bab 8

1947 Kata
14 tahun berlalu..  " Bundaa kaos kaki Rain gak ada " teriak seorang remaja dari dalam kamarnya " Coba cari di almari mu yang sebelah kiri bawah, ada kotak warna biru kamu buka " jawab sang ibu " Bun ini Regan udah goreng ayamnya, mau sekalian buat susunya Regan aja Bun yang buat ? " Tawar Regan " Jangan biar Bunda aja yang buat susunya sayang, makasih ya udah bantu Bunda masak " Renatha mencium pipi kanan Regan lalu berhalan ke dapur kembali Seperti pagi sebelum-sebelumnya Regan selalu bangun lebih awal sebelum subuh, lalu membangunan kedua saudaranya untuk shalat berjamaah. Setelah shalat bersama dengan sang ibu juga, Regan langsung olahraga pagi dengan joging dan olahraga lantai di rumahnya. Sedangkan sang ibu sibuk menyiapkan perlengkapan anak-anaknya untuk pergi ke sekolah. Revan dan Regan tentu kembali tidur setelah shalat subuh. " Loh itu si kebo belum bangun ?" Tanya Rain ketika sudah sampai di meja makan " Tolong kamu bangunin ya sayang, itu abang kamu susah banget bangun " pinta Renatha " Oke komandan siap laksanakan " Rain segera berlari ke lantai atas untuk pergi ke kamar kakak keduanya Rain itu selalu berhasil membangunkan Revan yang sangat susah bangun. Anak itu sering kali terlambat pergi ke sekolah, padahal Regan dan Rain sangat rajin urusan sekolah. Mereka berdua pergi ke sekolah sangat awal untuk menghindari kata terlambat dan hukuman. " Kebakaraaaan " teriak Rain sambil melompat-lompat di atas ranjang Revan " Kebakaraaaan api api " Revan yang belum sadar langsung berdiri dengan membawa selimut " Hahaha kebakaran tapi bo'ong " ledek Rain sambil tertawa " Raiiiiin " teriak teriak Revan jengkel Teriakan Revan yang begitu keras sampai terdengar ke lantai bawah, dimana ibu dan kakaknya menunggu di meja makan. Renatha sudah hafal dengan yang terjadi jika Rain yang membangunkan Revan, anak itu pasti berteriak begitu kencang karena jengkel, lalu mengadu pada dirinya saat sudah di meja makan. " Bundaaa Rain nih ngeselin " adu Revan Renatha sudah hafal benar bagaimana putranya yang selalu ribut di pagi hari, belum lagi nanti saat akan berangkat ke sekolah. Ketiga anaknya akan berebut tentang kendaraan yang akan mereka pakai. " Rain turun sayang, sarapan sini biarin abang kamu siap-siap " panggil Renatha Mendengar panggilan sang ibu, Rain segera turun menuju meja makan. Kebahagiaan Rain di pagi hari adalah mengganggu Revan jika belum bangun, tapi seperti Revan memang tidak pernah bangun pagi. Jadi setiap hari juga Rain akan mengganggu kakaknya. Toh tidak akan ada yang berani marah pada anak bungsu kesayangan Bunda mereka. " Bun, nanti pulang sekolah Abang ada turnamen. Jadi pulang malem " kata Regan memberitahu " Iya, tapi kamu hati-hati ya sayang. Bunda masih takut sebenarnya kalo kamu ikut-ikutan turnamen, apalagi kalo tinju duh rasanya Bunda tuh mau pingsan pas liat kamu luka-luka gitu " Regan tersenyum hangat pada sang Bunda, wanita itu selalu memberikan banyak perhatian dan kekhawatiran untuk dirinya " Iya, Bun. Regan pasti jaga diri dengan baik kok " dalam hati yang paling dalam, Renatha sangat ingin melarang putra pertamanya itu untuk ikut turnamen. Karena menurutnya Regan sudah cukup pandai dalam urusan ilmu beladiri, jadi tidak perlu lagi ikut turnamen. " Revan juga nanti pulang malem ya Bun " sosok Revan sudah terlihat di dekat meja makan Wajah tampan yang segar dengan seragam yang di keluarkan, dan juga dasi yang tergantung sembarang di bahu kanannya. Yang satu ini benar-benar berbeda dan sangat susah untuk di jinakkan, sering kali Revan yang pintar mendapatkan panggilan orang tua dari kelas tiga SMP. Bukan karena nilai jelek, tapi Revan sering bertengkar dengan teman-temannya, juga sering membolos. " Bang Revan mau kemana lagi ? Kemarin udah pulang telat loh, masa sekarang lagi " inilah Renatha, dia tidak langsung melarang anak-anaknya " Em Abang mau jenguk Gilang Bun, dia masuk rumah sakit gara-gara demam berdarah " jelas Revan, terlihat tidak bohong dengan penjelasannya " Ya udah kalo gitu. Sebelum ke rumah sakit kamu mampir dulu ya ke butik " Revan hanya mengangguk dengan terus fokus pada makannya " Rain pulang sekolah mau kerja kelompok Bun, terus ngajar anak-anak jalanan. Boleh ya " kali ini Rain sangat berharap bundanya memberi izin Sebenarnya Renatha selalu mengizinkan Rain melakukan kebaikan itu, ia juga sangat senang karena Rain sangat peduli dengan anak-anak jalanan. Tapi terakhir kali Rain bersama mereka, Renatha melihat Rain banak belur karena melawan seorang preman. Jadi ceritanya, dua Minggu yang lalu Rain dan anak-anak jalanan beristirahat setelah ngamen, tiba-tiba ada tiga orang preman ingin mengambil uang mereka. Dengan alasan membayar pajak keamanan agar mereka tidak di tangkap ketika ada raziah. Tapi semua itu bohong, jadi Rain dan anak-anak itu menolak untuk memberikan uang mereka. Karena mendapat perlawanan para preman itu memukuli anak-anak jalanan dan Rain. Karena Rain yang masih berusia tujuh belas tahun dan tidak bisa beladiri seperti kedua saudaranya, akhirnya ia kalah dan terkapar tak berdaya. Setelah kejadian itu Rain di larikan ke rumah sakit dan dirawat beberapa hari. Sejak saat itulah Renatha melarang putranya untuk sementara tidak membantu anak-anak jalanan. Itu karena Renatha masih sangat takut Rain kenapa-napa, apalagi sampai masuk rumah sakit lagi. " Kalo berat buat kasih izin, mending jangan dulu Bun. Regan gak mau Bunda memaksakan hal yang gak mau Bunda lakuin, dan Rain udah besar pasti dia bisa ngertiin kalo Bunda gak kasih izin untuk sekarang ini " Renatha menatap putra sulungnya dengan senyum hangat Regan selalu memahami ibunya, bahkan apapun yang sedang Renatha pikirkan dan rasakan Regan juga bisa merasakan itu. Bahkan Regan sering membatalkan jadwalnya untuk turnamen jika sang ibu terlihat bimbang memberikan izin. " Bang Regan besok ada acara ?" Tanya Renatha akhirnya setelah diam beberapa menit " Gak ada Bun, kenapa ?" Regan balik bertanya " Kalo gitu adek besok aja ya ketemu anak-anak jalanan, dan Bunda minta tolong bang Regan temenin adek ya " putus Renatha " Iya Bun " Rain mengangguk antusias mendengarkan izin dari Renatha Akhirnya setelah sekian lama tidak bertemu dengan anak-anak jalanan yang sangat di rindukan, besok Rain akan menemui mereka. Ia sangat bahagia sekarang karena bundanya yang baik memberikan izin. Setelah menghabiskan sarapan ketiga putra tampan Renatha berdiri dari kursi masing-masing untuk berpamitan. Mereka selalu mencium tangan dan pipi Renatha sebelum pergi ke sekolah. " Bunda Regan berangkat ya, assalamualaikum " Regan mencium tangan dan pipi kanan Renatha lalu berjalan keluar setelah mengucapkan salam. Renatha menjawab salam Regan dengan menatap punggung putranya yang menjauh " Bunda cantik Rain berangkat sekolah dulu ya. Bunda jangan rindu, soalnya kata Dylan rindu itu berat. Jadi biar Rain aja yang rindu " ucap Rain sambil mencium kedua pipi ibunya setelah salim " Haha iya sayang, kamu hati-hati ya di jalan. Jangan ngebut kalo bawa mobil " kata Renatha lembut " Iya, assalamualaikum " Rain berjalan meninggalkan ibu dan kakaknya yang masih berada di meja makan " Waalaikum salam " balas Renatha Kini Renatha menatap putra keduanya yang masih santai memakan sarapannya. Kebiasaan berangkat telat adalah hobi tersendiri bagi Revan, ia suka sekali berangkat siang dan sampi di sekolah tepat ketika gerbang akan di tutup. Kadang Revan juga terlambat karena masih harus mampir-mampir bertemu dengan temannya. Hukuman karena terlambat sangat ringan menurut Revan, hanya berlari keliling lapangan beberapa kali tidak akan membuatnya jerah untuk tidak terlambat. " Bang, mau Bunda anter ke sekolah ?" Sindir Renatha lembut " Eh Bunda yang cantik ngapain nganter Abang Revan yang ganteng dan gentleman ini. Abang bisa berangkat sendiri kok, ini sarapannya udah selesai " Revan segera bangkit dari duduknya. Tak mungkin kan bad boy tampan seperti dirinya ke sekolah di antar ibunya, bisa turun pamor jadi anak Bunda entar. " Yauda hati-hati ya sayang, jangan buat onar terus kerajaannya " pesan Renatha pada putranya yang tampan ini " Iya Bunda, abang jalan ya. Assalamualaikum " akhirnya Revan berangkat juga " Waalaikum salam " setelah anak-anaknya berangkat sekolah, ia bergegas ke kamarnya untuk siap-siap ke toko Hari ini jadwalnya untuk pergi ke toko menemani Ririn dan beberapa karyawan lainnya. Mereka mengatakan ada banyak pesanan bunga untuk hari ini dan dua hari ke depan. *** Regan berjalan menyusuri koridor sekolah dengan langkah santai, melewati siswi-siswi yang sedang menatapnya dengan senyum manis mereka. Meskipun selalu bersikap cuek dan dingin pada semua siswa-siswi yang mendekatinya, tetap saja Regan memiliki banyak penggemar. Bahkan dari kedua saudaranya Regan yang paling banyak diminati para siswi sekolah itu, padahal mereka selalu mendapat penolakan. Tapi tetap saja tidak ada yang menyerah untuk mendapatkan perhatian Regan yang seperti balok es. " Regan pagi " sapa seorang siswi cantik dengan make-up tebal Tak ada jawaban dari Regan, lelaki itu terus berjalan dengan wajah datar. Menghiraukan gadis itu yang masih membuntuti dirinya, gadis barbar yang selalu tebar pesona pada Regan. Brukk Suara seseorang bertabrakan dan terdengar juga buku-buku tebal terjatuh. Regan ya Regan, ia terus berjalan tanpa memperdulikan kegaduhan yang terjadi di belakangnya. " Heh cupu, kalo jalan tuh liat-liat. Udah pake mata empat lo masih gak bisa liat jalan hah ?" Teriak seorang gadis " Ahh ma-maaf Sel aku gak sengaja ahh " gadis cupu dengan kacamata tebal itu terus mengaduh kesakitan karena rambutnya di tarik dengan kuat oleh Sella " Maaf-maaf, lo pikir ketabrak itu gak sakit hah ?" Sella semakin menarik dengan kuat rambut gadis itu dan menggoyang-goyangkan tangannya " Arhh Sella sakit Sell hiks hiks " Sella terus melanjutkan aksinya, tak memperdulikan isak tangis karena sakit gadis cupu itu Tak ada yang membantu karena gadis itu tak memiliki seorang teman pun, dan mereka malah menikmati pembullyan yang terjadi. Penindasan disana sering terjadi pada siswa-siswi yang tidak bisa melawan, apalagi jika mereka dari kalangan rendahan. " SELLA STOP " semua memandang takut pada orang yang menyentak tangan Sella dengan keras " Regan kamu kok bentak aku si " ujar Sella manja Tak memperdulikan rengekan Sella yang menatapnya kesal, Regan membantu gadis cupu itu dan membawakan bukunya. Orang-orang yang melihat kejadian itu melongo dengan perbuatan Regan. Biasanya Regan selalu acuh dengan apa yang terjadi meskipun terjadi pembullyan dan perkelahian. Bahkan ketika adiknya sendiri berkelahi Regan tak peduli, tapi sekarang dia membantu si cupu yang selalu di pandang remeh oleh orang sekitarnya. " Ihh Regan, kok kamu ninggalin aku si " teriak Sella masih dengan nada manja " Hahaha Sella yang cantik kalah saing sama si cupu tuh buat dapetin pangeran " ujar salah satu siswa " Haha iya. Udah sama gue aja Regan sama si cupu " sambung yang lain " Ih najiss. Tuan putri gak pantes sama jongos, harus dapetin pangeran " tekan Sella percaya diri. Lalu meninggalkan kerumunan Regan sengaja pergi ke kelas gadis yang masih sesenggukan, air matanya sudah tidak keluar tapi Regan tau gadis itu masih ingin menangis. Melihat itu Regan mengelus pelan puncak kepala gadis yang terus menundukkan kepalanya tanpa mau memperlihatkan wajahnya yang merah. Banyak orang berbisik-bisik dan menatap kagum dengan yang di lakukan Regan saat ini. Mereka tak pernah melihat Regan berbuat mais pada siapapun, baru kali ini Regan melakukan itu. " Nama lo siapa ? Gue Regan " pertanyaan itu sengaja di lontarkan agar gadis itu mengangkat kepalanya " Aquila " jawabnya masih dengan menundukkan kepalanya " Kalo orang nanya itu jawabnya harus dengan kepala di angkat. Lo gak pegel nunduk terus " Regan menangkup wajah Aquila dan ia tarik untuk menatap dirinya " Udah bel masuk, kamu ke kelas aja. Dan makasih " kata Aquila pelan " Ya udah gue ke kelas dulu ya. Jangan terus menunduk, atau lo akan terus dipandang rendah sama orang-orang bodoh itu " pesan Regan dengan mengelus puncak kepala Aquila pelan Beberapa siswi yang ada di kelas Aquila menatap iri karena Aquila mendapatkan perlakuan yang begitu manis dari Regan. Sedangkan Regan sendiri tempak acuh setelah membalikkan tubuhnya. Ia kembali berjalan dengan wajah datar seperti biasa, sangat berbeda saat memandang Aquila. Tatapan lembut yang bisa membuat banyak gadis meleleh hanya dengan di tatap saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN