Lani kembali ke meja kerjanya dan menyandarkan tubuhnya ke kursi, wajahnya nampak tidak b*******h setelah keluar dari ruang rapat.
"kenapa kamu? Frustasi amat abis ikut rapat" Anton mengintip dari balik kubikel tanpa melepaskan tangannya dari keyboard.
"Aku disuruh nemenin Pak Darma ke Bali buat ninjau proyek hotel Mas, padahal Aku kan masih anak baru" Lani mengerucutkan bibirnya menunjukan ketidakpuasan, padahal jarang-jarang anak baru disuruh ikut turun langsung ke proyek.
"Wow, bagus dong! Kamu bisa sekalian jalan, jarang-jarang loh anak baru dapat kesempatan kaya gitu" Anton mengedipkan matanya ke arah Lani dan antusias mendengar berita yang disampaikan Lani. Pria berkulit putih dan berwajah khas asia itu melemparkan sebuah coklat bengbeng yang memang selalu dia simpan di mejanya buat pengganjal lapar di jam-jam genting.
Lemparan yang dadakan itu tidak sengaja malah kena kepala Lani.
"Awww... Kalo mau ngasih itu yang romantis dikit kek, ga sopan banget lempar-lempar" Lani mengelus kepalanya yang terkena bengbeng, memang dari awal perkenalan Anton ini termasuk orang yang sedikit petakilan. Waktu seminggu training Lani sudah mengenal Anton dan dia cukup dekat dengan pria itu.
"Iyaa... Maaf ya Laniii cantik, sakit ya kepalanya, mana sini coba liat, dududu" Anton beranjak dari kursinya mencoba mengusap kepala Lani yang terkena lemparan. Lani menepisnya lalu mencubit kencang tangan berotot pria itu.
"Aw aw aw... Sakit " Anton meringis mengelus-ngelus lengan bekas cubitan Lani.
"Tangan berotot di cubit dikit sakit, manja! wleee!" Lani tersenyum lebar sampai matanya sisa segaris lalu menjulurkan lidahnya. Anton pun kembali ke tempat duduknya. Lalu membuat finger heart dari tangannya. Sedangkan yang diberi simbol finger heart hanya memutar bola mata malas.
"Kayanya si bos itu mau nguji kemampuan kamu Lan, Kamu sih belom apa-apa udah ngotak-ngatik harga"
"Yaa gimana dong Mas, itu kan perintah dari Bu Selly, masa Aku tolak. Kebetulan Aku juga ngerti sedikit, si bosnya juga setuju, ga berpikir bakal sampai sejauh ini juga sih" Ucap Lani sambil membolak balikan kertas dan mencoret-coret sketsa yang dia buat untuk proyek Bali.
"Ya udah kalo gitu, Kamu jalanin aja. Bereskan! "
"Iya, lagian emang Aku ada hak nolak gitu?" Lani menutup buku agendanya menatap serius pada Anton
"Bisa sih, tapi abis itu langsung dapet SP 1, hahaha" Anton tertawa tanpa rasa dosa.
“Ishhh, janganlah, kejamnya ucapanmu Mas” Lani mencebik kesal, tapi tidak apa Anton sangat wellcome kepadanya meskipun Lani terbilang anak baru.
Tidak terasa jam sudah menunjukan angka 5, semua bersiap untuk pulang. Lani yang masih berkutat di depan komputer segera mematikan CPU nya dan masukan handphone-nya ke dalam tas.
Lani mengikat rambutnya seperti kuncir kuda sehingga menampilkan lehernya yang putih mulus dan jenjang. Di gantungkan tas selempang kecil nya di bahunya secara silang. Anton meneguk saliva mendapati pemandangan indah di depan mata,
'Ya Tuhan kuatkan hamba dari godaan Lani yang indah. Aamiin' ucap Anton dalam hati secara refleks Anton menangkupkan tangannya ke wajah seperi habis berdoa.
"Kenapa Lo Mas? " Lani yang memergoki Anton bertanya heran dengan tingkahnya.
"Kayanya Aku bakalan istigfar terus kalo deket Lani" Anton menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Maksudnya?" Lani gagal paham dengan ucapan Anton.
"Gapapa, lupain aja. Lani cantik pulang bareng yuk! " Anton mensejajarkan langkahnya di samping Lani yang berjalan melewatinya.
"Ga usah Mas Anton, Lani bisa naik bus kok" puk puk, Lani menepuk bahu Anton sambil tersenyum dipaksakan, lalu mendahului Anton berjalan di depannya.
Lani yang memang masih anak baru tidak mau bertindak seenak hatinya, dia masih harus bersikap sopan meskipun bukan Lani yang meminta di antar. bukan tidak mungkin Anton menjadi incaran wanita wanita di kantornya, karena secara fisik Anton ini 'good looking' untuk pria seumurnya.
Mendapat penolakan dari Lani, Anton pura-pura menampilkan wajah sedih.
"Ck, ga usah drama deh Mas Anton" Lani mencebik karena menurutnya Anton sedikit lebay, ucapan Lani hanya dibalas cengiran oleh Anton.
"Kalo gitu kita mampir dulu yuk di kantin kantor, temenin Aku minum jus" Anton masih berusaha merayu Lani dan dengan terang-terangan berusaha mencari perhatian Lani.
"Makasih Mas, tapi Aku mau nyiapin baju buat berangkat besok"
"Hmm... Ya udah deh, kapan-kapan mau kan jalan sama Aku"
"Ga janji, hehe" Jawab Lani tanpa menoleh pada Anton.
"Yahhh... " Anton mendesah pelan.
Sejak awal melihat Lani Anton memang sudah tertarik dengan wanita itu, pembawaan Lani yang supel dan riasan wajah yang tidak berlebihan tetap tidak mengurangi kecantikan Lani sedikitpun. Memang Disa pun tidak kalah cantik dengan Lani, tapi aura yang dipancarkan gadis itu beda dengan sekitarnya, Anton merasa siapa pun yang berada di sekitar Lani pasti akan terbawa aura positifnya. Its Ok, ini masih terlalu dini masih ada waktu lain untuk mendekati Lani lebih jauh. Hiburnya dalam hati.
"Lani duluan ya Mas" pintu Lift terbuka di Lantai Dasar, sementara Anton masih menuju basement karena mobilnya terparkir di sana.
"Hati-hati" Anton sedikit berteriak karena Lani sudah cukup jauh darinya. hanya dibalas dengan acungan jempol ke atas oleh Lani.
Lani berjalan menyusuri trotoar sambil bersenandung, tiba-tiba sebuah mobil mendekat dan berjalan pelan mengiringi langkahnya.
"Ayo Lan... Ikut! " Lani menoleh, lagi-lagi Anton
"Gigih amat anak ini ngedeketinnya, eh tapi jangan GR dulu, siapa tau Anton memang tulus ingin berteman dengan Lani. Hihi" Tak mau keGRan Lani tertawa sendiri dalam hati.
"Beneran gapapa ko Mas, Aku naik bus aja" tidak mau kalah Lani tetap menolak ajakan Anton.
"Udah gapapa, ayo naik!" Anton menepikan mobilnya lalu membukakan pintu Co driver untuk Lani, karena sudah di bukakan dan takut dibilang sombong mau tidak mau Lani ikut masuk ke dalam mobil Pajero Sport milik Anton.
"Makasih ya Mas, Mas Anton ga perlu repot loh nganter Lani pulang"
"Ngga repot kok, kan Kita searah" Anton menyunggingkan senyum menampakan deretan giginya yang putih, kali ini Ia menang meskipun sedikit memaksa.
Senandung lagu milik ANJI - Bidadari Tanpa Sayap menemani perjalanan mereka, sesekali Anton mengikuti liriknya. Mereka hanya mengobrol ringan seputar perusahaan tempat mereka bekerja.
"Belok depan situ nanti ya Mas!" ujar Lani ketika memasuki perumahan di daerah tebet.
"Kosan kamu di situ? Wah deket dong sama kosan Aku" Anton merasa senang semakin besar peluang bisa bersama dengan Lani.
"Iyakah? Mas Anton ngekos dimana? " Lani bertanya basa-basi.
"Aku ngekos di blok S, Kosan Pak Tiyo"
"Oh, Pak Tiyo yah, cuma beda beberapa blok dari kosan Aku "
"Kamu ngerti kosan Pak Tiyo? "
"Kemarin sempet mau ngekos di situ, ternyata udah penuh "
"Wah sayang banget yah, coba kalo kosong, bisa ketemu terus kita"
"Hehe, iya Mas, untung penuh ya" Lani tertawa seraya menutup mulutnya.
"Eh apa kamu bilang? "
"Untung penuh" Lani mengulangi perkataannya lalu mengangkat dua jarinya 'Damai' sambil tersenyum meringis.
Lagi-lagi Anton mengacak-ngacak pucuk rambut Lani. Lani merapikan kembali rambutnya dengan jarinya. "Berantakan nih!" Protes Lani, Nampaknya hobi baru Anton bertambah selain menimbun coklat di dalam lacinya. Anton memberhentikan mobil sesuai perintah Lani.
"Stop di depan situ Mas!" ucap Lani ketika melihat gerbang rumah berwarna hitam.
"Makasih ya, mau mampir dulu? Tapi mending jangan deh! "
"Ck... Ga niat nawarin kamu Lan" Lani hanya tersenyum lagi menampilkan lesung pipi di pipinya, ingin Anton menguwel-nguwel pipi Lani tapi ia tahan karena bagaimana pun mereka baru hitungan minggu kenal, Anton tidak mau terlalu terkesan gragas, takut yang dikejar malah lari. Kebetulan juga Anton memang ditelepon suruh pulang ke rumahnya yang memakan waktu 30 menit dari kosan dia untuk menemani mamanya belanja bulanan jadi Anton tidak mampir ke kosan Lani juga. Bagi Anton selama dia masih sehat dia akan berusaha melakukan yang terbaik untuk Mamanya. Mama Anton seorang singel parent sejak Anton berusia 10 tahun.
"Yaudah Aku lanjut ya! Mama Aku udah nungguin juga!"
"Iya, makasih ya Mas Anton, hati-hati"
Lani bergegas memasuki kosannya yang memang bentuknya rumah dan di huni empat orang cewek di dalamnya. Mereka semua pekerja jadi kesempatan untuk bertemu hanya malam dan pagi saja. Dari ketiga teman satu kosnya Lani mengenal dekat Dinda karena memang mereka satu almamater dan dia ngekos disitu atas rekomendasi Dinda. Sejauh ini teman-temannya yang lain cukup ramah dengan kesibukannya masing-masing.
Ada Franda Adibrata si gadis cantik dengan wajah oriental yang berprofesi sebagai model dan selebgram sesekali ia menjalani syuting jadi jarang ketemu. Ada Prita Rasyafara seorang Arsitek lulusan dari Universitas negeri di Jogja, ditangan dinginnya ia mampu menghasilkan disain-disain yang elegan dan ciamik sepertinya Lani akan cocok dengan Prita karena bidang mereka hampir sama. Prita memiliki wajah paling ayu khas wajah Putri Jawa, tutur katanya yang lembut bisa membuat siapapun yang berbicara dengannya nyaman, kemudian ada Dinda Kanya Suhita gadis blasteran Sunda - Belanda teman satu kampusnya yang berprofesi sebagai sekertaris di salah satu perusahaan besar Indonesia.
Dan Lani Wira Atmadja sendiri cucu dari salah satu pemilik perusahaan terbesar di indonesia yang bergerak di bidang pengembangan real estate, Lani tidak ingin bekerja di perusahaan kakeknya lantaran ia tidak mau di anggap berhasil hanya karena kakeknya, ia ingin menunjukan ke pamannya bahwa Lani mampu berkarya meskipun tanpa campur tangan Pamannya, karena dari kecil sosok Pamannya lah yang selalu membimbing Lani. Orangtua Lani telah meninggal dunia karena kecelakaan ketika perjalanan bisnis ke Malaysia. Beruntung Lani dikelilingi orang-orang yang sangat menyayanginya sehingga tetap merasakan kasih sayang orangtua.
Terlahir dikeluarga Kaya tidak membuat Lani menjadi anak yang hanya mengandalkan kekayaan keluarga, ia terbiasa mandiri sejak kuliah, ia tidak ingin kehadirannya membebani keluarga besarnya, walaupun sebenarnya tidak membebani tapi Lani ingin menunjukan kepada keluarga nya bahwa Ia memang layak menjadi cucu dari keluarga Atmadja.
Krucuk krucuk.
Perut Lani berteriak minta di isi, tadi siang Ia tidak sempat makan banyak karena sibuk dengan tugasnya.
"Sabar ya perut, Kita masak dulu" Ucapnya mengelus-elus perut langsingnya. Ia membuka lemari esnya dan melihat stok makanan yang masih bisa di masak. Masih ada ayam satu ekor beserta sayuran kailan. Dengan cekatan ia menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak, berencana membuat Ayam teriyaki dan cah kailan. Bahan sudah siap di masak, saat mencari minyak goreng Lani mendapati botol kosong di botol minyak tersebut. Ia lupa kemarin hanya membeli minyak sayur kemasan setengah liter, jadi belum seminggu minyak itu sudah habis.
"Duh habis lagi, Astaga, Arka lagi apa ya? sampe lupa ngabarin dia saking sibuknya"
Karena kesibukannya Lani sampai lupa mengabari Arka kalau dia sudah pulang dan harus berangkat ke Bali besok. Baru saja di pikirkan lagu Isyana - Kau Adalah yang memang khusus di pasangkan dengan nada dering Arka bunyi di handphonenya meminta di angkat.
"Halo sayang. Maafff lupa ngabarin, Aku udah di kosan nih"
[iya gapapa, gimana hari pertama kerja kamu yank?]
"Lancar sih yank, tapi Aku besok harus terbang ke Bali survey lokasi Proyek hotel yang mau dibangun"
[Ohya, langsung jalan-jalan aja kamu baru masuk kerja, sama siapa aja berangkatnya?]
"Sama pak Darma calon Project Manager di sana dan sama Pak Rendy big bos aku"
[Cuma bertiga?]
"Mungkin sekretaris Pak Rendy ikut juga, Aku juga ga nanya sih" jelasnya pada Arka, walau bagaimanapun Arka khawatir karena tidak bisa menjaga Lani saat ini, Ia harus sukses jika ingin serasi bersanding dengan Lani, latar belakang keluarga Lani lah yang membuat Arka harus rela terpisah jauh dengan Lani, terlalu tinggi walaupun paman dan keluarganya yang lain tetap baik kepadanya ia tidak mau di anggap aji mumpung mendapat izin berpacaran dengan Lani dari sang paman.
[Aku cuma bisa pesen hati-hati dimanapun Kamu ya sayang, karena sekarang Aku ga bisa ngawasin Kamu 24 jam]
"Ih apa sih sayang ini, Aku ngerti banget ko, Aku juga bisa jaga diri" Lani terharu dengan perhatian yang diberikan Arka, seketika hatinya membuncah karena kangen pada pujaan hati yang jauh d seberang sana.
[Aku percaya Kamu bisa jaga diri, Kamu doain Aku biar sukses supaya layak bersanding dengan Kamu dipelaminan nanti]
"Iya sayang, semangat! " Lani mengepalkan tangannya ke udara,
[Semangat! ] meskipun jarak jauh sudah menjadi kebiasaan mereka sama-sama mengepalkan tangannya ke udara sebagai bentuk penyemangat diri mereka.
"Yank, nanti lanjut lagi ya, Aku mau beli minyak goreng ke minimarket depan komplek, lapar! Mau masak dulu" ucapnya manja kepada Arka. Jika saja mereka dekat pasti sekarang Lani sudah memeluk Arka dan mendusel di d**a bidang Arka tempat favorit Lani.
[Kenapa ga pesen online aja sih Yank, Kamu ga cape?
"Sama aja, pesen online juga harus nunggu Sayang, bahan di kulkas juga masih banyak Sayang kalo ga dimasak"
[Hmm, keras kepala! ya udah, kabarin yah kalo udah selesai makannya nanti, biar nanti Aku call back]
"Hihi Iya sayang, bye sayang, muahhh"
[Muahhh, hati-hati] pesan Arka sebelum menutup telponnya.
Lani mengeluarkan sepeda motor matic miliknya yang memang hanya digunakan jarak dekat saja. Ia memarkirkan sepeda motor di parkiran. Tanpa buang waktu Lani mengambil minyak goreng yang jika diminum tidak ada rasanya itu lalu membayarnya di kasir.
Selesai berbelanja Ia kembali ke parkiran baru saja hendak memarkirkan motornya ada sebuah mobil yang menghalangi motornya sehingga tidak bisa keluar.
Ia mengetuk-ngetuk pintu kaca mobil tersebut, penumpang yang di dalamnya itu membuka pintu mobil lalu membanting pintu di susul pria di pintu sebelah dan mengejarnya. Lani hampir terjengkang karena pintu dibuka mendadak.
"Rachel Kamu ga bisa seenaknya sama Aku, Kamu mulai pake hati ya sekarang!"
"Jangan sok tau kamu Lex! Kamu kan yang minta Aku deketin Rendy”
“Ya tapi mana hasilnya?udah mau berapa tahun ini gada kemajuan , malah yang Aku lihat kamu menikmati peran”
“Udahlah Aku males sama Kamu" Sang Wanita berdiri di depan Mobil yang terparkir sembarangan. Sumpah drama apalagi sih sore ini yang, sepertinya seharian ini Lani di buat sibuk dan kesal.
Melihat pasangan yang sedang bertengkar dan menghalangi jalannya membuat kekesalan Lani bertambah ditambah perut Lani yang berbunyi minta di isi.
"Woi kalo mau berantem jangan parkir sembarangan, motor Gue ga bisa keluar" teriak Lani sambil menggebrak pintu mobilnya mencari perhatian si pemilik mobil. Bukannya memarkirkan mobil dengan benar si wanita malah ngajak bertengkar Lani.
"Berisik lo ya!” Ucap wanita itu tanpa memedulikannya. Lani menghampiri mereka dan menyemprot balik.
"Mas dan Mbak yang terhormat silakan lanjutkan berantemnya ditempat lain, jangan mengganggu ditempat umum sebelum saya panggil Security”
"Biar Gue parkirin dulu mobilnya" lanjut sang pria sementara sang wanita menatap tajam ke arah Lani karena sudah mengganggunya,
'Dasar orang aneh dia yang salah dia yang nyolot', gumam Lani tapi terdengar wanita.
"Apa Lo bilang tadi? " wanita tersebut menghampiri Lani dan mendorong bahu Lani.
“Wah, nyolot nih orang, Iya Lo aneh, A N E H! Masih belom jelas atau emang Lo budek?” untungnya si Pria pasangan wanita itu segera datang dan melerai sebelum perang semakin memanas, Lani menepuk-nepuk bahunya seakan jijik sudah disentuh wanita tadi. Mendapat perlakuan seperti itu membuat si wanita tadi makin kesal dan memukul mukul bahu prianya sambil menghentakan kakinya ke tanah seperti anak kecil.
Lani mengendarai motornya kembali yang sudah bisa keluar lalu memperhatikan pasangan tadi dari spion motornya. Hingga tidak sengaja dia hampir saja tertabrak Mobil yang akan berbelok.
'Tinnnn'
'Citttt' bersamaan dengan klakson dan rem mendadak keseimbangan Lani hampir goyah, Pengemudi dalam mobil tersebut segera turun.
"Hei... Hati-hati kalau berkendara, jangan mencelakakan orang lain?" ucap Pria tadi dengan kencang dari balik pintu. Lani mengangkat wajahnya hendak meminta maaf.
"Maaf Mas, Maaf! " Lani sedikit membungkukkan tubuhnya dan mengatupkan tangan. Tidak lama pintu penumpang co Driver mobil terbuka. Seketika mata Lani membola begitu siapa yang dia lihat turun dari mobilnya. Nampaknya kesialan menghampiri lagi!!!
#bersambung#