04

1505 Kata
Erlang mencakup kedua tangannya, mencoba berdoa agar Vay cepat bangun karena hampir 4 jam setelah operasi Vay belum kunjung bangun juga. Perasaan Erlang begitu gundah sekarang. Ia hanya tinggal berdua diruangan itu, Erlang meminta ibunya untuk beristirahat dirumah karena tak mau membuat ibunya kelelahan. Walaupun hari sudah mulai gelap tapi Erlang belum ada niat untuk makan karena ia masih ingin memastikan Vay untuk bangun terlebih dahulu “ Dimana gue?” Erlang sedikit tersentak ketika mendengar suara parau dari Vay. Ia segera mendekati Vay dan menatap gadis itu dengan seksama “Akhirnya lu sadar juga.” Vay mengernyitkan dahinya ketika orang yang pertama kali ia lihat adalah Erlang “Erlang? Ngapain disini?” “Udah lu diem nanti gue jelasin sekarang gue mau manggil dokter dulu biar di cek keadaan lu.” Erlang keluar ruang rawat Vay untuk mencari dokter yang merawat Vay sedangkan gadis itu berusaha untuk bergerak tapi seketika rasa nyeri yang amat hebat menyerangnya. “Aw..” Erlang yang baru saja kembali dari nurse station panik melihat Vay yang mencoba bangun. “Vay! jangan bangun dulu!" Vay tak mendengar apa yang dikatakan Erlang fokus gadis itu hanya sakit pada daerah tulang rusuknya. “Sakit.” Erlang membantu Vay untuk kembali ke posisi berbaring kemudian tak lama seorang dokter dan perawat datang ke ruang rawat Vay. Erlang tampak khawatir ketika melihat Vay yang meringis kesakitan namun ia memberi celah untuk dokter memeriksa keadaan Vay. "Vayleria harus beristirahat dulu mungkin 4 atau 5 hari lagi sudah bisa pulang jika membaik dan pemulihan dari patah tulang rusuknya mungkin 3 bulan sudah sembuh." “Tulang rusuk saya patah dok?” sang dokter mengangguk." Iya benar patah akibat benturan yang keras dari kecelakaan itu tapi saya bisa pastikan 3 bulan saja sudah bisa sembuh jika teratur untuk meminum obat dan vitamin yang saya berikan serta pola makan yang baik." Vay menatap Erlang dan lelaki itu memberikan kode jika ia akan menjelaskannya nanti. “kalau begitu saya permisi, jika ada perlu bisa panggil saja perawat kami disini.” "terimakasih Dok." ucap Erlang kemudian mengantar dokter tersebut sampai pintu ruangan rawat Vay. Lelaki itu kemudian menghampiri Vay dan duduk disebelah bed Vay “boleh gue jelasin sekarang?” Vay pun mengangguk. Erlang pun menjelaskan semua kronologi kejadian dari awal hingga bagaimana ia tanpa sengaja menabrak Vay. Tanpa terasa air mata Erlang terjatuh akibat rasa bersalah yang begitu besar pada Vay menyelimuti hatinya. Vay pun menghela nafasnya panjang walaupun terasa sakit kemudian mengusap lengan Erlang. “Udah lu engga perlu merasa bersalah lagi jugaan lu tanpa sengaja kan? intinya lu baik-baik aja itu buat gue bersyukur juga.” Erlang pun kemudian mengenggam tangan Vay. “Gue janji, gue bakal tebus kesalahan gue.” Vay tersenyum tipis “ Dengan lu menjadi suami yang baik buat gue nantinya itu udah cukup buat penebusan kesalahan lu.” Mereka pun saling melempar senyuman tipis "Gue bakal berusaha buat jatuh cinta sama lu." Batin Erlang. "Oh iya, lu belum makan. Tadi disuruh sama dokter biar lu ada tenaga." Vay mengiyakan perkataan Erlang. Erlang pun membenarkan posisi Vay dan menyiapkan makanan yang telah disediakan oleh rumah sakit sedangkan Vay hanya memerhatikan kemanapun calon suaminya itu pergi. Dengan telaten Erlang menyuapi Vay. Perasaaan yang tak biasa muncul di hati mereka berdua. "Erlang?" “Hm?” Jawab Erlang “Lu udah makan?” Erlang menggeleng yang membuat Vay berdecak. “Abis ini lu makan pokoknya.” “Iya, siap calon istri.” jantung Vay berdetak cepat ketika mendengar Erlang mengatakan itu padahal Vay baru saja mengenal Erlang kemarin tapi kenapa jantungnya tiba-tiba berdetak kencang seperti ini. Tiba-tiba pintu kamar rawat Vay terbuka dan menampakan seorang laki-laki muda yang Vay tidak kenal masuk dengan sebuah buket bunga di tangannya. “Gue denger calon kakak ipar gue kecelakan.” “Mika?” Ucap Erlang. Itu Mikandra Resya Maxhil , adik sepupu Erlang dari Amerika yang merupakan salah satu atlet basket yang cukup terkenal di Amerika. Setelah sekian lama tidak kembali ke Indonesia karena jadwal yang padat akhirnya kali ini Mika mendapatkan kesempatan. Erlang menaruh nampan tempat makanan Vay kemudian berdiri menyambut adik sepupunya tersebut. "Kenapa bisa disini sih?" Mika hanya menampakkan deretan giginya. “Gue mumpung ada waktu senggang jadi balik sebentar ke Indonesia. Udah kangen nih sama Indonesia soalnya.” Erlang tersenyum bangga melihat perubahan adik sepupunya itu. Mika mendekati bed Vay. “ini calon kakak ipar gue kak?” Erlang mengangguk kemudian berdiri didekat Vay. “ Kenalin kak, Aku Mikandra, sepupu kak Erlang.” Vay menerima jabatan tangan Mika. “Vayleria.” “cepat sembuh ya kak ipar.” Mika menyerahkan buket bunga yang ia bawa kemudian Erlang mengajaknya ke ruang tamu yang ada diruangan itu meninggalkan Vay sendirian. Mungkin sekitar 10 menit berlalu, Erlang kembali bersama dengan Mika menemui Vay. Mika memang tak bisa lama-lama karena banyak saudara yang ingin ia kunjungi karena kesempatan yang cukup minim jadi Mika berpamitan pada Vay dan juga Erlang. Setelah mengantar Mika, Erlang kembali melanjutkan menyuapi Vay. “ Gue kenyang, Erlang.” “baru empat suap.” Vay mengeleng kemudian menunjuk bagian rusuknya yang sakit. Erlang yang mengerti pun merapikan makanan Vay dan membantu membetulkan posisi gadis itu. “sekarang lu istirahat ya, biar cepet sembuh.” Vay tentu saja menurut karena ia tak tahan akan rasa sakit pada rusuknya. Erlang juga paham Vay pasti merasa nyeri pada bagian tulangnya yang patah. Erlang mengenggam tangan Vay. “ Kalo lu merasa nyeri, lu bisa remes tangan gue ya.” Vay mengangguk pelan. “udah sekarang lu istirahat. Gue temenin.”Vay kemudian menutup matanya mencoba untuk tidur. Hampir 10 menit Vay mencoba untuk tidur namun tidak bisa karena rasa nyeri yang ia rasakan. “Erlang?” Erlang yang fokus dengan handphonenya kemudian melihat kearahnya. “Kenapa Vay?” Vay ragu untuk mengucapkan sesuatu yang ia inginkan. “ bisa tolong tepuk-tepuk kepala gue? Gue gabisa tidur.” Erlang tertawa kecil kemudian memasukan handphonenya. tangan kiri Erlang terulur ke kepala Vay sedangkan tangan kanannya mengenggan tangan Vay. Erlang menepuk-nepuk perlahan kepala Vay. Entah sihir apa yang digunakan Erlang, tidak butuh waktu yang lama Vay tertidur karenanya. Erlang yang melihat itu merasa gemas dengan Vay dan tertawa kecil. “Selamat tidur Vay.” Erlang pun menghentikan tepukan pada kepala Vay dan ikut terlelap. Tanpa mereka sadari, ada Kesha yang memperhatikan mereka berdua. Kesha masuk ke ruang rawat Vay secara diam-diam dan menaruh beberapa cemilan dan makanan diatas meja. Wanita paruh baya itu juga mendekati dan mengusap kepala Vay dan Erlang bergantian. "kalian begitu serasi dan imut." Ucap Kesha. Kesha memang diminta beristirahat oleh Erlang namun pikirannya tetap mengkhawatirkan keadaan Vay tapi ia percaya jika Erlang akan menjaga dengan baik calon menantunya itu tapi tetap saja rasa khawatir menyelimuti dirinya. Kini hatinya telah merasa tenang melihat anak dan calon mantunya yang begitu manis berdua hingga membuat hati Kesha menghangat. Kesha tahu Erlang pasti lelah mengurus Vay apalagi melihat khawatirnya Erlang pada Vay tadi siang membuatnya yakin bahwa mereka adalah pasangan yang cocok. "Semoga kebahagiaan selalu menyelimuti kalian."Kesha tersenyum lalu mengecup puncak kepala Vay dan Erlang bergantian setelah itu Kesha memilih untuk meninggalkan keduanya agar mereka bisa beristirahat. . . . . Erlang membuka matanya perlahan dikarenakan perutnya yang meronta akibat lapar. Ia melirik ke arah jam yang terpasang di atas televisi. "Jam 1." gumamnya. Ia melihat sekitar dan menemukan Vay yang masih tertidur sambil mengenggam tangannya. Erlang menatap sebentar wajah Vay yang tertidur kemudian secara perlahan melepaskan genggaman tangan Vay padanya namun usaha itu gagal dan membuat Vay terbangun. Erlang tersenyum tipis pada Vay “Maaf Vay, tidur lagi aja.” "Kamu mau kemana, Erlang? “gue mau mencari makanan, laper nih.” Vay mengangguk pelan seraya mengucek matanya. Sebuah tas plastik berwarna putih meja diatas mengalihkan perhatian Erlang. “Vay? ini siapa yang naruh?” Vay menoleh kemudian mengedikkan bahunya. “Gue aja tidur dari tadi.” Erlang membuka tas tersebut dan ada beberapa makanan disana. “ Ini pasti ibu gue yang bawain.” "Emang apa itu?" “ayam goreng mau engga?” "Mau dikit tapi" "Siapa suruh makan dikit tadi.." protes Erlang seraya menyiapkan makanan itu untuknya dan Vay. Vay berusaha membenarkan posisinya namun Erlang dengan sigap membantunya kemudian lelaki itu menyiapkan meja makan dan menyajikan makanan didepan Vay. "Makasi ya." ucap Vay. Erlang menaikan salah satu alisnya, pertama kalinya ia mendengar Vay mengucapkan terimakasih padanya. "Buat apa?" Tanya Erlang. “ Makasi ya udah mau ngerawat dan ngebantu gue. Pasti lu cape kan?” “Udah, gapapa santai aja, udah kewajiban gue Vay.” Vay tersenyum tipis. “Udah ayo kita makan, udah laper banget gue.” Mereka pun makan bersama malam itu. “Gue harap dengan kejadian ini semua hal yang buruk menimpa kita berdua akan berubah menjadi kebahagiaan suatu saat nanti. Semoga kita menjalankan peran kita sebagai suami dan istri dengan baik nantinya dan dijauhkan dari segala keburukan yang ada. Dan semoga lu bisa buka hati lu untuk gue nantinya, Erlang.”batin Vay “ gue harap ini adalah langkah pertama yang harus gue lewati untuk mencapai titik kebahagiaan gue dan gue harap semoga lu nantinya menjadi sumber kebahagiaan gue selamanya, Vay.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN