HANYA MENJADI ISTRI RAHASIA

"TIDAK MUNGKIN!" Jasmine histeris ketika mengetahui tentang dirinya yang kehilangan bayinya. Kehamilan yang selama tiga tahun ini ia nantikan bersama Dariel — sang suami telah sirna. Pasca kecelakaan yang dialami oleh Jasmine sore tadi mengakibatkan keguguran. Padahal usia kandungannya sudah memasuki usia 20 Minggu. "Dariel ... ini pasti bohong' kan?" Jasmine menatap nanar suaminya, dia masih tidak percaya dengan pernyataan Dokter Vivian. Sebelumnya, Jasmine memang divonis lemah kandungan. Itu sebabnya selama hamil, Jasmine tidak pernah melakukan aktivitas apapun, selain duduk manis dan dimanja oleh Dariel. "Ini benar, Sayang, anak kita sudah pergi meninggalkan kita sebelum waktunya dia lahir. Sebelum kita melihat wajah anak kita secara sempurna," ucap Dariel lirih. Setelah menyampaikan kabar tersebut, Dokter Vivian pun keluar. "Tapi ... aku bisa hamil lagi' kan, Sayang? Jadi nanti setelah aku sembuh total, kita progam hamil lagi," ucap Jasmine, menghapus air matanya. Wanita yang usianya menginjak 25 tahun ini berusaha untuk tegar dan kuat menerima kenyataan pahit ini. "Tidak bisa!" kata Nyonya Retha — Mommy-nya Dariel yang baru saja datang. "Why?" tanya Jasmine. "Kamu tanya saja sama suamimu," ucap Nyonya Retha sinis. Jasmine kembali menatap suaminya, "Sayang, tolong jelaskan sama aku tentang ucapan Mommy yang mengatakan kalau aku tidak bisa hamil lagi? Rahim aku baik-baik saja' kan?" tanya Jasmine, kedua tangannya menyentuh wajah Dariel. Dariel mencoba untuk tidak mengeluarkan air matanya di depan Jasmine. Dariel yang terkenal dingin dan cuek berusaha untuk menguatkan dirinya tentang kenyataan pahit yang baru saja ia dapatkan. "Kenapa diam, Dariel? Kenapa? Katakan apa yang terjadi sama aku, kenapa aku sampai tidak bisa hamil? Katakan Dariel, katakan!" ucap Jasmine terisak. Nyonya Retha tersenyum miring, "selamanya kau tidak akan pernah memberikan Dariel keturunan. Kau sudah tidak punya rahim!" Deg Jasmine terbelalak seraya geleng-geleng kepala, dia tidak percaya dengan perkataan mertuanya itu. "Tidak mungkin," ucapnya pelan. Air matanya terus berguguran tak bisa Jasmine seka lagi. Nyonya Retha keluar. Dariel memeluk Jasmine, mencoba untuk menenangkan Jasmine. Rumah Sakit Universitas Pitie Salpetriere kota Paris (Prancis) Masih di rumah sakit yang sama dengan Jasmine. Tragedi kecelakaan sore tadi termasuk kecelakaan beruntun. Seorang Mahasiswi di salah satu Universitas di Paris — Sorbonne, dia adalah Cristine Bowie usianya baru 19 tahun. Dia termasuk korban kecelakaan yang cukup parah, sampai mengakibatkan koma. "Jadi, adik saya harus di rawat inap di ruang ICU?" Evellyn yang notabene dari keluarga menengah bawah, tentu saja dia sangat syok mendengar kabar ini. Evellyn bekerja siang dan malam hanya untuk membiayai adiknya sampai Sarjana, agar tidak seperti dirinya yang hanya lulusan SMA. Selain untuk pendidikan sang — adik, tentu saja untuk biaya kebutuhan sehari-hari juga. Evellyn bisa bekerja di perusahaan ternama di kota Paris karena batuan temannya juga, Evellyn juga pintar dan cerdas meksipun hanya jadi karyawan biasa, setidaknya punya penghasilan setiap bulannya. Evellyn Bowie usianya 26, Evellyn dan Cristine hanya tinggal berdua, sang — ibunda tercinta meninggal sekitar dua tahun yang lalu. "Baik, Dok." Evellyn terlihat bingung. Biaya pengobatan untuk Adiknya pasti membutuhkan biaya yang sangat mahal. Pihak rumah sakit meminta agar Evellyn segera mengurus adminitrasi terlebih dahulu maka Cristine akan segera dipindahkan ke ruang ICU. "Tuhan ... bagaimana ini? Dimana aku harus mendapatkan uang sebanyak ini dalam waktu sekejap," lirih Evellyn dalam hati sembari melihat selembaran kertas, di sana tertulis biaya adminitrasi yang harus segera Evellyn bayar. Bugh Tak sengaja Evellyn bertubrukan dengan seorang wanita paruh baya, hingga lembaran kertas itu pun terjatuh di lantai. Wanita paruh baya itu mengambil selembaran kertas tersebut. "Nyonya Retha. Maaf, saya tidak sengaja." Ya, wanita yang bertubrukan dengan Evellyn adalah Nyonya Retha, tentu saja Evellyn mengenal wanita paruh baya ini yang tak lain adalah Nyonya Ethelwyn. "Its oke. Tidak masalah Ellyn," ucapnya sembari tersenyum miring, "uuummm ... kenapa kau sedih?" tanya Nyoya Retha, sekilas dia membaca biaya rumah sakit yang harus Evellyn bayar. “Adikmu koma?” tanya Nyonya Retha. “I-iya, Nyonya,” jawab Evellyn. Nyonya Retha tersenyum tipis, “kau sedih karena adikmu koma atau karena biaya rumah sakit yang mahal ini?” tanyanya. Evellyn menunduk, “dua-duanya, Nyonya,” jawab Evellyn lirih, “apakah Nyonya Retha mau memberikan saya pinjaman uang? Nyonya bisa menyuruh Tuan Dariel untuk memotong gaji saya setiap bulannya,” ucap Evellyn menatap Nyonya Retha. Evellyn berharap dirinya bisa mendapatkan pinjaman dari Nyonya Retha. “Hahaha .... “ Nyonya Retha malah ketawa mengejek, “sampai kapan lunasnya, Ellyn? Sedangkan biaya pengobatan adikmu tidak sedikit. Dia koma, entah kapan dia sadarnya,” ucap Nyonya Retha seraya geleng-geleng kepala. Evellyn menunduk kembali, air matanya berguguran. Apa yang dikatakan Nyonya Retha ada benarnya juga, Cristine koma, entah sampai kapan komanya, tidak bisa dipastikan. “Baik. Saya akan bantu kamu, Ellyn. Tapi … ada syaratnya,” ucap Nyonya Retha seraya melipatkan kedua tangannya di atas d**a. Evellyn kembali menatap wajah Nyonya Retha, “sya-syarat. A-apa itu, Nyonya?” tanya Evellyn. “Jadilah istri rahasia putraku, maka biaya pengobatan untuk adikmu akan saya tanggung sampai dia benar-benar sembuh dan keluar dari rumah sakit,” ucap Nyonya Retha, senyuman seringai kembali terukir di sudut bibirnya. Hah?? “Istri rahasia?” Evellyn tercengang mendengar permintaan yang diajukan oleh Nyonya Retha. “Iya, Ellyn. Berikan pewaris untuk saya, sebab Si Jasmine – menantu saya tidak bisa memberikan saya pewaris. Maka saya menginginkan kamu menjadi istri kedua Dariel, pernikahan kamu dan Dariel tidak akan ada yang tahu. Syaratnya cukup mudah bukan? Selain mendapatkan uang dari saya, kau juga akan mendapatkan kenikmatan sebagai Nyonya Dariel. Tugasmu, cukup menggoda Dariel agar dia mau menyentuhmu.” Evellyn terdiam, syarat yang diajukan Nyonya Retha cukup berat karena ini menyangkut harga dirinya sebagai wanita. “Kau juga memiliki peluang untuk menjadi Nyonya Dariel seutuhnya, Ellyn. Jadi … selain memberikan saya pewaris, kau juga harus bisa membuat Jasmine cemburu, kau juga harus membuat Dariel lebih berpihak padamu. Kau juga harus bisa membuat Jasmine perlahan mundur menjadi istrinya Dariel,” lanjutnya. “Kenapa Nyonya Retha menginginkan Tuan Dariel dan Nona Jasmine pisah?” tanya Evellyn. “Kau jangan tahu asalan saya, Ellyn. Kau cukup lakukan tugasmu dengan baik, itu pun jika kau ingin adikmu mendapatkan penanganan medis di rumah sakit ini. Jika kau menolak, tak masalah. Saya bisa cari wanita lain,” ucap Nyonya Retha. Evellyn menghela napas pelan, “baik, Nyonya. Tugas saya cuman itu’ kan? Selain memberikan pewaris untuk Tuan Dariel, saya juga harus membuat Tuan Dariel jatuh cinta padaku?” tanya Evellyn hanya sekedar untuk memastikan saja. “Ya, Ellyn. Dan setelah Jasmine pergi, terus kau sudah memberikan saya pewaris. Maka tugasmu selesai, kau bisa pergi jauh dari kehidupan Dariel, dan kau jangan pernah mengakui anak itu,” ucap Nyonya Retha. Evellyn memejamkan mata, air matanya kembali menitik. Sungguh semakin sulit tugasnya, ternyata bukan hanya sekedar menjadi istri rahasia saja, tapi Evellyn juga harus bisa membuat Jasmine dan Dariel pisah. Dan yang paling menyakitkan, Evellyn tidak boleh mengakui anaknya kelak. “Gimana Ellyn? Kau setuju?”