Bab 13. Masuk Jebakan

1293 Kata
Tuan Bramantyo menaikkan alisnya saat dirinya dipanggil oleh seseorang dari belakang. "Kamu siapa?" tanya Tuan Bramantyo yang merasa heran siapa yang memanggilnya. "Maaf kamu siapa?" tanya Kinanti juga merasa penasaran siapa yang memanggil Tuan Bramantyo. "Saya ini salah satu rekan bisnis Anda Tuan Bramantyo. Masa Anda lupa. Saya kenal dengan Anda dan saya juga sudah lama tidak bekerja sama dengan keluarga Anda. Terakhir tahun 2000. Apa kabar kenapa Anda bisa di sini dan Anda ada masalah?" tanya pria tersebut yang bernama Ari. Ari merupakan pria yang diminta oleh Airin untuk menjebak Tuan Bramantyo dan Kinanti. Ya, rencana Airin adalah untuk membuat Kinanti dan Tuan Bramantyo bergantung pada Ari. Dengan cara membayar tagihan Tuan Bramantyo. Airin meminta semua kartu di blok dan saat kesulitan Airin mengirimkan anak buahnya untuk membantu tapi harus ada imbalannya dan imbalan tersebut akan dia gunakan untuk menghancurkan keduanya. Kejam memang tapi lebih kejam perbuatan mereka kepada ibunya. "Oh, iya kah? Saya lupa. Maaf tadi ada keributan sedikit dan kartu saya sepertinya di blok." Tuan Bramantyo tanpa malu mengatakan kalau ada masalah di kartunya yang diblok. "Tidak apa, saya bantu saja tapi tetap ada imbalannya. Itupun kalau mau," jawab Ari yang mulai menawan bantuan tapi ada feenya. Kinanti mendengarnya melotot. Bagaimana bisa dibantu tapi ada feenya. "Anda ga niat bantu kah?" tanya Kinanti. "Nona cantik, mana ada di dunia ini yang gratis. Pipis aja bayar. Jadi, saya harus bisa berhitung agar tidak rugi. Lagian, Tuan Bramantyo kenapa tidak bisa bayar? Apa tuan Bramantyo sudah berpisah dengan istrinya jadi jatuh miskin. Kasihan sekali, tapi kalau tidak mau ya tidak apa. Saya permisi dulu," jawab Ari yang sontak saja membuat Tuan Bramantyo dan Kinanti terkejut mendengar Ari mengatakan itu. "Eh, apa feenya. Saya akan berikan," jawab Tuan Bramantyo. Tuan Bramantyo setuju karena dirinya tidak mau malu di sini dan dia akan menghukum Nyonya Marcella nantinya dan dia akan buat Nyonya Marcella menyesal karena sudah mempermainkan dan memperlakukan dirinya. "Kerja sama saja. Saya dengar akan ada kerja sama di bidang properti. Saya mau ikut bergabung. Apakah saya bisa ikut. Bayarnya 40 persen saja. Itu sudah sama yang saya kasih ini bagaimana setuju tidak?" tanya Ari lagi. Rencana yang Ari berikan merupakan rencana Airin. Dia akan meminta Ari mengatakan ingin 40% keuntungannya dari proyek yang dia laksanakan bersama Verrel dan tentunya pembagian tersebut sudah deal antara dia dan Verrel. Verrel 50% mereka 50 % . Jadi, kalau diminta 40% tentu perusahaan Tuan Bramantyo hanya dapat 10% saja tidak ada untungnya. "Mas, jangan mau. Kita dapat apa. Nanti kalau ketahuan sama Marcella penyakitan itu bagaimana. Dan kita tidak bisa ambil keuntungan itu," bisik Kinanti tidak setuju dengan apa yang Ari katakan. Tuan Bramantyo menarik Kinanti sedikit agak jauh dari Ari. Dia tidak ingin Ari mendengar apa yang akan dia bisikkan ke Kinanti. "Dengar baik-baik, kalau kita tidak dibantu oleh dia siapa lagi yang akan bantu? Kartuku semuanya tidak bisa digunakan karena Marcella penyakitan itu. Aku tidak mau dibawa ke kantor polisi apalagi ini negara luar. Kamu tenang saja, kita akan buat perjanjian dengan dia dan aku juga ada ide lain. Tidak akan aku biarkan keuntungan atas apa yang sudah aku incar ke tangan dia. Sementara kita ikuti saja dia," ucap Tuan Bramantyo mengatakan kalau dia sebenarnya tidak setuju dan dia akan mengatur rencana lain. Mendengar apa yang Tuan Bramantyo katakan membuat Kinanti setuju dan dia juga tidak mau ke kantor polisi. Dan nanti akan di blacklist dari negara ini. "Terserah kamu saja. Aku ikut," jawab Kinanti pasrah. Dia tidak bisa berbuat banyak. Dia sangat membenci Marcella yang membuat dia harus berhutang dengan orang lain. Tuan Bramantyo mendekati Ari dan setuju dengan syarat yang Ari katakan. Dan itu hanya di mulut saja. Dia akan membuat Ari menyesal karena sudah mengambil keuntungan darinya. "Baiklah, aku setuju. Maaf merepotkan kamu," jawab Tuan Bramantyo berbasa-basi ke Ari. "Baiklah, aku akan bayarkan. Jangan lupa kamu harus segera tanda tangani kontrak untukku. Ini kartu namaku dan ini surat perjanjiannya. Tidak boleh curang," ucap Ari mengeluarkan surat perjanjian yang Airin buat untuk misi kali ini. Tuan Bramantyo terkejut dia pikir tidak ada tanda tangan dan sejenisnya tapi nyatanya ada dan dia mau tidak mau melakukannya. Kinanti geram dan marah tapi dia bisa apa. Dia mau diblacklist tentu tidak. Setelah tanda tangan sah di atas materai pembayaran terjadi. Barang diterima Kinanti dan Kinanti senang. "Kalau begitu sampai ketemu di perusahaan Anda. Kita buat perjanjian lagi. Semoga kerja sama ini menguntungkan untuk kita. Saya permisi dan selamat berlibur," jawab Ari yang segera pergi meninggalkan keduanya. Ari segera meninggalkan Tuan Bramantyo dan Kinanti yang marah tapi dia tidak peduli. Di tempat aman Ari langsung memberikan kabar ke Airin kalau semua berjalan lancar. "Nona, halo. Semuanya berjalan sesuai dengan keinginan Anda. Saya sudah dapatkan tanda tangannya. Dan dia tidak membaca lagi surat yang saya kasih ke dia. Apa rencana selanjutnya?" tanya Ari. "Awasi dia sampai tiba ke sini dan jangan buat dia mengetahui kamu mengikuti dia. Beritahukan gerak geriknya," jawab Airin. "Baik, Nona. Saya tutup dulu." panggilan berakhir Ari mengikuti Kinanti dan Tuan Bramantyo. Sedangkan Airin berada di rumah sakit karena kondisi ibunya memburuk. Airin duduk di depan ruangan kamar ibunya. "Kali ini pembalasanku lebih kejam dari apa yang kalian lakukan. Tidak peduli siapa dia yang pasti aku akan balas semuanya," gumam Airin yang perlahan air matanya mengalir. Sebenarnya, Airin tidak masalah ibunya bercerai dengan ayahnya. Dan dia juga tidak akan memaksa ayahnya bersama ibunya jika ayahnya tidak cinta lagi. Tapi, jangan seperti ini. Dia tidak suka dan dia benci. "Airin, kamu di sini?" tanya seseorang yang duduk di sebelah Airin dan dia Verrel. Verrel dari kejauhan melihat Airin dan dia menghambat Airin. Terlebih lagi dia melihat Airin menangis. Ada rasa penasaran dihati Airin saat melihat air mata Airin jatuh. Airin terkejut melihat kedatangan Verrel dengan cepat dia hapus namun Verrel lebih dulu menghapus air matanya Airin. "Kamu tidak cocok menangis Airin. Wanita galak seperti kamu menangis apa kata dunia. Ish, tak patut," ucap Verrel tersenyum sambil menghapus air mata dari wanita yang dia sukai itu. Verrel tidak tahu apa yang terjadi dengan Airin dan dia juga enggan untuk bertanya. Karena bukan ranah dia. Tapi, yang pasti Airin tidak baik saat ini. "Makasih. Kamu sudah mengatai aku galak," sahut Airin dengan wajah cemberut. Verrel tertawa karena Airin berhasil ke mode yang biasanya dia kenal. Ketus, pemarah tapi dari semua yang dia kenal Verrel suka melihat Airin tersenyum. "Jangan lupa kamu harus datang. Dan bawa orang tuamu," ucap Verrel mengingatkan Airin kembali. Airin menarik napas panjang dan membuangnya kasar. Ada beban dihati saat Verrel menginginkan dia datang. "Ibuku sakit. Saat ini dia ada di dalam. Kalau kamu bertanya kenapa aku di sini ya karena beliau di rawat. Aku tidak tahu apakah bisa datang ke sana atau tidak. Dan kenapa harus datang bawa keluarga juga. Kita bukan mau tunangan hanya perkenalan saja." Airin mengatakan kenapa dia ada di sini. Verrel ikut prihatin dengan kondisi ibu Airin. Pantas saja dia menangis. "Baiklah, kalau begitu kita tunda saja. Kamu tidak perlu datang bersama orang tuamu tapi kamu sendiri. Dan aku rasa tidak buruk kalau kita tunangan. Aku sangat senang," jawab Verrel. "Tapi, aku tidak senang." Airin membalas apa yang Verrel katakan. "Aku tidak menerima penolakan," sahut Verrel lagi membuat Airin kesal. Airin memandang ke arah Verrel. Dia bukannya sudah katakan tidak memaksa tapi kenapa memaksa. "Aku benci lelaki pemaksa," balas Airin. "Aku malah suka. Itu enak, mau coba?" tanya Verrel mengedipkan matanya. Airin melotot mendengar Verrel berkata seperti itu. "Kau ...." Airin terhenti ucapannya karena Verrel mencium Airin. Airin yang dicium terpaku dan seketika dirinya terhanyut dengan ciuman manis dari Verrel. "Kamu manis," bisik Verrel pelan di telinga Airin. Airin langsung tersadar dan menatap tajam ke arah Verrel yang malah mengedipkan matanya. "Keterlaluan, kamu benar-benar pria tidak tahu diri," kesal Airin meninggalkan Verrel yang tersenyum dan masuk ke kamar ibunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN