ke papa, siap-siap uang jajan potong setengah. Kalau sudah begini mau tidak mau ia harus mengorbankan uang tabungannya untuk men-service laptopnya. Hancur sudah rencananya yang akan membeli album boyband kesayangannya yang baru rilis tiga hari yang lalu. "Huweee... gak jadi beli album oh my my my-nya BTS, dong. Argh, ini laptop ngapain pakek mati segala, sih." Gerutu Kaila menutup kasar laptop-nya dan memasukkannya ke tas laptop yang bergambar tas animasi BT21 yang ia pesan khusus melalui situs belanja online. Barang-barangnya memang tidak jauh-jauh dari yang berbau kpop. Dari tas, hoodie, bolpen, kotak pensil, bahkan buku tulis sekalipun terpampang dengan sangat jelas wajah tampan boyband kesayangannya yang sering ia sebut 'anak Bangtan'. "Kaila, pilih album atau benerin laptop?" "Dua-duanya, lah." Ketusnya. Anita tertawa terbahak-bahak. Di pegangnya kedua bahu sahabatnya dan di arahkan agar menatapnya. Tawanya tak kunjung reda melihat bukti nyata seorang kpopers yang sudah berada di kelas teratas dan terberat. "Kalo dua-duanya, situ punya duit berapa bak? Lima juta apa lima ribu?" Ejek Anita yang sukses membuat Kaila cemberut. "Rese lo." Anita meredakan tawanya. Diusapnya air mata yang jatuh karena terlalu lama tertawa. "Btw, itu si Haikal pinter loh benerin laptop. Skill-nya dia lebih ke anak jurusan RPL ketimbang MM. Tapi kalo menurut gue skill-nya dia ada dua jurusan itu, RPL dan MM. Otaknya encer banget, ngerakit aja nilainya 100. Pemasangan kabel semua bener dan tata letak RAM, BIOS, dan FAN bener semua, gak ada yang longgar kayak punya lo." Tawa Anita kembali pecah setelah mengingat cara kerja sahabatnya ketika merakit CPU. Pemasangan RAM yang longgar, pemasangan kabel yang salah, dan tata letak BIOS yang di letakkan di bawah power supply yang dimana di bawah power supply tidak ada ruang kecil tempat BIOS. Kaila memukul keras lengan Anita. "Ketawa terus sampek sukses. Suka banget ngehina gue." "Gak ngehina, Kai. Cuman nyadarin lo aja buat belajar yang bener dan kalo ada pelajaran produktif umum di dengerin jangan sibuk nulis kalimat hangul di lembaran terakhir buku catatan." Kaila mencebik, yang di katakan sahabatnya memang benar adanya. Saat pelajaran produktif umum ia malas untuk mendengar penjelasan Pak Rohim --guru produktif umum-- yang kalo ngejelasin materi detail banget sampai teman-temannya menguap saking bosannya. Apalagi yang di bahas tidak jauh-jauh dari perakitan, install aplikasi, dan hoading. Apalagi kalau ketahuan ada yang tidak mendengarkan, tidak segan-segan Pak Rohim menyuruh si murid yang mengganggunya itu untuk maju ke depan dan duduk bersila di lantai menghadap ke arah teman-temannya yang fokus mendengarkan perjelasan Pak Rohim. Kaila sendiri sudah tiga kali mendapat hukuman dari Pak Rohim. Duduk bersila dengan keempat temannya yang berjenis kelamin laki-laki. Jadilah dirinya perempuan sendiri yang di hukum. Apalagi produktif umum durasinya lima jam dan sialnya lagi kelasnya kebagian hari Senin setelah upacara, istirahat lima belas menit, masuk lalu di suguhkan mata pelajaran produktif umum sampai istirahat kedua yaitu pukul satu. Bayangkan saja dari pukul delapan sampai pukul satu mendengarkan penjelasan pak Rohim yang penjelasannya meksipun detail tetap kebanyakan ada yang kurang paham. Mungkin satu dua yang paham. Oke, lupakan soal pak Rohim dan mata pelajaran yang diembannya, produktif umum. Yang ia harus dan wajib pikirkan adalah laptopnya yang mati. "Ta, nanti pulang sekolah ikut gue ke abang service laptop ya." Ujarnya memelas. Anita meraup wajah Kaila. "Jijik gue liat muka melas lo berasa gembel kurang asupan gizi." "Kurang asem." "Oke, urwell sahabatnya Anita yang jadi bucinnya oppa Korea katanya." "Apasih." Ketus Kaila mengeluarkan ponselnya dari laci mejanya. Di matikan hotspot yang ia hidupkan karena sebelum laptopnya mati ia menyambungkan hotspot portabel ke laptopnya sehingga mempermudah dirinya streaming MV boyband kesayangannya. Kalau di laptop streaming MV terbaru boyband kesayangannya, lain lagi di ponsel. Di ponsel ia streaming MV boyband kesayangannya yang rilis tahun sebelumnya. Biar sama-sama nambah vierws dan cetak rekor. "Kaila," panggil Anita sambil memainkan puzzle di ponselnya. "Hm" "Lo mau service laptop, kan?" "Heem, kenapa?" Kaila mengalihkan tatapannya dari ponselnya yang menampilkan boyband kesayangannya dan menatap sahabatnya penuh minat. "Kenapa gak lo minta tolong ke Haikal aja. Sekalian pendekatan gitu. Masak dari kelas 10 satu kelas tapi gak akrab, kerjaannya tengkar mulu. Kan, gak lucu. Apalagi lo ada ehem, kan, sama si Haikal. Ayolah sekalian pendekatan mak. Si doi gak bakal kepincut kalo yang demen cuma meratapi nasib aja tanpa ada usaha buat deketin." Kaila memukul kepala sahabatnya dengan ponselnya. "Kalo ngomong sembarangan. Kayak gak tau gue sama Haikal gimana. Si Haikal, kan, gak suka ke gue. Apalagi gue kpopers yang tiap harinya bikin heboh di kelas gara-gara oppa-oppa Korea." "Yeee... kalah sebelum perang lo. Cupu! Coba aja dulu, Kai." "Lo gak inget sama kejadian tadi di lab?" Anita mencoba mengingat kejadian di lab. Dan kepalanya mengangguk setelah mengerti apa yang Kaila maksud. "Itu, sih, salah lo. Lo tau sendirilah, di lab di larang berisik karena di lab anak-anak fokus ngerjain tugas, lo taulah kalo ngedit itu butuh konsentrasi yang tinggi. Lengah dikit aja, editingnya ancur. Apalagi kalo udah buat program." Kaila mengangguk membenarkan perkataan sahabatnya. Memang, anak-anak jurusan Teknologi Informasi seperti dirinya ini harus memiliki konsentrasi tinggi dalam mengerjakan editing foto atau video, membuat program, dan merakit. Karena pada dasarnya seorang programer dituntut untuk profesional dengan kualitas konsentrasi tinggi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Apalagi jika salah memasukkan kode-kode palsu dalam pembuatan program, salah sedikit maka fatal hasilnya. Program yang dirancang tidak berjalan sesuai rencana, itulah resikonya. Apalagi membuat program membutuhkan waktu yang panjang, jika selesai cek kembali takut salah memasukkan kode karena teliti merupakan konsep dasar seorang programer. "Iya gue ngaku salah. Tapi lo tahu sendirilah gimana gue. Gue, tuh, paling gak suka sama suasana yang sunyi. Apalagi gue males banget ngedit, ada cara yang gue lupa pembuatan stempel kayak tadi makannya buat ngusir kemalesan gue cara satu-satunya ya nyanyi." Anita menghela nafas panjangnya. Susah memang memberitahukan sahabatnya yang bila di beritahu selalu ada saja yang namanya pembelaan agar tidak menjadi pihak yang di salahkan. "Iya terserah lo aja, Kai. Ini tenggorokan sampek kering gara-gara ngasih tahu lo. Boleh boleh aja ngefans sama oppa-oppa Korea itu, asal jangan berlebihan. Menurut gue, lo terlalu berlebihan. Dari kamar sampai peralatan sekolah semua gak luput dari Korea. Dan, gue rasa itu berlebihan apalagi lo sampek gak jajan di sekolah karena uang sakunya lo tabung buat beli barang kpop yang harganya bukan 10ribu dapet tiga." "Ish, kok gue dari tadi di pojokin mulu, sih, sama lo," Anita terkekeh. "Maaf, deh, maaf. Ini mulut gue gatel banget pengen ceramahin lo. Kali aja gue nanti jadi motivator atau pengacara, jadi latihan dari sekarang." "Dan gue yang di jadikan sasaran empuk." Cibir Kaila sambil membuka kotak bekal yang terpampang jelas gambar animasi BT21 dan juga tempat air yang terdapat logo seperti pintu terbuka dengan tulisan BTS di bawah logonya. Sudah biasa bagi Anita menemani sahabatnya menghabiskan bekalnya yang memang setiap hari dibawa oleh sahabatnya. Lagi dan lagi demi membeli barang kpop. "Hehe, sori. Btw, kembali ke masalah awal, mau gue bilangin ke Haikal biar bantu benerin laptop lo." Tawar Anita. Sambil menyuapkan nasi goreng yang ditemani telur dadar dan sosis, Kaila melirik sahabatnya sekilas sebelum menggeleng. Anita mendesah. "Kaila, lo jangan gitu, dong. Hitung-hitung biar uang tabungan lo gak berkurang. Lagian Haikal pasti mau-mau aja, kok. Haikal kan, suka banget bantu temannya yang kesusahan." "Kan lo tahu sendiri kal---" "Alah, bacot! Persetan sama kata benci. Gue udah bosen dengernya." Sergah Anita kesal. Dan, tanpa ancang-ancang, tiba-tiba saja Anita berteriak kepada Haikal membuat Kaila melototkan kedua matanya. Terkejut dengan aksi Anita dengan suara cemprengnya membuat Haikal yang sedang asik-asiknya memainkan game online mengangkat sebelah alisnya sambil berdeham tanpa menatap Anita. "Haikal, gue mau minta bantuan lo." Teriak Anita. "Hm. Apa?" Tanya Haikal tanpa mengalihkan atensinya pada ponselnya. "Kesini makannya biar enak ngomongnya." Anita membalikkan badannya menatap Haikal. Kaila mencubit paha Anita sebagai pertanda jika sahabatnya itu jangan sampai membuat Haikal mendatangi tempat duduknya. Anita mengabaikan sahabatnya. Ia masih bertahan pada tujuan awalnya, meminta bantuan Haikal. Haikal berdecak. "Iye iye bentar, nanggung ini." "Cepetan!" "Iye bentar, udah mau master, nih, gue." "Udah belum, Kal?" Tanya Anita tak sabaran. "Argh, jadi kalah, kan." Gerutu Haikal dan dengan raut kesal, mematikan ponselnya dan berjalan mendekati Anita yang tersenyum puas. "Minta bantu apaan? Kalo nyuruh ngasih bekal ke si Adam, ogah gue." Anita terkekeh. Adam, pacarnya. Adam merupakan teman sepermainan Haikal, sama-sama menyukai game online. Bedanya, Adam kelas 11 MM3 sedangkan dirinya 11 MM2. "Gak, lah. Gue cuma minta tolong benerin laptopnya sahabat kesayangan gue ini." Anita meraih tas laptop Kaila yang berada di atas meja. Membuka resleting tas laptop dan mengeluarkan laptop berwarna biru yang diberi stiker wajah lelaki tampan yang putih bening, siapa lagi kalau bukan artis Korea kesayangan Kaila. "Kenapa, tuh, laptop?" "Ini, nih, si Kaila mau jadi holkay. Sok-sok'an mukul keyboard laptop kenceng banget sampek blank tuh laptop." "Terus?" "Ya bantu benerin, dong, Kal." Greget Anita karena Haikal hanya bersedekap d**a menatap laptop sahabatnya dengan angguk-angguk kepala. "Oh. Udah, lah, biarin. Gak usah di benerin biar ini kelas aman tanpa ada teriakan histeris yang bunyinya 'oppa sarangheo, sumpah ini V, Jimin sama Jungkook cool banget'." Anita menyemburkan tawanya melihat gaya bicara Haikal yang menirukan gaya bicara Kaila ketika sudah streaming MV boyband kesayangannya. "Aduh, sakit perut gue. Sumpah lo kayak banci, Kal. Haha." Anita menunjuk wajah Haikal yang juga ikutan tertawa. Berbeda dengan Kaila yang cemberut dengan wajah memerah karena malu. Bisa-bisanya Haikal berperan dengan baik dalam menirukan gaya bicaranya yang super alay bila sudah menyangkut boyband kesayangannya. "Udah kali, Ta. Awas nanti gak bisa mingkem, tuh, mulut." Gerutu Kaila menutup kasar kotak bekalnya yang telah ia habiskan isinya. Anita menoleh ke arah Kaila. Mengatur nafasnya dan memegang perutnya karena terlalu lama tertawa. "Sori, Kaila. Abis si Haikal lucu banget. Pengen ngakak mulu jadinya." "Lha, kok gue? Lo nya aja yang dikit-dikit ketawa padahal gak ada yang lucu." Sergah Haikal sambil meraih laptop Kaila dan menekan tombol power. "Karena lo udah mau bantuin benerin laptop sahabat gue, jadi untuk kali ini gue ngaku kalah sama lo." Anita mengangkat kedua tangannya ke atas. Anita menarik kursi yang berada di samping tempat duduknya. Diarahkan kursi yang ia ambil ke tempat Haikal berdiri yang fokus mengecek laptop Kaila. "Duduk, Kal. Gue takut lo kentut soalnya posisi p****t lo kayak udah siap melepas senapan." Gurau Anita. "Untung lo pacar temen gue. Kalau bukan, udah gue masukin lo ke konektor RJ bersama kabel UTP." Canda Haikal dengan wajah pura-pura kesal. Anita mencibir. "Hm. Iye tahu yang nilai produktif umumnya di atas rata-rata, mah, beda. Kalo bicara pasti bawa-bawa yang berhubungan sama anak buahnya CPU." Haikal terbahak mendengar perkataan Anita yang mengandung sindiran itu. Dan, tawanya saat ini membuat Kaila terperangah dan terpesona secara bersamaan. Padahal sudah berkali-kali ia melihat Haikal tertawa yang semakin menambah kadar ketampanannya yang membuatnya semakin jatuh. Kaila mengatupkan mulutnya ketika Anita menyenggol lengannya dan berbisik, "Jangan norak. Kalo udah kesemsem langsung tancap gas jangan jadi secret admirer berkedok temen bacot beda haluan." Kaila mencibir setelah melihat senyum mengejek sahabatnya yang selalu memojokkannya yang berani menyukai Haikal tetapi tidak berani untuk mencoba menarik perhatiannya. Menyebalkan. "Kal, gue mau ke kelas Adam dulu. Lo disini, lanjutin benerin laptopnya sahabat kesayangan gue ini. Titip sahabat gue ini ya. Kalo dia ngehalu nikah sama oppa-oppa Korea-nya itu, lo getok aja kepalanya biar makin kecil tuh badan." Celetuk Anita yang langsung bergegas meninggalkan Haikal dan Kaila yang diselimuti keheningan. Jangan lupakan debaran jantung Kaila yang memporak-porandakan hatinya. Dasar Haikal! Paling jago membuatnya kalang kabut.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

MANTAN TERINDAH

read
10.0K
bc

FINDING THE ONE

read
34.6K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
80.1K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
168.2K
bc

Way Back Into Love || Indonesia

read
13.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook