Bagian 5

1510 Kata
Reon hanya menampilkan wajah datarnya. Dia sama sekali tidak berniat untuk menanggapi semua perkataan orang yang mengganggu kesenangannya itu. Beberapa menit yang lalu rumahnya kedatangan tamu yang sama sekali tidak ia undang. Mengacaukan rencananya yang sedang memberi pelajaran kepada gadis licik bernama Bella. “Lo denger gue ngomong nggak?!” sentak Aldo yang setelah sekian lama menghilang dan kini dia kembali. Lebih parahnya dia kembali saat sifat yang dulu sudah Reon kubur terbuka kembali. Ya, dulu saat keduanya masih berteman, di saat Aldo dan Cia masih pacaran, Aldo sudah mengetahui sifat sahabatnya ini. Dia susah mengendalikan diri, apalagi ketika ada hal yang mengusik hidupnya. Maka dari itu ketika dulu pemuda itu membenci Cia, Aldo mencoba selalu berada di dekat gadis itu agar Reon tidak menyakitinya. Terlepas meskipun mereka saudara, semuanya bisa terjadi. “Kenapa lo balik kayak gini lagi?” tanya Aldo lagi mengabaikan pertanyaannya yang tadi. Reon masih enggan menjawab. Dia malas untuk menjawab pertanyaan tidak penting dari sahabatnya itu. Lebih tepatnya sahabat yang meninggalkannya sendirian, sama seperti adiknya dulu. “Kapan lo balik?” Bukan jawaban, tapi sebuah pertanyaan. Aldo berdecak kesal. Selalu saja dingin dan tak tersentuh. “Kemarin.” “Kenapa lo balik? Percuma dia nggak ada di sini,” jelas Reon mengenai sang adik bernama Cia. Aldo mengehembuskan napasnya lelah. Dia kembali karena harus mengurus perusahaan keluarganya yang ada di sini. Selain itu, dia juga ingin bertemu kembali dengan Cia, meskipun pada akhirnya dia tidak menemukan cinta pertamanya itu. “Apa dia baik-baik saja di sana?” tanya Aldo mengenai keadaan Cia. Reon hanya berdehem dan mengangguk meskipun dia tidak tahu pasti. Tapi dia yakin bahwa adiknya sedang dalam keadaan baik saja. Aldo seakan ingat dengan wanita yang ada di dalam ruangan itu. “Dia temen lo, bukan?” Reon mengernyit, kemudian dia tersadar yang di maksud pemuda itu adalah Bella. “Bukan lagi,” jawab pemuda itu dingin. “Kenapa? Terakhir kali gue lihat kalian dekat.” “Dulu, bukan sekarang. Dan gue nggak pernah anggap dia lebih dari temen.” “So, sekarang lo sama siapa? Sudah punya pacar ceritanya?” goda Aldo. Meskipun tampangnya terlihat dingin dan mengesalkan, namun selera humor pemuda itu tidak pernah hilang. Suara ponsel yang berada di meja mengalihkan keduanya. Tertera nama OVI di sana. Aldo mengernyit bingung seperti mengenali nama itu. Sedetik kemudian dia baru ingat jika gadis itu adalah sahabat dari Cia dan adiknya. Reon memutar bola matanya malas melihat panggilan video dari kekasihnya itu setelah dia mengiriminya pesan. “Angkat, tuh!” celetuk Aldo. Dengan enggan Reon akhirnya mengangkat panggilan itu. Dan beberapa detik kemudian terpampanglah wajah seorang gadis yang sudah rapi yang menandakan dia telah siap berangkat ke kampus. Aldo memilih untuk melihat interaksi keduanya. Terlebih lagi dia sedikit penasaran mengenai hubungan sahabatnya ini dengan Ovi, gadis yang sama cerewetnya dengan Cia. Mengingat Cia, Aldo kembali merasakan rindu itu lagi. “SELAMAT PAGI REON,” sapa Ovi di seberang sana dengan semangat. Hari ini dia ingin membujuk kekasihnya itu untuk menjemputnya, terlebih lagi motornya saat ini sedang berada di bengkel. “Hmmm.” Hanya deheman sebagai jawaban dari Reon. Aldo yang melihat interaksi keduanya cukup tertarik. “Hari ini kamu bisa jemput aku, nggak? Kita berangkat ke kampus bareng.” “Nggak.” “Motor aku lagi ada di bengkel, Re, dan Papa lagi di luar kota, jadi aku nggak ada yang antar,” jelas gadis itu sambil memasang tampang sedihnya. Ini adalah rencananya agar Reon mau menjemputnya, jarang sekali mereka ke kampus bersama. “Naik taksi,” jelas Reon singkat. “Tapi, Re, aku—” “Nggak usah manja!” Oke sudah cukup. Jawaban Reon harusnya sudah bisa ia prediksi. Ovi terlalu pede ketika berharap bahwa kekasihnya itu akan berubah. Gadis itu pun memaksakan senyumnya, dia mengakhiri panggilan itu dan tidak lupa mengingatkan Reon agar tidak lupa sarapan. Reon menaikkan alisnya menyelidiki tatapan penuh tanya dari Aldo. Sepertinya dia lupa jika di sana masih ada Aldo. “So?” tuntut Aldo “Ovi. Pacar gue.” Tiga kata, namun membuat Aldo membelalak terkejut. Ovi? Gadis cerewet itu adalah pacar sahabatnya saat ini? Sepanjang Aldo berteman dengan Reon, dia selalu tau tipe gadis seperti apa yang pemuda itu sukai. Dan Ovi sepertinya tidak termasuk dalam daftar itu. Terlebih lagi gadis itu terlihat manja dan cerewet. Ada apa dengan sahabatnya ini? Setelah sekian lama ia tinggal sepertinya banyak perubahan yang terjadi d sini. “Ovi? Seriously, Re?” tanya Aldo lagi. Reon enggan menjawab, pemuda itu langsung masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap ke kampus. Dia tetap membiarkan Bella berada di ruangan itu. Untuk sekarang, dia tidak akan memberi wanita licik itu pelajaran, mungkin nanti dan di saat Aldo tidak ada pastinya. Karena jika pemuda itu masih ada di sekitarnya, Reon tidak akan bisa melakukan apa-apa. Termasuk membasmi orang-orang yang akan menyebabkan hubungannya dengan Ovi menjadi hancur. *** Ovi tetaplah Ovi. Setiap kali dia berada di kampus, selalu saja ada yang menyapanya. Entah itu senior, teman seangkatan, atau juniornya. Karena gadis itu memang cukup terkenal di kampus. Bukan karena kecantikan atau prestasinya. Selain karena dia pacar dari Reon yang pernah menjabat sebagai ketua BEM, dia juga terkenal karena dianggap gadis yang ceria, tidak sombong, bahkan dia mudah bergaul dengan siapa pun karena sifatnya memang humble dan asyik untuk diajak berteman. Sebelas dua belas dengan Cia sang sahabat yang pergi meninggalkannya. “Vi, lo ada kelas nanti siang?” tanya salah satu pemuda bernama Roni. Dulu mereka pernah satu sekolah, bersama dengan Cia juga. “Nggak ada, Ron. Kenapa?” tanya gadis itu balik. “Gue mau ajak lo makan siang nanti, bagaimana? Gue ada rekomendasi tempat yang baru, bagus, dan harganya nggak mahal. Lo mau?” jelas pemuda itu. Selain Ovi cerewet dan mudah bergaul, gadis itu suka kuliner. Tidak jarang dia sering jalan dengan teman-teman kampusnya yang memiliki hobi sama seperti dirinya ini. Sudah banyak tempat-tempat makan yang sering ia kunjungi, itu pun atas rekomendasi dari teman kampusnya, termasuk Roni seperti saat ini. “Wih, tempat baru, nih?” celetuk Ovi yang diangguki oleh Roni. “Tapi, gue kayaknya belum bisa ke sana, Ron. Uang jajan bulanan belum turun,” ungkapnya. Roni tertawa, ini yang dia suka dari temannya ini. Gadis yang apa adanya dan tidak pernah malu untuk mengungkapkan yang ada di pikirannya. Gadis itu seakan cuek dengan keadaan dan lebih enjoy menjalani kehidupannya. Kontras sekali dengan para gadis di luar sana yang lebih mengutamakan image. “Tenang. Kali ini gue traktir lo,” jawab pemuda itu enteng. Ya, dia baru saja mendapat uang bulanan dari orang tuanya. Untuk mentraktir temannya ini sepertinya tidak ada masalah. “Serus lo? Dalam rangka apa, nih?” tanya Ovi dengan tampang menyelidik yang dibalas kekehan dari Roni. Pemuda itu mengacak rambut Ovi dengan gemas, gadis itu selalu bisa membuatnya tertawa setiap hari. “Banyak tanya lo. Mau nggak? Kalau nggak mau, sih, gue bisa ajak anak lain lu—” “Eh jangan!” cegahnya, “gue mau, kok. Lumayan makan gratis hehe.” “Yeu, dasar. Oke, deh, nanti siang gue tunggu di parkiran. Lo nggak bawa motor, kan?” tanya Roni yang diangguki oleh Ovi. “Bagus. See you.” Ovi kembali berjalan menuju ke kelasnya. Ternyata hari ini tidak begitu buruk. Meskipun Reon untuk kesekian kalinya menolak menjemputnya, tapi nanti siang dia mendapat makan gratis. Ah, dia sudah tidak sabar untuk mengakhiri hari ini. Karena seperti yang sudah-sudah, tempat yang selalu di rekomendasikan oleh Roni selalu bagus dan murah, tetapi tetap enak. “Woi! Ngelamun mulu lo!” “Astaga, Kiki.” Ovi mengurut dadanya yang terkejut. Kiki teman sekelasnya ini selalu mengagetkan dirinya. “Kaget, njir!” “Hahaha, mampus! Lagian lo ngelamun. Mikirin apaan, sih? Mikirin jorok, ya?” cecar gadis bernama Kiki yang mengundang pelototan dari temannya. “Lo tuh yang mikir jorok. Bokep aja yang dilihat terus, padahal mmpphh—” Belum sempat dia melanjutkan perkataannya, mulutnya sudah ditutup rapat oleh tangan Kiki. Hingga beberapa detik kemudian cekalan itu terbuka. “Gila lo! Mau bunuh gue, yak!” protesnya. “Elo, sih, Vi. Ngapain ngomongin bokep? Entar kalau anak-anak pada denger dikira gue jadi bandar bokep lagi,” bisik Kiki yang memelankan suaranya agar tidak terdengar oleh lainnya. “Lagian lo nuduh gue mikirin kotor. Lagian yang gue maksud bokep itu Bocah K-Pop,” jelasnya kemudian. “Ya, kan, lo nggak tau pikiran orang, Vi. Bisa aja lo mikir itu, tapi nyatanya orang lain mikir bokep itu film bokep. Kan bahaya.” Gadis itu pun memutar bola matanya malas. “Oke, oke, maaf.“ “Hmm. Btw, gue dengar nanti lo jalan sama Roni?” celetuk Kiki yang sudah berbicara dengan normal. Keduanya tengah sibuk mengeluarkan buku dari tas masing-masing. “Kita nggak jalan. Gue dan dia mau kulineran. Biasalah,” jelas Ovi membantah pernyataan temannya itu. Satu toyoran mendarat di kepala Ovi. Untung saja itu tidak sakit. “Jadi cewek b**o banget, sih, Vi. Itu sama artinya dengan kalian jalan, oke.” “Nggak, Ki!” bantah Ovi tidak terima. Mereka hanya akan makan siang di tempat kuliner yang baru kata Roni tadi. “Itu jalan, Ovi. Lo jadi cewek jangan lemot dan polos banget, dong. Oh iya satu lagi, lo harus hati-hati kalau mau jalan sama cowok lain. Secara lo itu pacarnya Kak Reon, otomatis lo harus ijin dulu ke dia.” “Ogah.” “Kok ogah?" “Kiki ... biasanya tuh gue kalau mau keluar sama siapa pun nggak pernah ijin ke Reon. Lagian dia itu pacar gue, bukan suami gue, oke. Jadi gue masih punya kebebasan,” jelas Ovi. “Tapi, Vi, nanti kalau pas di jalan Reon lihat lo sama Roni gimana? Terus dia mikirin macam-macam. Kan nggak lucu,” ungkap Kiki yang mulai parno dengan hubungan temannya itu. Gadis itu memutar bola matanya malas. Reon? Marah dan cemburu karena dia jalan sama Roni? Mustahil. Kekasihnya itu minim ekspresi, dan sulit untuk mengungkapkan perasaannya. Eh, tetapi tunggu dulu. Jika dengan dia jalan bersama Roni membuat Reon cemburu, sepertinya menarik. Seketika pikiran jahat itu mengalir di pikiran Ovi. Dibalik wajahnya yang polos, ternyata Ovi memiliki pemikiran yang cerdik juga ^^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN