Larissa berjalan ke arah kasir setelah berpisah dengan Pandu yang berjalan ke arah kamar mandi. Saat di kasir ia harus antri dengan dua orang lainnya.
"Meja nomor berapa ya kak?" tanya pegawai wanita yang menjaga kasir.
"Meja nomor tujuh belas kak," jawab Larissa sembari membuka dompet Pandu untuk mengeluarkan kredit card milik pria tersebut.
"Mohon maaf kak. Untuk tagihan pembayarannya bill nya sudah dibayar lunas tadi," ucap pegawai wanita tersebut usai mencari-cari pada tumpukan bill di meja kasirnya dan menunjukkan bill pembayaran meja nomor tujuh belas yang sudah terdapat stampel cap lunas.
"Sudah dibayar? Saya baru ke sini sekarang kak. Siapa yang membayar?" tanya Larissa dengan mengernyitkan dahinya dan kebingungan karena jelas saja tadi Pandu berpisah dengannya ke kamar mandi. Orang yang kemungkinan membayar bill tersebut hanya ada satu orang. Tidak mungkin juga Bagas dan Dira pelakunya karena mereka terlihat masih menyantap makanannya pada meja mereka.
"Ciri-ciri orangnya seperti apa, Kak?" tanya Larissa kepada wanita penjaga kasir tersebut. Karena pastinya pegawai kasir tersebut masih mengingat lah paling tidak. Pada bill tersebut terdapat jam pembayarannya pada pukul satu lebih dua belas menit. Jadi rentang waktunya tidak lama hanya dari kehadiran Larissa untuk membayar bill tersebut.
"Ehm, Tadi ada pria tinggi besar dengan rupa-rupa arab kalau tidak salah apa ya, Kak? Bener itu nggak, Rin?" balas pegawai wanita tersebut sembari mengkonfirmasi kebenaran ingatannya kepada teman di sampingnya.
"Iya, Yang itu tadi soalnya minta bill nya ditinggal saja setelah dibayar kak," ucap teman dari pegawai kasir yang melayani Larissa tersebut.
"Oh, Baik. Terimakasih atas pemberitahuannya kak," ucap Larissa saat mengetahui siapa sang pelaku pembayaran tagihan makan siang mereka bertiga tadi. Siapa lagi pengunjung berwajah keturunan arab kecuali Kaisar di sini. Karena sepenglihatan Larissa sedari datang hingga akan pulang lebih di d******i oleh pengunjung dengan darah keturunan chinese dan pribumi saja.
"Sama-sama, Kak. Terimakasih atas kunjungannya," ucap kedua pegawai wanita penjaga kasir tersebut dengan ramah dan menangkupkan kedua tangannya di depan d**a.
Larissa yang belum melihat kehadiran Pandu kembali dari kamar mandi, Akhirnya memutuskan untuk segera ke parkiran mobil dan menunggu Pandu di dalam mobil saja.
Larissa yang sudah duduk pada kursi penumpang langsung saja mengeluarkan hand phone nya dari dalam sling bag hitamnya. Kemudian ia memutuskan untuk menelepon Kaisar menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada pria tersebut.
"Halo! Gimana, ada apa Ssa?" tanya Kaisar saat sudah mengangkat panggilan telepon dari Larissa tersebut.
"Halo, Mas! Selamat siang! Maaf ganggu waktunya lagi. Saya mau menanyakan perihal pembayaran tagihan bill makan siang tadi benar bukan kalau yang membayar Mas Kaisar?" ucap Larissa dengan ragu dan merasa tidak enak serta segan.
"Oh enggak ganggu kok. Sekalian ngisi waktu saya dari suntuk melawan kemacetan di siang hari ini, haha. Oh tagihan bill ya? Iya tadi saya yang bayar sekalian mau pulang, Ssa" ucap Kaisar dengan santai dan tanpa beban.
"Oh masih kena macet ya, Mas. Ini saya nggak papa telepon saat Mas Kaisar pas masih nyetir mobil? Wahduh kok malah jadi Mas Kaisar yang bayarin makan siang kita bertiga, Padahal saya yang ngajak Mas Kaisar untuk ketemu lho," ucap Larissa dengan canggung.
"Iya, Biasa hari minggu apalagi daerah Pantai Indah Kapuk, Ssa. Nggak papa kok nggak ganggu juga. Oh itu mah lagian juga nggak seberapa, Ya hitung-hitung saya gantian traktir kamu yang waktu itu traktir saya nasi goreng, haha. Gimana udah clear kan masalahnya? Pandu udah nggak nyakitin kamu lagi kan?" ucap Kaisar dengan terkekeh.
"Maaf ya, Mas. Kami berdua mengajak ketemuan pada tempat yang jauh dan ramai. Eh kalau dibandingkan dengan traktiran nasi goreng saya kemaren jelas jauh banget, Mas. Apa saya transfer balik aja uangnya? Sudah, Mas. Terimakasih sudah mau datang untuk menjelaskan dengan runtut kesalahpahaman di hari kemarin. Puji tuhan tidak, Mas!" ucap Larissa dengan perasaan sungkan dan tidak enak kepada Kaisar yang sudah sangat baik kepadanya. Ia tidak ingin banyak menanggung hutang budi kepada orang lain yang bahkan ini lebih parahnya belum lama ia kenali. Baru juga kenal sekitar hampir satu bulan. Kaisar sudah banyak sekali membantunya.
"Nggak papa. Saya sekalian refreshing melihat ke pemandangan-pemandangan yang ada. Wah kamu meremehkan uang saya nih? Nggak usah diganti. Saya memang berniat memberikan traktiran kepada kalian berdua kok, Ssa. Alhamdulillah kalau cepat terselesaikan dan tertangani. Saya juga nggak mau difitnah jadi perebut cewek orang, haha" ucap Kaisar dengan santai dan candaannya.
"Nggak gitu, Mas. Saya cuma nggak mau ngerepotin Mas Kaisar lagi aja. Terimakasih sekali atas traktiran makan siangnya. Maaf ya sudah membuat Mas Kaisar harus terjerat kasus seperti ini. Oh iya saya tutup terlebih dahulu ya, Mas. Karena Pandu sudah kembali dari kamar mandi. Takutnya nanti malah terjadi salah paham lagi," ucap Larissa sembari melihat ke arah Pandu yang sedang berjalan ke arah mobilnya dengan berbincang-bincang dengan wanita yang berada di sampingnya.
"Sama-sama. Ya sudah dimatikan saja, Ssa" ucap Kaisar menyetujui perkataan Larissa.
"Baik, Mas. Hati-hati di jalannya. Salam untuk keponakannya Mas Kaisar. Selamat Siang!" ucap Larissa dengan cepat.
"Iya terimakasih, Akan saya sampaikan ke keponakan saya. Siang!" balas Kaisar dan kemudian mematikan sambungan telepon diantara keduanya.
Pintu mobil bagian kemudi terbuka dan kepala pandu menyembul dari balik pintu mobil.
"Tadi aku ketemu Ghina di dalam, Kebetluan dia habis ketemuan sama klien di sini juga dan nggak bawa mobil. Kalau dia bareng sama kita pulangnya gimana, Yang? Soalnya di wilayah ini kan susah banget buat dapet taksi online," ucap Pandu menanyakan pendapat Larissa.
"Oh gitu. Ehm, Emang susah sih kalau di daerah sini cari taksi online. Tapi tadi udah coba cari tadi?" ucap Larissa dengan datar dan menatap dalam ke arah Pandu yang terlihat seperti berharap sekali untuk diizinkan oleh dirinya.
"Udah cari-cari dari tadi tapi nggak ada yang nyantol, Yang. Kalau nggak kita anterin sampai titik yang bisa menjangkau taksi deh, Gimana?" ucap Pandu memberikan pilihan lain.
"Terserah kamu aja. Kan yang punya mobil juga kamu, Yang. Jadi yang berhak bolehin atau nggak dia bareng pulang sama kita ya diri kamu lah," ucap Larissa dengan santai.
"Janji nggak ngambek kalau aku izinin dia ikut kita?" ucap Pandu dengan menatap ke arah Larissa.
"Iya terserah kamu aja," ucap Larissa dengan menganggukkan kepalanya.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Larissa, Akhirnya Ghina masuk ke dalam mobil dan duduk pada kursi penumpang.
"Maaf ya, Ssa. Saya jadi ngerepotin dan ganggu kalian berdua," ucap Ghina dengan sungkan dan canggung.
"Oh! nggak kok, Mbak. Lagian malah jadi ramai, haha" ucap Larissa dengan tawa canggungnya.