bc

Unperfect Mariage [Bahasa Indonesia]

book_age18+
584
IKUTI
3.2K
BACA
billionaire
contract marriage
arranged marriage
dare to love and hate
CEO
drama
sweet
mxb
office/work place
multiple personality
like
intro-logo
Uraian

Belinda terbangun dan mendapati dirinya berada di atas ranjang mewah milik keluarga kaya raya.

Seorang pria asing memanggilnya 'Sayang' dan mengatakan kalau Belinda istrinya dan ibu dari anak-anaknya.

Seperti dongeng yang ajaib Belinda tidak mengerti dengan peristiwa itu. Yang jelas dia tidak mau hidup dalam kebohongan namun sosok asli istri dari pria kaya bernama Xavier itu menemuinya dan memberikan kontrak perjanjian untuk menjadi istri dari Xavier sekaligus ibu dari anak kembarnya.

Apakah Belinda akan menerimanya dan menjerumuskan dirinya sendiri pada kehidupan penuh kebohongan sebagai Nyonya Besar yang disegani sekaligus dibenci orang-orang di sekitarnya?

chap-preview
Pratinjau gratis
BAB 1
Belinda mengerjapkan mata beberapa kali meyakini kalau apa yang dilihatnya adalah mimpi belaka. Seorang pria tampan dengan rambut cokelat gelap yang sama dengan kedua bola mata pria itu.   “Elena, apa kamu baik-baik saja?” tanyanya hangat.  Belinda menelan salivanya. Elena?  “Ya, aku baik-baik saja.” Belinda berniat bangun dari ranjang lebar dan mewah itu, namun pria bermata cokelat gelap itu menahannya.  “Tolong, Sayang, berbaring saja. Dokter pribadimu akan segera datang.”  “Sa-yang?” Belinda ternganga takjub. Sejak kapan pria ini menjadi kekasihnya?  “Kenapa denganmu?” Dahi pria itu mengernyit heran. “Kenapa kamu lari saat Joe dan Erland mendekatimu. Kamu berlari hingga menabrak tiang?” cercanya.  Belinda ingat saat itu dia sedang berjalan menuju tempat kerjanya, namun dua pria dengan pakaian serba hitam yang mengerikan menudingnya dan mengejarnya. Instingnya mengatakan untuk lari dan Belinda lari semampunya. Ketika berlari dia sempat menoleh ke belakang untuk mengecek apakah dua pria bertubuh kekar itu sudah dekat dengannya. Naasnya dia malah menabrak tiang dan pingsan. Lalu di sinilah dia dengan semua keganjilan yang aneh, menegangkan sekaligus menakjubkan.  “Tadi, kamu memanggilku apa?”  Xavier menarik napas perlahan. “Sayang.”  “Bu-bukan. Sebelum—“ Belinda tidak pernah mengatakan kata ‘sayang’ pada seorang pria manapun termasuk mengucapkannya pada pria asing di depannya itu. “Sebelum ‘sayang’.” Katanya dengan gugup.  “Maksudmu?” Xavier tidak mengerti dengan pertanyaan Belinda.  “Non, Elena...” seorang wanita bertubuh gemuk datang membawa secangkir teh.   “Ma’af, aku lama membuat tehnya.” Wanita itu membantu Belinda menyesap teh buatannya.  Non Elena...   Setelah menyesap sedikit teh, Belinda berniat melesat pergi teringat akan pekerjaannya. Bisa-bisa dia dipecat dari pekerjaannya sebagai seorang pelayan di kafe kecil dekat kampus swasta.  “Aku harus pergi, ma’af.” Belinda kembali dicegah Xavier.  Pria itu menatap matanya tajam. “Berhentilah bersikap kekanak-kanakkan, Elena.” Katanya dengan tegas.  Belinda tercengang. Kekanak-kanakkan?   “Tetaplah di kamarmu. Aku akan menjemput Grey dan Gretta di sekolah. Aku mohon tetaplah di rumah. Kita akan menyelesaikan masalah kita, Sayang. Kamu seorang istri dan ibu. Jadilah ibu yang baik untuk anak-anak kita. Ma’af, aku memang bukan suami dan ayah yang baik karena sibuk dengan pekerjaanku. Tapi, aku janji akan sering meluangkan waktu bersamamu dan anak-anak kita.”  Belinda ternganga. Lalu dia terduduk lemas di tepi ranjang mewah yang ditidurinya.  “A-apa?” gumamnya lemas.   Aku seorang istri pria asing dan seorang ibu? Anak-anak yang tidak pernah aku lahirkan dan sejak kapan aku menikah dengan pria ini?  Astaga...   ***  “Nyonya, kami semua mengkhawatirkan, Nyonya. Aku mohon jangan suka kabur seperti itu lagi ya.” Kata wanita bertubuh gemuk yang belum Belinda ketahui namanya itu.  “Ka-bur?”  Wanita itu mengangguk. “Kasihan Grey dan Gretta kalau sampai Nyonya pergi apalagi sampai berpisah dengan Tuan. Aku tidak bisa membayangkannya.” Wanita itu memegangi kepalanya seakan kepalanya akan jatuh dan pecah.  “Anna,” kali ini pelayan yang bertubuh kurus.  Oh, namanya, Anna.   Pikiran Belinda dipenuhi oleh sosok yang dikira dirinya. Elena. Entah bagaimana sosok wanita itu.  “Bantu aku sekarang, Anna. Aku mohon.” Wanita kurus itu merengek.  “Aku sedang menjaga Nyonya.”  “Emm—aku rasa aku butuh waktu sendiri—Anna.” Kata Belinda dengan kata yang seperti mengeja. “Kamu boleh membantu wanita ini.”  Kata ‘wanita ini’ terdengar aneh di telinga kedua pelayan yang sepertinya sangat setia pada sosok Elena ini.  Wanita bertubuh kurus itu memiringkan kepalanya. “Nyonya, kenapa?” tanya wanita itu polos.  “Ayo, kita pergi dari kamar Nyonya. Kamu akan membuat Nyonya tidak nyaman.” Anna menggenggam erat pergelangan tangan kurus Karen.  Mata Belinda tertuju pada poto yang dibingkai dengan bingkai warna emas. Dia melihat sosok Elena yang sangat mirip dengannya. Belinda maju menuju poto yang terpasang di dinding itu.  Kedua daun bibirnya terbuka. Napasnya naik-turun tak keruan.  “Dia sangat mirip denganku.” Belinda menangkupkan tangannya di wajahnya. “Tapi... dimana dia sekarang?”  Setelah sekian lama terduduk di tepi ranjang dan berpikir keras untuk mengatakan hal yang sebenarnya nanti pada pria tampan yang menjadi suaminya dalam seketika itu. Dia harus jujur dan mengatakan kebenaran kalau dirinya bukanlah Elena atau siapa pun itu. Dia dan Elena hanya mirip. Ya, mereka hanya mirip.   “Momyyy...” Grey dan Gretta menatap Belinda dengan mata berbinar-binar cerah.  Bagaimana aku bisa mengatakan kalau aku bukan ibu mereka dengan tatapan mata mereka yang begitu bahagia melihatku?  Mereka memeluk Belinda erat seakan tak menyadari apa pun kalau wanita yang mereka peluk bukanlah ibu mereka. Belinda—meskipun belum menjadi seorang ibu tapi instingnya bekerja begitu kuat hingga dia tidak bisa kalau tidak membalas pelukan kedua putra-putri Elena itu.  “Mom, jangan pernah pergi lagi.” Kata Grey.   “Aku merindukanmu, Mommy!” Gretta tak bisa menahan rasa rindunya pada ibunya.  Belinda mendongak melihat Xavier yang tersenyum bahagia.  Ya Tuhan, seumur hidupku aku belum pernah melihat pria setampan dan sesempurna pria yang ada di hadapanku ini.  ***  Selama beberapa saat Belinda memilih untuk beristirahat setelah kedatangan dokter pribadinya yang terlambat datang dan berkali-kali meminta ma’af hingga Belinda sebal mendengar permintaan ma’af dari dokter itu berulang-ulang. Tidak ada masalah apa pun pada Belinda. Dia hanya menabrak tiang dan pingsan. Hanya itu.   Belinda mencari-cari data agar dia bisa tahu siapa nama pria yang memanggilnya dengan kata ‘sayang’ itu. Sampai sekarang dia belum tahu nama pria yang ketampanannya bahkan belum pernah ada di bayangan Belinda. Mungkin Belinda berlebihan tapi faktanya memang ketampanan Xavier layak disandingkan dengan Pangeran dari berbagai macam negara.  Dia menemukan>lemari kamarnya. Belinda terkejut saat tahu kalau tanggal lahirnya sama dengan Elena. Itu artinya... apakah dia dan Elena adalah saudara kembar?  Tapi bagaimana mungkin dia dan Elena saudara kembar?  “Tidak mungkin...” Belinda terduduk lemas.  ***  Belinda menatap wajahnya di pantulan cermin. Dia mengenakan gaun milik saudara kembarnya? Ah, tidak mungkin! Tidak mungkin Elena adalah saudara kembarnya. “Aku akan mengatakan pada pria itu sekarang. Aku akan bilang kalau aku bukan Elena. Aku Belinda. Aku bukan istrinya.”  Belinda tersentak saat pintu kamarnya terbuka. Xavier dan kedua anak kembarnya menatap Belinda hingga Belinda menelan saliva berkali-kali saking gugupnya.  “Kamu cantik sekali, Elena.” Puji Xavier sembari mendekatinya dan mengecup sebelah pipinya. Belinda kaget hingga bahunya terangkat cepat.  Apa yang pria ini lakukan pada pipiku?  “Ayo, kita pergi, Sayang.”   “Emmm—bolehkah kita berbicara sebentar.” Dia menatap Grey dan Gretta. “Anak-anak, kalian keluar dulu ya sebentar.” Pinta Belinda lembut.  Xavier mengernyit karena perkataan lembut istrinya pada anak-anaknya. Biasanya istrinya selalu menyuruh seseorang dengan begitu kasar termasuk pada anak-anaknya. Elena selalu berdalih dia sedang stres dan tidak mau diganggu.  “Oke, Mom!” sahut keduanya secara bersamaan.  “Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu.”  “Apa, Sayang?” pria itu mendekat pada Belinda.  Belinda mengerjapkan mata berkali-kali. Dia mendorong lembut Xavier agar menjauh dari dirinya. “Begini, aku bukan istrimu. Aku bukan Elena.”  Sebelah sudut bibir Xavier tertarik ke atas. “Kamu berdrama lagi. Ayolah, aktrisku, sekarang waktunya kita pergi ke rumah Leonardo. Pestanya sangat meriah.” Xavier bahkan sama sekali menganggap pengakuan Belinda sebagai candaan istrinya.  “Tapi, aku serius.”  Dan Xavier melakukan hal yang tak terduga mengecup bibir Belinda. Belinda merasa jantungnya jatuh begitu saja saat bibir pria asing ini mendarat pada bibirnya.  ***  Jangan lupa tap love dan tinggalin komentarnya ya ^^

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Marry The Devil Doctor (Indonesia)

read
1.2M
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.2K
bc

Bad Prince

read
509.5K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
280.1K
bc

CEO Pengganti

read
71.2K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.4K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook