Setelah pulang dari pesta, Belinda mengganti gaunnya dengan gaun tidur tapi Xavier mencegahnya. Dia melihat Xavier yang sudah bertelanjang d**a. “Jangan ganti gaunmu, Elena.”
Kedua mata Belinda melebar. “A-apa?”
Xavier menarik tubuh Belinda. “Tolong, jangan sentuh aku!” pekik Belinda hingga membuat Xavier terkejut.
“Apa?”
“Begini, aku bukan Elena, Tuan.”
Tuan?
“Aku bukan istrimu. Aku Bel—“
“Apa yang terjadi denganmu sebenarnya, Elena? Kalau kamu menolakku seharusnya tidak usah banyak alasan!” Xavier tampak marah. Dia meraih kembali kemejanya dan keluar dari kamar.
“Bu-bukan seperti itu. Aku memang bukan Elena.” Belinda merasa bersalah tapi tidur bersama dengan pria asing akan membuatnya lebih bersalah lagi kan?
***
Esok paginya, Belinda menyiapkan sarapan dan perlengkapan sekolah Grey dan Gretta yang membuat para pelayan menatapnya aneh termasuk Anna dan Karen. “Aku rasa Nyonya berubah sejak menabrak tiang listrik itu.” bisik Karen pada Anna.
“Perubahan ke arah yang baik, Karen. Aku suka dengan Nyonya yang mau bersusah payah masak untuk suami dan anak-anaknya.”
“Tapi, ini aneh, Anna. Seperti bukan Nyonya. Kamu tahu kan Nyonya bagaimana.”
Anna menoleh pada Karen. “Maksudmu, kamu mencurigai kalau yang sedang sibuk di sana itu bukan Nyonya.”
Karen hanya menatap tanpa bisa mengiyakan. Tapi dari tatapannya jelas dia curiga pada Belinda.
“Masakan Mommy enak sekali! Aku suka!” kata Gretta yang rambutnya selalu dikuncir kuda.
“Terima kasih.” Belinda tersenyum semringah. Dia suka dengan anak-anak dan dengan cepat dia menyayangi Grey dan Gretta.
Belinda menatap Grey. Anak itu sangat mirip ayahnya. Flamboyan—pikir Belinda. Pasti Grey disukai banyak anak perempuan di sekolah. Gretta anak yang ceria dan sepertinya dia anak yang manja dan sedikit pemalas. Tanpa sadar, Belinda merasa nyaman dengan perannya sebagai Elena meskipun dia baru beberapa hari menjadi seorang Elena.
“Aku akan mengantar anak-anak dan setelah itu aku ada di kantor mungkin sampai jam sepuluh malam. Aku sudah meminta Simon untuk menjemput Grey dan Gretta di sekolah.”
Belinda hanya mengangguk.
Lalu dengan tiba-tiba pria itu mengecup bibir Belinda singkat. Wajah Belinda memerah dan dia mematung beberapa saat.
***
Setelah kepergian Xavier, Grey dan Gretta, seorang pria berperawakan tinggi dengan rahang khas aristektorat muncul. “Nyonya, ada yang ingin bertemu denganmu.”
Belinda menelan salivanya. “Siapa?”
“Nyonya akan mengenalnya setelah bertemu dengannya.”
“Maksudku, kamu siapa?”
“Aku Simon. Supir pribadi Nyonya dan anak-anak.” Dia menunduk sopan.
Pria itu menjawab dengan ekspresi datar sekaligus agak dingin. Dia bahkan tidak terkejut Belinda menanyakan soal dirinya.
Mereka sampai di sebuah rumah yang—menurut penglihatan Belinda cukup angker. Tidak ada tanda-tanda adanya rumah lain selain rumah berlantai dua itu. Sekelilingnya diisi pepohonan tinggi yang cukup menyeramkan.
“Mari, Nyonya.” Kata Simon.
Dengan ragu dan rasa takut Belinda masuk ke dalam rumah bergaya klasik sekaligus mewah itu.
Saat sampai di ruang tamu, Belinda melihat wanita berambut panjang bergelombang, lipstik warna merah maroon dan tubuh yang ideal dibalut blouse tanpa lengan warna putih dan celana jeans warna senada.
Wanita itu melipat kedua tangannya di atas perut. Berjalan angkuh mendekati Belinda.
Saat menatap wajah wanita itu pertama kali, Belinda mengenalinya. Dia—Elena. Seseorang yang sangat mirip dengannya atau saudara kembarnya yang terpisah. Entahlah. Yang jelas mereka sangat mirip.
“Keluar, Simon.” Titahnya angkuh.
“Baik, Nyonya.”
Belinda menelan salivanya. Jadi, Simon tahu kalau dirinya bukanlah Elena yanga asli.
“Siapa namamu?” tanya Elena.
“Ma’af, aku tidak bermaksud—“
“Usttt!” Elena menempelkan jari telunjuknya di tengah bibirnya. “Aku bertanya siapa namamu, wanita yang sangat mirip denganku. Aku tidak butuh permintaan ma’af darimu.”
“Aku Belinda. Aku harus menjelaskan ini, aku tidak bermaksud menjadi dirimu tapi suami dan anak-anakmu mengira aku adalah Elena dan suamimu tidak percaya kalau aku bukan istrinya.” Belinda menjelaskannya dengan agak gugup.
Elena mengangguk samar satu kali. “Aku sangat berterima kasih karena kamu membantuku, Belinda.”
Dahi Belinda mengernyit. “A-apa maksudmu?”
“Aku memang sengaja pergi dari Xavier. Jadi, aku akan merepotkanmu dengan menyuruhmu menjadi diriku selama beberapa waktu ke depan.”
“A-apa?” Belinda ternganga dengan perkataan Elena.
“Aku jaga rahasiamu dan kamu jaga rahasiaku.”
“Aku tidak mengerti.”
“Kamu suka menjadi seorang Elena dengan segala kemudahan dan kemewahan yang aku miliki kan?”
“Apa maksudmu, aku masih tidak mengerti.”
Elena mengembuskan napas, bola matanya berputar jengah. “Kamu akan tetap jadi Elena sampai batas waktu yang aku tentukan. Kalau kamu menolak perintahku aku akan melaporkanmu pada Xavier dan polisi kalau kamu telah mengaku-ngaku menjadi diriku.” Katanya dengan tatapan mata tajam.
“Hah?” kata ‘hah’ yang meluncur dari kedua daun bibir Belinda terderngar nyaring.
Elena menyibakkan rambutnya dengan gaya angkuhnya. “Aku akan menjaga rahasiamu selama kamu menjaga rahasiaku. Kamu tahu apa yang akan terjadi kalau sampai rahasia kita terbongkar?” Elena tersenyum tipis. “Riwayatmu akan tamat di sel penjara. Atau kalau aku ingin kamu lenyap dari dunia ini aku bisa saja melakukannya. Jaga rahasia kita, mengerti, Belinda?”
***
Pantas saja Marissa tertawa dan meledek Belinda saat di pesta Leonard tadi. Jadi, seperti inilah karakter Elena. Tapi, Belinda tidak bisa menjadi Elena. Dia tidak bisa berkata, menyuruh dan bertindak sesukanya. Elena tak bilang apa pun soal kenapa dia tidak ingin kembali menjadi Elena.
“Aku harus kembali ke kafe dan bilang pada Alanda. Dia pasti bisa membantuku keluar dari masalah ini. Tapi Elena mengancamku.”
Belinda berada dalam kebimbangannya sendiri. Dan yang harus diwaspadainya adalah Simon. Hanya pria tanpa ekspresi itu yang tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Belinda mencari Anna dan berkata kalau dia akan pergi sebentar.
“Nyonya, mau kemana?”
“Aku ada urusan sebentar.”
“Hati-hati, Nyonya.” Kata perempuan bertubuh gemuk yang baik hati itu.
Belinda meninggalkan senyuman yang tak pernah Elena perlihatkan pada para pelayannya.
“Nyonya tersenyum seperti malaikat.” Gumam Anna.
“Simon, apa kamu bisa mengantarku ke kafe Derotaria?” tanya Belinda. Dia sebenarnya enggan meminta Simon untuk mengantarkannya tapi mau bagaimana lagi.
“Ya, Nyonya.” Pria tanpa ekspresi ini mengangguk sopan. Meskipun tahu kalau Belinda bukanlah Elena tapi dia memperlakukan Belinda sama seperti dia memperlakukan Elena.
Simon membukakan pintu belakang limusin hitam. Diperlakukan seperti seorang ratu memang menyenangkan, tapi Belinda merasa tidak enak dan tidak nyaman. Dia bukan Elena yang perlu diperlakukan seperti itu.
“Simon, bolehkah aku bertanya?” Belinda memulai perbincangan.
“Ya, Nyonya.”
“Aku bukan Elena kamu bisa memanggil namaku saja.”
“Tidak. Itu tidak sopan.”
“Aku rasa kamu berlebihan. Kamu bisa memanggilku Belinda saja tanpa Nyonya.”
“Aku tidak bisa.”
Hening.
“Oke, baiklah. Aku ingin bertanya, kenapa Elena tidak ingin bertemu suami dan anak-anaknya? Apa dia tidak merindukan Grey dan Gretta?”
***