Bab 4

1000 Kata
"Nolan?" Marisa melirik Nolan. Pemuda itu terlihat tegang dengan wajah ketakutan. Saat itulah Marisa menyadari, kalau Aluna tidak berbohong. "Kenapa? Tidak jadi?" tanya Aluna. Tidak ada jawaban dari mereka berdua. Aluna tertawa kecil. "Kenapa kalian tegang sekali? Nolan, apa kau tegang karena sudah tahu sikap asli putramu? Marisa, apakah kau tegang karena marah? Atau kau takut jika aku melaporkan putramu karena hal ini?" "Ka... Kau.." "Hahaha, tenang saja. Aku tidak akan melakukan apa-apa. Yang pasti, aku sudah membayar sewa selama 4 bulan itu, dan uangnya dipakai oleh Nolan yang merupakan putra pemilik kost. Yah, terimakasih karena sudah membantuku mengeluarkan barang-barang." Aluna memasukkan barang-barangnya ke dalam sebuah tas besar. Setelah selesai, ia mengangkat tas dan kembali menatap ke arah Marisa dan Nolan. "Aku akan pergi sekarang. Semoga kita tidak bertemu lagi." "Aluna baru saja diusir dari kost." "Apa dia membuat masalah?" "Tidak. Anak dari pemilik kost yang membuat masalah dengan Aluna. Dia membeli barang pribadi menggunakan uang yang diberikan Aluna untuk membayar kost. Akibatnya, pemilik kost mengira kalau Aluna telah menunggak uang sewa selama 4 bulan." "Hmm.." Devan memandang keluar jendela. Saat ini, mereka masih ada di dalam mobil. "Kirim beberapa orang untuk membereskan anak pemilik kost," ujar Devan. "Baik." "Bagaimana situasinya sekarang?" "Sekarang dia sedang pergi, tapi tidak tahu kemana tujuannya." "Awasi dia terus." Jack menahan untuk mengatakan ini, namun ia sudah tidak tahan. "Tuan Wilson, apa anda harus melakukan ini?" "Aku tidak paham maksudmu." "Aluna terus menolak anda, mungkin seterusnya akan seperti ini. Bukannya lebih baik, kalau anda memberi uang pada kuasa hukum untuk mengubah isi wasiatnya?" Devan tidak menjawab. "Apalagi, anda seharusnya menikah dengan orang yang anda cintai dan hidup bahagia." Devan merasa geli saat mendengar kata "cinta" keluar dari mulut Jack. "Hal seperti itu tidak pernah ada dalam dunia seperti ini. Cinta hanya omong kosong dan alat yang digunakan untuk menusuk yang terpengaruh olehnya." Jack mengerti maksud Devan. Tuannya pasti membicarakan mantan kekasih yang begitu dicintai, tapi pada akhirnya, menusuk dari belakang. "Lagipula, ini adalah keinginan terakhir kakekku. Dia sudah melakukan banyak hal untukku selama kehidupannya, sehingga aku bisa menikmati kenyamanan." Jack tidak berniat bicara lagi. Ia hanya menantikan informasi dari bawahan yang sedang mengikuti Aluna. "Di mana aku bisa mendapat kost jam segini?" Aluna menggerutu saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. "Besok aku ada shift pagi. Kenapa hidupku sial sekali, sih?" Aluna memasuki gang lain. Wilayah ini memang memiliki banyak gang kecil, yang jarang dilewati orang-orang karena banyak preman. "Oh, siapa ini?" Mood Aluna semakin buruk saat melihat Leon, orang yang selalu menganggunya muncul dari seberang bersama belasan teman-temannya. "Aluna Miley, kau masih hidup?" Leon tertawa. "Sayangnya, iya," balas Aluna. "Fft, kau selalu seru seperti biasa. Sudah berapa lama kita tidak bertemu? 1 bulan? 2 bulan? Maaf ya, kalau aku jarang muncul. Aku sibuk bekerja setelah bergabung dengan Wilson." Aluna tahu kalau Leon bergabung dengan mafia, tapi ia tidak pernah menyangka, kalau Leon, preman gang yang pernah ia kalahkan dengan dua tendangan bergabung dengan Wilson. Apalagi, Aluna telah bertemu dengan calon pemimpin Wilson yang mencoba melamarnya tadi. Aluna bisa merasakan perbedaan aura yang kentara. Devan memiliki aura kuat yang mampu menekan orang lain. Dalam sekali lihat, orang-orang pasti tahu, kalau Devan sangat berbahaya. Bahkan Jack juga terlihat kuat, hanya sedikit lebih lemah dari Devan. Sedangkan Leon.... "Ffftt, hahahaha!" Leon dan teman-temannya terkejut saat Aluna tertawa. "Hei, jalang, apa yang kau tertawakan?!" "Berani sekali kau tertawa di depan anggota Wilson? Kau mau ditembak mati?" "Leon, kau harus memberi wanita itu pelajaran!" Leon tidak mendengar perkataan teman-temannya karena heran dengan Aluna. "Apa yang kau tertawakan, sialan?!" "Aku tidak mengerti kenapa kau begitu sombong, padahal tugasmu hanya membuat kopi di sana," ujar Aluna. "Apa? Membuat kopi? Leon?" "Itu tidak mungkin. Leon kan pentolan kita, mana mungkin dia hanya membuat kopi di sana." Namun wajah Leon begitu pucat. Ia berkeringat sambil menatap Aluna. "Hoo.." Aluna tersenyum, "Padahal aku hanya asal menebak. Aku tidak menyangka apa yang aku katakan itu benar adanya." "Leon, bukankah kau mengatakan kepada kami, kalau kau bertugas sebagai eksekutor?" "Tentu saja!" Leon meninggikan suaranya," "1 Membuat kopi itu hanya pekerjaan sampingan, karena biasanya aku bosan saat orang-orang tidak mau berurusan denganku. Aku mencoba akrab dengan para senior!" "Sudah kuduga, Leon memang hebat!" "Ya, ini baru kawan kami!" Aluna yang melihat itu merasa kecewa." Orang-orang bodoh, mau saja ditipu Leon." Aluna memilih melanjutkan perjalanannya. la berjalan cepat melewati Leon, namun Leon menarik lengannya dan menahannya di sana "Lepaskan!" "Aluna Miley, kau masih tidak paham posisimu, hah?" "Bukannya kau yang harus paham posisi? Kenapa kau membual tentang pekerjaanmu, tukang pembuat kopi?" Leon menggertakkan giginya. Ia mengangkat tangannya, siap melayangkan tamparan ke wajah Aluna. Dengan mudah, Aluna menahan tangan Leon, kemudian balik menampar pria itu dengan kuat. "Ukh!" Leon memegangi pipinya yang langsung memerah karena tamparan itu. Melihat Leon ditampar, teman-temannya langsung menyerbu Aluna. "Wanita jalang ini!" seseorang melompat untuk menerjang Aluna. "Jangan melompat begitu." Aluna menendang perut orang itu, "Kau menganggu pemandangan." "Uakhh!" "Gakhh!" "Erkhh!" Kurang dari 5 menit, Aluna membuat semua orang tergeletak di tanah sambil memegangi tubuh mereka yang kena hajar. "Mulai hari ini, aku tidak akan bertemu denganmu lagi." Aluna mengambil tasnya sambil menatap ke arah Leon. "Jadi kau bebas berbuat sesukamu sekarang." Aluna membalikkan badannya dan berjalan menjauh. Namun baru beberapa langkah, Leon langsung menyergapnya dari belakang. Aluna merasakan sesuatu menusuk lehernya, itu adalah jarum suntik. "Apa-apaan kau?" Aluna mendorong Leon, kemudian mencabut jarum suntik yang isinya telah masuk ke dalam tubuhnya. "Kau begitu sombong, sampai lupa betapa berbahayanya mafia." Leon tersenyum miring. "Ukh.." Aluna memegangi lehernya. Ia mulai pusing dan berkunang-kunang. Pandangannya mengabur, tubuhnya terasa lemas. la terjatuh ke tanah karena tak bisa menjaga keseimbangan. Leon berjongkok di depannya sambil menunjukkan senyum penuh kemenangan. "Saat kau bangun nanti, mungkin kau sudah jadi b***k seseorang." Aluna kehilangan kesadarannya." Jack tersentak saat melihat informasi dari kelompok yang mengikuti Aluna. "Tuan Wilson, Aluna ditangkap oleh seseorang. Apakah saya harus memberitahu kelompok untuk menolongnya?" Sejak awal, kelompok tersebut diminta untuk mengawasi gerak-gerik Aluna, bukan untuk melindunginya. Tinggalkan komentar anda like vote gift and follow ya ges
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN