BAB 2

1036 Kata
 Belinda hanya terdiam di dalam mobil tanpa mengatakan apa pun. Xavier menatapnya dan tersenyum seakan apa yang dilakukannya benar-benar pada istrinya bukan pada wanita asing yang bekerja sebagai pelayan kafe. “Mom, kenapa diam saja?”   Belinda menoleh pada Grey.  “Apakah Mommy menyukai gambarku?” Grey memberikan kertas yang berisi gambar keluarganya.  “Ibu Guru memuji gambar Grey sebagai gambar terbaik di kelas.” Kata Gretta bangga karena kakak kembarnya mendapatkan pujian dari guru.”  Untuk sejenak Belinda lupa siapa dirinya. Dia takjub pada gambar yang bagus itu. “Bagus sekali.” Dia menoleh pada Xavier. “Aku rasa Grey punya bakat seni menggambar.”  “Ya, dia memang bisa menggambar dengan baik, Elena.”  “Bagaimana kalau gambarmu semakin diasah, Grey. Kita harus membeli perlatan melukis yang lengkap untuk Grey.”  Semuda terdiam dalam keheningan. Grey dan Gretta saling pandang.  “Grey sudah memilikinya, Elena.”  Belinda seperti manusia terbodoh di dunia. “Oh,” katanya dengan nada rendah dan lemas karena malu.  “Sejak kamu pingsan ada yang berbeda darimu.” Komentar Xavier.  Bagaimana ini... aku bukan Elena tentu saja aku berbeda dari istrimu.  “Rambutmu biasanya panjang dan bergelombang tapi sekarang lurus.” Xavier kembali berkata.  Belinda tidak bisa berkata apa-apa dia hanya terdiam seperti patung.  “Sudah sampai!” seru Gretta.  Belinda dapat bernapas lega setelah Xavier mengalihkan tatapan matanya.  Belinda tak pernah suka berada di tempat keramaian seperti ini. Apalagi tempat keramaian yang diisi orang-orang yang—berbeda darinya.  “Halo, Elena!” seru seorang pria bermata biru terang. Dia adalah Leonardo Smith—pria yang sangat menyukai pesta dan rutin mengadakan pesta di mansion pribadinya sebulan sekali. Entah beberapa total kekayaannya. Bagi Xavier kelakuan salah satu temannya itu termasuk pemborosan dengan mengadakan pesta sebulan sekali.  Leonardo hendak menempelkan sebelah pipinya pada Belinda kalau saja Belinda tidak menghindar. Beberapa detik mereka berada dalam kecanggungan yang aneh.  Xavier tersenyum tipis saat Leonardo merasa tidak dihargai oleh Belinda sebagai Tuan Rumah.  “Dad, Grey dan Gretta akan menemui Samuel di sana.” Grey menunjuk anak laki-laki gemuk yang melambaikan tangan penuh semangat. Samuel adalah anak dari Leonardo dan Arrabella. Leonardo dan istrinya berpisah enam bulan lalu dan Samuel memilih tinggal bersama ayahnya.  “Ya, hati-hati.”  Grey mengangguk sebelum melesat pergi menggandeng tangan Gretta.  “Jadi, siapa kekasihmu yang sekarang, Leonard? Katanya pesta ini diadakan untuk memperkenalkan kekasihmu.” Kata Xavier.  Pria ini membuat pesta hanya untuk memperkenalkan kekasihnya. Benar-benar pria sinting! Tunggu... sepertinya aku pernah melihat pria ini.  Belinda mengingat saat dia bekerja di bar selama seminggu untuk menggantikan salah satu temannya yang sedang sakit. Dia melihat Leonardo yang terus-terusan menatap dirinya. Leonardo bahkan dengan sengaja menabrakkan diri pada Belinda, mereka sempat saling menatap beberapa saat sebelum Belinda segera melesat pergi karena dipanggil rekan kerjanya.  Ya Tuhan... pria ini pernah melihatku. Apakah itu sebabnya dia sengaja mendekatiku dan menabrakku karena dia menganggap aku Elena?  Belinda merasa keberadaan dirinya terancam.   ***  “Marissa!” Leonard memanggil seorang wanita bertubuh semampai yang menggenakan belahan d**a paling rendah yang pernah dilihat Belinda di pesta yang baru pertama kali di datanginya ini.  “Ini, Xavier dan istrinya, Elena.”  Marissa memiliki wajah perpaduan antara Nicole Kidman dan Mila Kunis. Dia tersenyum ke arah Xavier kemudian dia menatap Elena. “Kamu, tentu masih mengingat aku kan, Elena?” tanya Marissa dengan wajah angkuh.  Belinda tidak tahu harus menjawab apa dan dia memilih hanya tersenyum.   Marissa memiringkan kepala dengan dahi mengernyit heran. Ada apa dengan Elena kenapa dia kalem seperti ini?  “Kamu tentu masih ingat saat kita bertengkar hebat memperebutkan pria yang paling populer di kelas saat kita SMA dulu kan? Kamu ingat kan kalau aku yang mendapatkan Andrew karena Andrew lebih menyukai bentuk bibirku?” kata Marissa bangga.  Belinda menggaruk lehernya yang tidak gatal.   Memperebutkan seorang pria?   Xavier menatap Belinda curiga. Elena tidak akan bersikap seperti orang linglung seperti ini kan? Elena adalah pemberontak dan kalau Marissa mengatakan aib masa lalu kekalahannya maka Elena akan membalas dengan lebih pedas lagi.  Xavier menatap wajah Belinda lalu tatapannya menyapu keseluruhan tubuh Belinda. Belinda sedikit lebih kurus dibandingkan Elena, perubahan rambutnya dan gayanya sangatlah berbeda dari Elena.   Leonardo tersenyum cerah. “Oh, jadi kalian teman semasa sekolah dulu.”  “Ya!” seru Marissa semangat. “Dia adalah saingan terberatku, Sayang. Tapi dia tidak bisa mengalahkanku saat sekolah dulu. Kamu tahu Elena dulu sangat angkuh dan menyebalkan.”  Angkuh dan menyebalkan? Apakah aku harus seperti Elena menjadi angkuh dan menyebalkan? Astaga! Aku Belinda! Aku bukan Elena dan tidak akan pernah menjadi Elena.  “Ya, kamu sangat cantik, Marissa.” Pujian itu meluncur dari kedua daun bibir Belinda disertai senyuman manisnya.  Xavier, Leonardo dan Marissa menatap Belinda dengan tatapan keanehan.  “Oh, terima kasih.” Kata Marissa tidak tersanjung sama sekali dengan pujian Belinda tapi dia lebih penasaran kenapa wanita ini bisa memujinya dengan ramah seperti itu.  Pasti dia punya rencana buruk? Terka Marissa.  “Elena baru mengalami kecelakaan.” Kata Xavier memberitahu.  “Kecelakaan?” Marissa tampak penasaran.  “Menabrak tiang dan pingsan.”  “Apa?!” Leonard saling berpandangan dengan Marissa kemudian mereka terbahak.  “Apa yang salah dari menabrak tiang?” tanya Belinda yang membuat tawa sepasang kekasih itu berhenti seketika. “Bukankah kita semua bisa saja mengalaminya kan? Mungkin setelah ini ada kejadian yang tak pernah kita duga terjadi pada kita. Menabrak tiang adalah musibahku dan aku yakin pasti ada pelajaran atas musibah ini. Aku mungkin akan lebih berhati-hati lagi.”  Leonard dan Marissa kembali saling pandang dengan keheranan.  Xavier lebih santai dan rileks dengan sosok Belinda sebagai Elena di sampingnya. Dia tersenyum dan sesekali memandang wanita yang menurutnya aneh tapi bijak ini.  Lalu beberapa saat kemudian saat Marissa mendekati Leonard dia menginjak gaunnya sendiri yang panjang dan menabrak seorang pelayan hingga gelas dan piring menimpa kepala dan tubuh Marissa. Itu adalah adegan paling memalukan yang pernah terjadi pada Marissa selama hidupnya.  Pelayan yang ditabrak Marissa tampak sangat ketakutan dan panik.  Semua mata tertuju pada Marissa. Leonardo yang membuatkan pesta mahal ini untuk kekasihnya tampak tertegun dan kaku.  “Aku tidak pernah menduga musibah seperti ini dapat menimpanya setelah menertawaiku yang menabrak tiang dan pingsan.” Belinda menoleh pada Xavier.  Xavier tidak bisa menolak pesona Belinda. Dia makin mencintai wanita yang dianggap istrinya itu.  ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN