APA LAGI?

1111 Kata
"Kamu kenapa nggak bilang kalau yang nganterin pulang kemaren ternyata Pak Kaisar CEO nya PT. Indra Cipta Abadi sih, Yang?" ucap Pandu setelah Kaisar menghilang dari hadapan mereka berdua. "Aku bingung mau jelasinnya gimana. Aku kan juga nggak cerita ke kamu kalau sempat kecelakaan sama Dandi karena takut kamu jadi kepikiran selama tugas di Nusa Tenggara Barat kemaren. Masa aku tiba-tiba bilang yang nganterin pulang itu CEO nya PT. Indra Cipta Abadi. Yang ada kamu malah tambah nggak percaya lagi sama penjelasan dari aku," ucap Larissa dengan lesu dan menyandarkan tubuhnya pada kursi. "Kan aku udah bilang sama kamu kalau ada apa-apa selalu kabarin ke aku, Yang. Kamu juga tadi malam keliatan kayak ragu-ragu gitu sih buat jelasin semuanya. Makanya aku tambah curiga karena aku pikir kamu nyembunyiin sesuatu dari aku," ucap Pandu dengan menatap frustasi ke arah Larissa. "Kamu kan di sana juga punya kesibukan, Yang. Kita aja buat komunikasi kadang susah. Apalagi aku kasih kabar tentang kecelakaan yang ada malah ntar nambah-nambahin pikiran kamu. Toh juga aku nggak kenapa-napa kok. Cuma lecet di lutut aja sama shock. Cuma dua hari juga udah kering lukanya. Yang parah malah Dandi. Soalnya aku waktu kecelakaan itu minta tolong ke dia buat berangkat kek kantor bareng," ucap Larissa dengan tenang dan menatap lurus ke arah depan, "Aku juga percuma kan udah jelasin ke kamu panjang lebar kalau kamu pas lagi emosi banget kayak gitu. Yang ada bukannya masalahnya cepat selesai tapi akunya malah babak belur semua" lanjut Larissa dengan menghela napas kasar. "Maafin aku ya, Sayang. Aku salah udah sering hilang kabar selama tugas di Nusa Tenggara Barat dan bahkan pulangnya nggak sesuai sama yang aku bilang di awal. Udah gitu ditambah lagi di hari pertama kepulangan dari tugas ini, Aku malah melimpahkan semua masalahku dengan emosi ke kamu yang kemarin kebetulan juga terjadi kesalahpahaman diantara kita berdua. Maaf banget aku udah kasar ke kamu. Sakit banget ya yang kemaren? Ada yang luka nggak?" ucap Pandu dengan penuh penyesalan dan menyentuh rahang Larissa dengan lembut sembari menatap nanar kekasihnya tersebut. "Aku maklumin kok tentang itu semua. Lagian kan juga karena kamu ngurusin kerjaan. Aku tahu kamu juga pastinya kemaren capek banget baru aja pulang di hari yang sama tapi pas mau ngasih surprise ke aku malah ngelihat hal yang nggak seharusnya. Tapi aku rasa kayaknya tempramen emosi kamu yang kayak gitu tuh bukan satu-satunya jalan yang bisa bikin permasalahan yang kamu hadapin jadi selesai gitu aja. Kamu bisa cerita aku untuk ngurangin beban pikiran kamu tentang masalah itu, Yang. Awalnya aku masih terima-terima aja kamu kalau pas baru dipuncak-puncaknya emosi ngelakuin hal kasar kayak gitu karena aku pikir itu kan cuma di waktu-waktu tertentu aja dan setelah itu kamu minta maaf ke aku plus ngobatin aku kalau ada yang luka-luka. Tapi semakin hubungan kita mendekati ke jenjang yang serius dan terjadi masalah tadi malam, Aku jadi kepikiran dan takut untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi dengan kamu karena tempramen emosi kamu yang seperti itu. Aku nggak tahu dan nggak bisa mengira-ngira itu nantinya akan terjadi lagi seperti apa. Di tambah lagi semakin serius hubungan kita pastinya akan lebih banyak cobaan dan terpaan masalahnya. Kalau kamu masih berlaku seperti itu dan lebih mengedepankan emosi kamu, aku kayaknya nggak sanggup sekuat sekarang untuk menghadapinya, Yang" ucap Larissa dengan melepaskan kedua tangan Pandu yang menangkup dagunya. "Yang, Kok kamu ngomong gitu sih. Kamu jangan nyerah gini dong. Aku juga janji bakalan ubah kebiasaan jelek aku ini ke kamu. Maafin aku masih sering nyakitin kamu selama ini," ucap Pandu dengan penuh penyesalan dan raut wajah sedihnya. Tak lupa juga ia menghadapkan tubuh Larissa agar dapat berhadapan langsung dengan dirinya. "Aku usah berusaha untuk maklumin hal ini setiap kamu kambuh ngelakuin itu lagi. Tapi rasanya aku nggak bisa terus-terusan denial tentang ini untuk masa depan dan kebaikan kita berdua, Yang. Kamu setiap setelah ngelakuin hal-hal kasar ke aku pasti selalu ngomong janji nggak akan ngulangin ngelakuin itu lagi. Tapi kenyataannya selalu terjadi lagi karena kamu nggak bisa mengontrol tempramen emosi kamu. Aku takut menghadapi kamu yang nantinya bahkan aku nggak tahu akan kasar sejauh apa," ucap Larissa dengan frustasi dan mata yang berkaca-kaca. "Sayang, jangan gini dong! Kita tinggal selangkah lagi lho buat ke jenjang pernikahan. Masa berhenti di tengah jalan cuma karena masalah yang sebenarnya bisa aku ubah. Kok kamu jadi punya pikiran kayak gini sih. Bukan karena Pak Kaisar kan ini?" balas Pandu dengan mengguncangkan kedua bahu Larissa dan meneteskan air mata. "Ini nggak ada kaitannya sama Pak Kaisar. Tapi itu adalah isi pikiran aku yang selama ini nggak bisa aku utarakan ke kamu, Yang. Justru aku mau bicarain perihal ini ke kamu sekarang karena kita udah mau meresmikan hubungan ke jenjang pernikahan dan aku berharapnya juga bakalan berjalan selamanya sama kamu sampai akhir hayat kita. Tapi aku butuh kejelasan lagi dari kamu dan komitmen dari diri kamu sendiri tentang semua yang udah terjadi diantara kita selama pacaran ini. Entah itu sifat, tingkah laku, atau apapun yang sekiranya kurang pas diantara kita berdua dan bisa kita perbaiki lagi. Tapi kalau memang susah untuk memperbaikinya dan masih ada keraguan diantara kita berdua. Kita ambil jalan tengah yang terbaik untuk kita berdua saja," ucap Larissa dengan nada yang bergetar. "Kamu nggak bisa egois gini dong! Hubungan kita udah berjalan lama. Bahkan aku juga udah ngelamar kamu. Kurang serius apa coba aku dengan komitmen yang aku tawarkan ke kamu pada hubungan ini, Yang? Oke, aku punya kekurangan dan itu memang fatal. Tapi kamu juga nggak sempurna, Yang. Kamu juga punya kekurangan yang menurutku juga masih belum bisa diubah sampai sekarang. Yaitu kamu nggak mau percaya sama aku. Aku udah selalu minta ke kamu. Aku juga nggak sekuat itu melawan nafsuku. Aku nggak bakal sakitin kamu. Bahkan setelah aku minta dan kamu selalu nolak karena kamu adalah penganut s*x after married. Aku hargain keputusan kamu kan. Toh juga akhirnya kita sebentar lagi nikah. Jadi kita bisa lakuin itu setelah nikah seperti mau kamu," ucap Pandu dengan menatap mata Larissa lekat. "Kita lanjut bahasan ini besok lagi aja ya. Aku capek dan baru menstruasi hari pertama, jadi badanku agak meriang kayak biasanya. Lagian ini di Restoran, nggak enak kalau bahas permasalahan kayak gini di sini. Kita pulang ya, Yang" ucap Larissa dengan lemas dan menatap melas ke arah Pandu. "Oke, kita bahas besok saat kepala kita sudah sama-sama dingin. Mungkin kamu saat ini terbawa perasaan karena sedang PMS juga, Yang. Oke kita pulang setelah aku ke kamar mandi sebentar ya. Kamu langsung ke kasir aja dan bayar pakai kartuku aja," ucap Pandu dengan mengusap lembut kepala Larissa dan memberikan dompet kulit berwarna hitam miliknya kepada Larissa. Kemudian ia beranjak dari kursinya saat Larissa mengiyakan perkataan darinya dengan anggukan kepalanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN