Bab 1 - Kepergian Anna
Setelah lulus SMA, Farhan pun melamar Anna dan setelah tiga bulan berikutnya, mereka pun memutuskanbuntuk menikah. Walaupun mereka menikah muda, mereka juga sedang melanjutkan kuliahnya. Mereka tidak menunda untuk mempunyai anak. Jika memang Tuhan sudah memberi mereka anak, Anna akan menunda kuliahnya. Memang tidaklah mudah menikah di usia muda. Mereka juga harus benar-benar menyiapkan diri. Anna senang bisa terus bersama Farhan, begitu juga sebaliknya. Anna sangat bersyukur mempunyai ibu mertua yang sangat baik dan perhatian kepadanya. Karna sekarang mertuanya jugalah orang tuanya.
Hingga pernikahan Anna dan Farhan memasuki usia 5 tahun, mereka belum juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk di beri momongan. Dari hari ke hari, sikap ibu mertua Anna mulai berubah. Dina, ibu mertuanya yang dulu sangat menyayanginya mulai menyindir dan berkata pedas karna Anna belum juga memberikannya seorang cucu. Anna hanya bisa diam dan pasrah, ia selalu berdoa agar Tuhan segera memberinya momongan. Hati Anna sangat hancur ketika ibu mertuanya membawa wanita lain untuk di kenalkan kepada Farhan, suaminya.
Dina menuruh Farhan untuk menikah kembali agar Dina segera mendapatkan seorang cucu. Farhan selalu menolaknya, karna hanya Anna lah wanita yang ia cintai, hanya Anna yang pantas menjadi ibu untuk anak-anaknya. Ucapan Dina yang semakin pedas membuat Anna semakin tertekan dan mulai merasa kurang nyaman tinggal di rumah mertuanya. Suatu hari, Dina pun membuat kesepakatan dengan Anna.
"Saya akan kasih kesempatan pada kamu selama 2 bulan. Jika kamu belum juga hamil, kamu pergi dari sini. Dan saya akan mengurus surat perceraian kamu dan anak saya." Tubuh Anna menegang mendengar ucapan Ibu mertuanya. Ia menatap Dina dengan pandangan yang sulit diartikan. Kemana sifat Ibu mertuanya yang baik, lemah lembut itu? Mengapa telah berubah seperti ini?
Entah apa yang terjadi dengan Dina hingga sifatnya berubah kejam seperti ini. Kali ini Anna tidak bisa berbuat apa-apa. Ia sudah tak di harapkan lagi oleh Ibu mertuanya.
Waktu begitu cepat berlalu, sudah dua bulan berlalu namun Anna tak kunjung menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Selama dua bulan itu Anna banyak diam yang membuat Farhan heran. Farhan hanya mengetahui jika istrinya masih sedih karna belum mempunyai anak. Farhan selalu berusaha membuat istrinya tersenyum. Ia juga menyemangati istrinya agar tidak terlalu larut dalam kesedihannya.
Selama dua bulan ini, Anna banyak diam dan ia juga mempersiapkan diri untuk berpisah dengan suaminya. Ia sudah mencoba memantapkan hatinya untuk menerima ucapan Ibu mertuanya. Ia belum juga hamil, pasalnya ia baru saja selesai menstruasi kemarin.
Sudah dua bulan mengenai perjanjian itu, hari ini Dina dan Anna akan melihat hasil tes kehamilan Anna. Farhan dan Ikhsan berpamitan untuk pergi ke kantor. Sejak kemarin perasaan Farhan tidak tenang, namun ia menepis perasaan itu. Kini hanya tinggal Anna dan Dina. Mereka kini berada didalam kamar Anna dan Farhan. Dina menatap Anna dengan sinis.
"Bagaimana? Apakah kamu hamil?"
"Belum Ma." ucap Anna dengan lirih.
"Ck! Kamu ingatkan apa yang telah kita sepakati dua bulan lalu?" Anna mengangguk lemah.
"Kamu silahkan pergi dari sini. Jangan pernah muncul lagi
dihadapan keluarga saya terutama dihadapan anak saya. Saya akan berikan uang untuk kamu!" air mata Anna tak bisa lagi dibendung. Air matanya sudah meluruh begitu saja tanpa bisa ia cegah.
"O iya kamu tanda tangani surat perceraian ini." Dina meletakkan surat itu dan memberikan sebuah pena pada Anna. Dengan tangan bergetar dengan hebatnya Anna menandatangani surat itu. Dina tersenyum puas akan hal itu. Ia memberikan beberapa uang untuk Anna. Setelah itu ia keluar dari kamar itu.
Anna mengemasi semua barangnya, tidak banyak yang ia bawa. Ia hanya membawa barang yang ia beli dengan uangnya sendiri. Ia mengambil sebuah kotak yang ia simpan di laci. Didalam kotak itu ada jam tangan yang kemarin ia beli untuk suaminya dan ada sebuah surat untuk suaminya. Ia meletakkan surat itu diatas nakas samping tempat tidur
mereka.
Anna menatap sejenak kamar yang ia tempati selama kurang lebih lima tahun ini dengan suaminya. Anna juga meletakkan kartu ATM pemberian suaminya dan uang yang diberikan oleh Dina tadi. Ia tidak membawa barang-barang dari keluarga Adinata. Dengan berat hati ia melangkah meninggalkan rumah itu.
"Selamat tinggal Mas, semoga hidup kamu akan lebih baik tanpa aku. Aku ikhlas jika kamu menikah lagi. Semoga kamu selalu bahagia. Aku mencintai kamu Mas. Maafkan aku belum bisa memberikan apa yang kamu mau." gumam Anna. Air matanya kembali menetes. Namun ia segera mengusapnya.
Ternyata ada salah satu pelayan yang mengetahui kepergian Anna. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa.
Pada saat itu Farhan pulang cepat. Perasaannya benar-benar tidak tenang selama is di kantor. Ia masuk setalah menyalami Mamanya. Ia merasa heran karna Anna tidak menyambutnya. Ia segera pergi ke kamarnya, mungkin Anna sedang tidur. Begitulah pikirnya.
"Anna! Sayang!" Farhan sudah masuk ke kamarnya, tapi tidak menemukan keberadaan Anna. Pikiran negatif muncul dipikirannya. Ia mencari keberadaan Anna di seluruh sudut kamarnya.
"Sayang! Kamu dimana? Anna!" Farhan mengusap rambutnya dengan kasar. Pikirannya mulai kalut. Ia mencoba menghubungi Anna.
Farhan mendengar suara ponsel Anna. Dan itu berada di atas nakas. Farhan mendekati nakas itu. Ia melihat ada sebuah surat, ia pun mengambilnya.
Dengan tangan bergetar ia membaca surat perceraian itu. Air matanya mulai menetes. Kemudian ia mengambil sebuah kotak itu dan membukanya. Ada sebuah jam tangan yang bagus di sana. Dan ada sebuah surat di sana. Ia pun membacanya.
Farhan menangis membaca surat dari istrinya. Ia tak menyangka Anna akan pergi meninggalkannya dan memilih untuk menyerah. Ada rasa kecewa dihatinya karna Anna memutuskannya sepihak.
"Kenapa kamu menyerah Anna? Kenapa kamu pergi meninggalkanku?" gumam Farhan. Farhan merobek surat perceraian itu.
Sampai kapanpun ia tak akan mau bercerai dengan Anna.
Semenjak saat itu, Farhan berubah menjadi sosok yang dingin. Ia pernah kecewa pada Anna yang pergi dengan tiba-tiba. Namun rasa bersalah itu muncul saat salah satu pembantu di rumahnya menceritakan semuanya. Ia sangat kecewa pada Mamanya. Saat itulah sikap Farhan dan Ikhsan berubah pada Dina. Farhan pun berusaha untuk mencari keberadaan istrinya.
Setelah Anna pergi, tidak ada yang tau bahwa saat itu Anna sedang hamil. Saat mengetahui bahwa dirinya hamil, Anna berjanji akan merawat anaknya dengan penuh kasih sayang. Walaupun itu berat, karna tidak ada sosok suami disampingnya.
Anna memutuskan untuk pergi dari kota itu, ia akan memulai hidupnya bersama anak-anaknya. Ia akan bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan anak-anaknya. Ia juga akan berusaha sebaik mungkin untuk memberikan masa depan yang baik untuk anaknya nanti.
Anna kini sudah menjadi ibu dari ketiga anaknya. Anaknya kembar tiga, namanya Eza, Ella, dan Erik. Ia merawat anaknya sendiri tanpa bantuan siapapun, termasuk suaminya. Bahkan suaminya tak tau jika ia memiliki anak.
"Kalian adalah penyemangat Bunda, Nak. Kalian lah alasan Bunda untuk bertahan hidup. Bunda janji akan melakukan apapun demi kebahagiaan kalian. Aku janji Mas akan merawat mereka dengan baik. Tetaplah bahagia Mas, aku mencintaimu."