bc

Cewek Bugisku

book_age18+
174
IKUTI
1K
BACA
friends to lovers
goodgirl
drama
comedy
sweet
campus
city
small town
first love
like
intro-logo
Uraian

Bercerita tentang seorang lelaki bernama Nando Saputra yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang gadis bernama Yasmin Putri Septiananda. Tapi Nando yang tidak tahu harus bersikap seperti apa malah menjahili Putri. Namun takdir seolah ingin mendekatkan hati mereka. Banyak kejadian justru membuat rasa cinta di hati Yasmin juga tumbuh. Tapi sebuah kerusuhan yang melibatkan suku Bugis dan suku Tidung pada 27 September 2010, seperti meminta mereka untuk berjauhan. Terlebih salah satu korban dalam kerusuhan tersebut adalah keluarga dekat Nando. Lalu bagaimana kelanjutan kisah cinta mereka? Apakah mereka akan bersatu? Atau berpisah karena tak ingin melukai hati keluarga mereka?

chap-preview
Pratinjau gratis
Yasmin, Kembalikan Hatiku
“Nan, ada pulpenmu kah?” “Hedeh, niat kuliah ndak sih? Baru pendaftaran gini, malah ndak bawa pulpen,” protes Nando tapi dia tetap saja membuka tas miliknya. “Ndak ada juga.” “Dey, dia pun ndak punya ternyata,” protes sepupu Nando, Purwanto. “Kan aku kesini cuman nemanin kau jadi wajar. Nah kau?” lelaki bernama lengkap Nando Saputra itu tidak terima dengan perkataan sepupunya. “Aah sudahlah, bagus kita beli aja. Atau pinjam aja dulu sama cewek di sebelah kita.” Nando melirik ke arah mata Purwanto, yang biasa disapa Ipung itu. Deg, jantungnya serasa berhenti seketika. Ada sesuatu yang terasa menjalar di sekujur tubuhnya saat melihat sosok yang berjarak sekitar dua meter darinya. Terpaku. Dia hanya bisa terpaku melihat setiap gerak dari gadis itu. “Hei! Si kunyuk malah melamun.” Dengan santai Ipung menepuk bahu Nando. “Pinjamkan pulpen dulu, aku mau susun berkasku. Siapa tau ada yang belum lengkap.” “Apa?” “Kau bah, masih lagi bertanya. Cepat nah.” Masih setengah sadar Nando menghampiri gadis itu. Namun dia hanya terdiam tapi pandangannya tak terlepas dari sosok gadis berkemeja putih itu. Di bukan malaikat kan ya? Kok adem banget ngeliatnya pakai baju putih gitu. Eh tunggu, kuntilanak juga pakai baju putih. Aah tapi kan mbak kunti jelek. Ups!! “Hei, hei!!” hardik seseorang tepat di sebelah Nando. Tapi Nando seperti hanyut dalam dunianya sendiri. “Mas!!” teman dari gadis berbaju putih kembali menyapa Nando. “WOY!!” Setengah berteriak gadis kacamata itu kembali menyadarkan Nando dari lamunannya. “Gila nih cowok, Put. Ngeliatin kau kayak ngeliat hantu aja, untung ndak pingsan. Hahahaha .” Gadis berkemeja yang biasa disapa dengan nama Putri hanya tersenyum. “Biarin aja lah, Lin. Yuk masuk aja ke dalam.” “Bentar, masih penasaran.” Teman Putri yang bernama Lina tak menyerah. “DOOORRR!!” Dia menepuk pundak Nando sambil berteriak di telinganya. Nando tergelak. Dia mengerjapkan matanya. “Boleh pinjam pulpen?” Manik matanya masih tertuju pada Putri. Sembari tersenyum Putri meminta Nando memegang formulir pendaftarannya. “Pegang dulu ya, aku ambilin pulpen di tas.” Nando hanya mengangguk. Matanya kini tertuju pada kertas di tangannya. “Yasmin Putri Septiananda,”lirihnya “Nih, ambil aja,” ucap Putri kemudian berlalu begitu saja. “Ha?” Nando yang merasa masih gamang dengan apa yang baru saja terjadi hanya bisa melongo melihat kepergian Putri dan Lina. Belum sempat dia berpikir, tangannya sudah ditarik paksa oleh Purwanto menuju parkiran. “Ayo pulang!!” ajak Purwanto begitu sampai di parkiran sembari memberikan helm berwarna merah milik Nando. “Kok pulang? Kan mau masukin formulir pendaftaranmu?” “Besok-besok aja, ndak mau aku jadi pusat perhatian karna kau.” “Maksudnya?” “Sudahlah, nanti aja ngobrolnya di jalan,” ucap Ipung sambil menyalakan motor maticnya. “Mau naik ndak? Liat noh, orang-orang pada ngeliatin kita.” Tanpa bertanya lagi, Nando memutuskan menuruti perkataan Ipung. Di perjalanan baru lah dia bertanya apa yang sebenarnya terjadi. “Kenapa sih mereka liatin kita? Aku kelewat ganteng kah? Hahahaha.” Mendadak Ipung menekan rem. “Kau gila kah? Ndak ingat apa yang barusan terjadi? Ndak ingat bagaimana begonya kau tadi?” “Ma maksudnya?” Nando masih bingung. Dia merasa tak melakukan kesalahan apapun. “Eh tunggu, tadi itu...,” lirihannya tergantung di udara. Dia mencoba mengingat. “Aku dikasih pulpen sama cewek cantik itu kan? Waduh, mana pulpennya ya?” “Gila bah memang kau nih. Itu aja kah yang kau ingat tadi, ha?” “Memang apalagi yang musti aku ingat?” “Astagaaa, bagus kita pulang sekarang. Bisa mendadak gila juga aku kalau dekat-dekat sama kau,” ucap Ipung lalu menyalakan motornya kembali. Selama perjalanan mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Nando yang masih bingung dengan apa yang terjadi di depan gedung Rektorat. Hal yang dia ingat dengan jelas hanya gadis berkemeja putih yang bernama Yasmin Putri Septiananda dan pulpen yang berada di kantong kemejanya. Sementara Ipung hanya geleng-geleng kepala mengingat tingkah Nando yang menurutnya tak masuk di akal itu. Apalagi saat melirik ke spion, dia melihat senyum merekah Nando sambil menatap pulpen. “Kok aku merinding ya?” *** “Put, kau kenal kah cowok tadi itu?” tanya Lina saat mereka memasuki gedung Rektorat. “Ndak, baru juga ketemu tadi,” ungkap Putri. “Yuk ah, masukin berkas aja dulu baru cus ke pantai. Pengen minum es kelapa.” Putri tersenyum memperlihatkan dua lesung pipinya. “Aku juga pengen pake banget.” Mereka pun segera menyerahkan formulir pendaftaran kemudian meninggalkan kampus impian mereka, Universitas Borneo Tarakan. Satu-satunya universitas yang berada di Kalimantan Utara, membuat Universitas Boneo Tarakan atau yang disingkat UBT, menjadi salah satu kampus favorit di Kalimantan. “Aaah segernya,” ucap Lina saat sampai di pantai. Mereka kemudian berjalan mencari posisi yang bagus untuk duduk. Akhirnya mereka memilih duduk di meja yang paling dekat dengan bibir pantai. “Mau pesan apa, Mbak?” tanya pemilik warung “Kau mau gorengan juga kah, Put?” “Hm, boleh.” “Es kelapa dua sama gorengan dua puluh ribu dicampur ya, Bu.” Ibu pemilik mengangguk. “Sebentar ya, Mbak,” ucapnya lalu meninggalkan mereka berdua. “By the way, cowok tadi lucu ya?” tanya Lina membuka pembicaraan. Putri hanya tersenyum simpul. “Kayaknya dia terpesona sekali liat kau bah, hahaha.” Lina tak mampu lagi menahan tawanya. “Sampai bengong gitu kayak orang kesambet. Hahahahahhaha.” “Sudah ah, kasian aku liat dia diketawain sama orang-orang tadi,” ucap Putri. “Cieee, jangan-jangan kau juga suka sama cowok tadi. Hahahaha.” Lina kembali tertawa terbahak sambil menyenggol bahu Putri. “Iya kah? Hahahahahha.” “Apaan sih.” “Suka juga ndak papa bah, orang cowok tadi cakep gitu. Muka mupeng aja keliatan cakep gitu apalagi kalau senyum, yakin aku kau yang bakal mupeng liat dia. Hahahahahaha.” Lina tak berhenti tertawa. “Jangan gitu, nanti malah kau yang suka, baru tau rasa,” ancam Putri. Tapi sepertinya Lina tak ada henti-hentinya menertawakan tingkah Nando tadi. “Aku sudah punya Hendri loh, jangan lupa. Nah kau? Jomblo dari lahir. Hahahahha.” Lina kembali tertawa terpingkal-pingkal. “Astaga, sampai keluar airmataku ketawa bah.” “Itulah kan, makanya bahas yang lain aja. Bahas persiapan buat kuliah atau apa kah,” tawar Putri. “Eleh, belum juga diterima. Belum lagi ujian, masih panjang perjalanan sebelum kita bener-bener jadi mahasiswa,” bantah Lina. “Gimana kalau kita bahas bahan untuk ujian nanti?” “Boleh juga. Gimana kalau besok kita ke Gramedia cari buku?” “Ndak perlu, Put. Abang Hendriku sudah ngasih materi-materi dasar buat ujian nanti. Hehe,” ucap Lina memamerkan senyum bahagianya. “Inilah enaknya punya pacar, ada yang bisa diandalkan.” “Iiiiish, sombong. Nanti aku langsung suami,” ucap Putri tak mau kalah. “Kalau targetmu suami, masih lama banget loh itu. Kecuali kalau kau mau nikah muda. Noh, nikah sama cowok yang tadi aja. Hahhahaha.” “Astagfirullah, sudah-sudahlah sebut cowok tadi. Keselek tuh orang gara-gara kau.” *** “Uhuk-uhuk.” Nando merasa tenggorokannya gatal seketika. “Kenapa, Do? Keselek pulpen kah? Hahahahha.” Ipung malah menertawakan Nando. “Makanya jangan diliatin terus tuh pulpen.” “An**** kau. Sudah, bawa motor yang bener, jangan ngebut.” “Besok-besok aku ndak mau sudah minta temani kau ke kampus. Mending aku sendirian aja ke kampus tadi. Bikin malu aja.” “Siapa yang bikin malu? Aku?” “Iyalah, siapa lagi? Kau betulan ndak ingat kah sama kejadian di kampus tadi?” “Ndak, serius ndak ingat.” “Tadi tuh ya kau ngeliatin cewek berkemeja putih sampai ndak berkedip, untung ndak ileran. Hahahaha.” “Serius??” “Iyalah, malah kau dipanggil-panggil sama temannya yang berkacamata. Tapi kau ndak dengar sama sekali. Pas ditepuk pundakmu, baru sadar. Itu pun kayak orang bego, mupeng parah. Hahahahha.” “Astaga, malunya aku,” ucap Nando sembari meremas pulpen di tangannya. “Pantas tuh cewek senyum kayak nahan ketawa pas ngasih pulpennya.” “Kauuu. Itu cewek aja kau perhatikan. Kau ndak liat kah orang-orang distu ketawa liat tingkahmu?” “Aaaaaah sudahlah, jangan dibahas lagi. Malu aku dengarnya.” “Untung aku narik kau. Biar ndak makin malu.” “Banyak kah yang liat tadi?” “Hm, lumayanlah. Yaaah, sekitar seratus orang. Hahahahaha.” “Anjrit, kujitak nanti kepala mu tuh.” “Ndak bah, ndak banyak juga karna sudah sore juga.” “Oohh syukurlah, mudahan mereka ndak ingat mukaku bah.” “Biar juga mereka ingat, kau kan ndak kuliah disitu.” “Hahahahaha, iya kan. Ndak fokus sudah aku.” “Sudah ah, turunlah,” ucap Ipung mematikan motornya. “Bagus kau mandi air dingiin yang banyak biar akal sehatmu kembali. Hahahaha.” Nando pun turun dari motor. “Ndak singgah dulu kah?” tawarnya. “Ndak ah, kapan-kapan aja. Capek betul aku seharian ngurus pendaftaran kuliah. Apalagi ngurus orang yang lagi jatuh cinta pada pandangan pertama. Hahahahha,” ujar Ipung seraya menayalakan motornya kembali. “Sono mandi terus tidur biar bisa mimpi ketemu cewek tadi. Hahahaha.” Tanpa menunggu tanggapan Nando, dia pun melajukan motornya. “Apa aku segitu gilanya tadi?” pikirnya dalam hati sambil menatap pulpen di tangannya. “Aah sudahlah, sudah lewat juga.” *** “Hei, aku Nando,” ucapnya dengan senyum mengembang sembari mengulurkan tangannya pada gadis berkemeja putih dengan corak bunga. “Putri,” si gadis tersenyum tak kalah manis apalagi ditambah dengan lesung pipi, membuatnya terlihat begitu menawan. “Yasmin Putri Septiananda.” “Bunga di baju kamu kok layu?” “Ha?! Masa’ sih?” ucapnya tak percaya seraya melihat kemeja yang menempel di tubuhnya. “Yah layu lah, kan minder sama bunga cantik kayak kamu,” ungkap Nando dengan manik mata yang terus menatap gadis di hadapannya. “Aaah, kamu bisa aja. Aku kan jadi malu,” ujarnya sembari tertunduk. “Kamu makin cantik deh kalau senyum gitu.” Menyentuh dagu lawan bicaranya kemudain mengangkat wajahnya. “Gak usah nunduk, aku kan pengen liat wajah cantik kamu.” Gadis yang duduk di hadapannya hanya tersenyum. Mungkin dia tak tahu lagi harus berkata apa. Sementara Nando tak henti menatap gadis itu. “Yasmin itu sejenis bunga kan?” Gadis itu menganggukkan kepala. “Iya. Bunga kesukaan aku.” “Pantas aja aku kayak ngerasa jadi kumbang sekarang. Rupanya lagi deket sama bunga. Coba liat, sayapku udah muncul gak sih?” Gadis itu kembali tertunduk malu. “Aku ini kumbang Titan, kumbang yang langka. Yaah, meski gak semahal kumbang rusa sih yang harganya sampai 1,4 miliar. Tapi ginjal aku lumayan mahal juga kok kalau dijual. Aku kan selalu menerapkan pola hidup sehat selama ini. Kamu percaya kan sama aku?” “Iya, aku percaya kok.” “Jadi, kalau misalnya nanti kita jatuh miskin, jual aja ginjal aku.” “Ha?! Apa? Kita? Maksudnya?” “Kita kan mau hidup bersama nih, kumbang dan bunga,” ucap Nando memamerkan gigi putihnya. “Aah, aku tau. Kamu gak mau ginjal. Kamu mau hati aku kan?” Si Gadis semakin tertunduk. “Nih hati aku.” Menunjuk d**a. “Kupersembahkan khusus buat kamu.” “Serius?” tanya gadis itu seraya menatap Nando. Tangannya bergerak, perlahan mendekati d**a Nando. “Dueh, jadi merinding disentuh kamu gini,” ungkapnya jujur. “Kok tiba-tiba ada bau bunga melati ya?” “Loh? Kamu gak tau kalau bunga melati itu yah bunga yasmin,” ucapnya sembari mendekatkan wajahnya. “Bunga melati itu makanan kesukaan aku.” “HA? APA?!” Nando terlonjak “Hati kamu ini jadi kan dikasih ke aku?” tanyanya sembari memegang sebuah benda berwarna merah. “Ini juga salah satu makanan kesukaan aku.” “Eh.” Nando kaget saat melihat dadanya sudah berlumuran darah. Saat dia berniat meminta penjelasan dari gadis di hadapannya. Gadis itu malah melayang, terbang bersama hatinya. “Yasmiiiiiin, kembalikan hatikuuu.”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook