Musim Semi telah tiba, Musim yang paling Evelyn tunggu-tunggu untuk melakukan hobi berkebun, dan juga ia dan anak-anak bisa memanen apel dan cherry yang ada di sekitar pekarangannya.
"Mom musim panas nanti kita akan liburan kemana?" Tanya Dean antusias, tahun lalu mereka pergi ke Swiss, jika bukan karena urusan pekerjaan Evelyn tidak akan pergi kemana-mana.
"Musim panas masih lama, lebih baik kau menanyakan, kapan mom akan mulai berkebun lagi, aku tidak sabar untuk memanen tomat dan wortel," Devian atusias, "Yup, aku juga tidak sabar untuk memetik buah apel, kau ingat pohon di samping pagar itu, buah yang paling manis." Daya menimpali, gadis kecil itu memejamkan mata, seolah mengingat bagaimana rasa apel segar yang biasa ia petik.
"Mungkin beberapa hari lagi,apakah kalian mau ikut pergi membeli bibit?" Dean dan Devian kompak menggelengkan kepala, hari Minggu seperti ini adalah hari dimana mereka bisa bermain game, tanpa larangan dari Evelyn.
"Aku ikut mom,aku ingin membeli beberapa alat melukis dan apakah aku bisa mendapatkan kamera instax ku?" Tanya Daya dengan senyum mengembang, mata bulatnya berbinar, "Tentu saja sayang, jika kedua saudaramu sudah memiliki PS terbaru, kau aka mendapatkan kamera itu hari ini,bersiap-siaplah." Daya mengangguk, lalu melanjutkan sarapannya.
"Yah kita tidak akan mendapatkan sebuah game baru," komentar Devian, "Jangan serakah Vian, biarkan adik kita ini mendapatkan hadiahnya." Dean berkata dengan bijak, hal itu membuat Evelyn tersentuh.
Setelah mengetahui dirinya hamil Evelyn memutuskan untuk kembali ke negara ini, meskipun tidak tinggal di ibu kota, Evelyn memilih untuk tinggal pedesaan dengan nenek pihak ibunya,meskipun membenci ayahnya, granma sangat menyayangi Evelyn.
Kehamilan yang tidak direncanakan, membuat kondisi Evelyn melemah, 3x ia di rawat di rumah sakit dan harus melahirkan di usia kandungan 8 bulan, kehamilan kembar memiliki risiko yang lebih besar dari kehamilan biasa.
Evelyn sama sekali tidak menyesal mencairkan uang 100.000.000 Dollar milik Max, jika tidak anak-anaknya tidak akan bertahan sampai sekarang, dan mungkin ia akan jadi gelandangan, granma saat itu memiliki hutang dan rumah beserta tanah ini telah digadaikan.
Dari sisa uang itu Evelyn gunakan sebagian untuk merenovasi rumah dan juga ia investasikan untuk pendidikan anak-anaknya.
Sayangnya di saat karirnya sebagai penulis baru dimulai, Granman meninggal dunia, ia dan triplet merasa kehilangan, rasanya masih ada yang kurang setelah 5 tahun berlalu.
...
"Apakah ada yang ingin kau beli?" Daya menggeleng, anak itu masih berfokus dengan kamera instax miliknya, bersyukur toko elektronik ini di kota kecil ini masih memiliki stok.
"Canvas baru bagaimana?" Tawar Evelyn, Daya menggelengkan kepala, "Peralatan melukis masih lengkap mom, tadi aku hanya ingin membeli ini saja." Evelyn terkekeh pelan, lalu mengajak Daya ke salah satu stan bunga.
Sunday market di kota kecil dekat tempat tinggal Evelyn, biasanya buka dua minggu sekali, jadi Evelyn sangat memanfaatkan waktu untuk membeli bahan makanan dan juga kebutuhan rumah tangga, jarak tempuh dari rumahnya juga lumayan 45 menit menggunakan mobil, mobilnya juga bukan mobil SUV terbaru, melainkan mobil milik granma yang kondisi masih lumayan bagus.
"Mom aku mau es krim," seru Daya setelah selesai berbelanja, "Tunggu sebentar sayang, mom harus menaruh barang-barang kita terlebih dahulu." Daya mengangguk, "Kau tunggu disini, jangan kemana-mana." Titah Evelyn, lalu meninggalkan Daya.
Setelah menaruh barang-barangnya Evelyn kembali mengecek daftar belajannya, dirasanya semua barang yang ia butuhkan sudah terbeli, Evelyn memutuskan untuk pergi menghampiri Daya.
"Mom! Lihat hasil foto ternyata bagus." Daya menyerahkan sebuah foto polaroid kepadanya, Foto itu baru diambil tadi, namun setelah melihat dengan seksama, Mata Evelyn terbelalak dan membuat nafas Evelyn tercekat, sekali lagi Evelyn meneliti foto tersebut, seseorang yang memakai topi dan jaket hitam yang tertangkap di kamera itu Max, "tidak mungkin," gumam Evelyn berulang kali, tidak mungkin Max berada di kota kecil ini, lelaki itu super sibuk tidak akan membuang-buang waktunya untuk mengintainya.
"Mom ayo, aku sudah sangat ingin makan es krim." Daya menarik tangan Evelyn, mengajak ibunya masih ke dalam kedai es krim, Evelyn menoleh ke belakang, hanya ada orang yang berlalu lalang dan sekali lagi Evelyn meyakinkan diri tidak ada Max di sana.
Evelyn merasa lebih Sentai setelah memakan es krim vanila pesanan, Daya begitu bersemangat memakan es krim, kali ini dia sendirian dan tidak ada yang mengerecokinya makan es krim.
"Ugh ini enak sekali, i love it." Evelyn terkekeh, Daya dan es Krim tidak bisa dipisahkan,bahkan musim dingin anak itu bisa memakan 2 cup es krim sendirian.
"Mom, apakah aku boleh nambah?" Mata bulan Daya memiliki sesuatu yang magis, Evelyn tidak bisa menolak kemauan anaknya itu.
"Tentu, dan jangan biarkan orang rumah tahu kita membeli es krim," ucap Evelyn, Daya mengangguk, "pinky promise," seru Daya dengan senang, dengan senang hati Evelyn mengatka jari kelingkingnya.
"Daya sayang mommy." Daya tersebyum lebar, sebelum pergi memesan es krim lagi.
Evelyn melanjutkan memakan es krimnya, matahari masih bersinar terik di luar sana, suasana kedai es krim semakin ramai.
"Kau tahu Max D Holmes sedang berada di kota ini." Segerombolan orang yang duduk di belakang, sedang membicarakan lelaki itu, tanpa sada Evelyn menjatuhkan sendok yang ia pegang, Indra pendengarannya malah menjadi sensitif saat mendengar nama lelaki itu.
"Jangan membicarakan pria impoten itu, meskipun kaya raya dan tampan kalau di ranjang ia lemah untuk apa," balas seorang wanita dan dibalas tawa oleh teman-temannya.
"Itu benar, tapi setidaknya menikah dengan dia, hidup kita terjamin." Terdengar salah satu dari mereka bersuara lagi.
"Mungkin saja kita mencairkan uang Max 100 juta, apakah pria itu akan tau uangnya hilang?" Pertanyaan itu malah membuat Evelyn tersedak, ia terbatuk-batuk.
"Tentu saja, meskipun uangnya banyak, 100 juta akan menjadi masalah, yang aku dengar Max itu pelit." Tubuh Evelyn bergetar, mungkinkah Max ingin mengambil uang yang cairkan Sepuluh tahun yang lalu.
"Mom,kau kenapa?" Daya menyentuh tangan ibunya, "aku tidak apa-apa," jawab Evelyn dengan tenang, ia kembali menikmati es krimnya dengan terpaksa, ia tidak ingin Daya curiga.
"Mom, aku dengar pertanian dan peternakan di dekat rumah kita sudah terjual, keluarga Kingston akan pindah ke tempat asal Mrs. Kingston." Evelyn menaikan sebelah alisnya, "Secepat itu? Bukan kah pertanian dan peternakan itu hampir bangkrut?" Tanya Evelyn lagi, semenjak Mr Kingston meninggal 3 tahun lalu, kondisinya peternakan tidak stabil dan tidak terurus, bahkan puter pertama keluarga Kingston malah menggadaikan tempat tersebut dan menjual kuda-kuda indukannya.
"Aku dengar dari Madem Samantha, namun tidak ada yang tahu siapa pembelinya." jawab Daya,Madem Samantha seorang wanita paruh baya yang menjadi tetangganya, wanita itu juga uang melapor padanya, jika ada seseorang yang sedang mengintai rumahnya.
"Habiskan es krim mu sayang, Rose meminta mom untuk merevisi naskah novel yang akan terbit." Daya menghela nafas panjang, Rose sama sekali tidak mengenal namanya libur, hal itulah yang membuat Daya tidak suka dengan wanita itu.
TBC...