PERSELINGKUHAN

1040 Kata
"Kayaknya kalau di kantor saya jarang banget bisa ketemu sama kamu, Ssa. Termasuk teman-teman kamu juga sih. Divisi keuangan selalu sibuk ya?" ucap Ghina membuka pembicaraan diantara mereka bertiga. "Kalau divisi kami selalu sibuk kayaknya nggak juga sih, Mbak. Mungkin kita jarang ketemu karena divisinya Mbak sama Mas Pandu kan kerjanya sering di luar kantor jadi ya mungkin itu yang bikin kitanya jarang ketemu deh," ucap Larissa menanggapi dengan santai dan melirik ke arah kekasihnya yang sedang fokus menyetir mobil kesayangannya. "Memang tugas dari divisi humas kan mencari networking dengan kolega-kolega perusahaan kita dan sebagai penyambung antara perusahaan kita dengan mereka. Jadinya malah sering di luar kantor kerjanya, Ya bener juga sih kata kamu kalau kita jarang ketemunya, Ssa" ucap Ghina dengan santai dan terkekeh. "Tapi walaupun aku sering kerja di luar kantor, kamu masih sering ketemu sama aku kan, Yang?" tanya Pandu sembari menatap ke arah Larissa saat mobilnya sedang berhenti pada lampu merah. "Kalau kamu kan tunangan aku, Ya wajib dong hukumnya untuk usaha buat bisa ketemu sama aku. Gimana sih, Yang?" ucap Larissa dengan memanyunkan bibirnya dan pandangan mata yang terkunci lurus dengan pemandangan dihadapannya. "Haha. Iyalah, Ndu. Kan kamu bakal jadi calon suaminya Larissa. Ya harus selalu punya usaha buat ketemu sama dia ataupun membangun komunikasi sama dia dong, walaupun sesibuk apapun," ucap Ghina dengan tawanya dan menyetujui perkataan Larissa. "Oh jelas dong. Saya selalu berusaha untuk bisa bertemu ataupun komunikasi sama dia kok, Ghin" ucap Pandu dengan lugas namun sebenarnya pandangan matanya melirik ke arah kursi penumpang belakang dari kaca spion yang berada di bagian tengah mobilnya. "Baguslah, Ndu. Harusnya mah gitu dong. Biar hubungan kalian berdua tuh langgeng terus dan nggak ada kemungkinan retak karena masuknya pihak orang ketiga gitu. Nanti kayak aku yang udah pacaran dua tahun eh malah kandas karena dia selingkuh. Jangan sampai deh itu terjadi diantara kalian ya. Semoga hubungan kalian langgeng terus sampai pernikahan dan jangan lupa undangannya ya ntar, hihi" ucap Ghina dengan menyunggingkan senyumannya. "Wah sayang banget ya, Mbak. Padahal udah dua tahun jalan bareng. Alasan selingkuhnya kenapa tuh, Mbak?" balas Larissa dengan rasa penasaran. "Katanya karena saya selalu sibuk. Padahal mah dianya aja yang memang dasarnya cowok gatel dan sok kegantengan. Mana cuma numpang hidup pula kagak ada kerjaan yang bener gitu, Ssa. Amit-amit dah ketemu yang modelan kayak gitu lagi," ucap Ghina dengan jengah dan gemas. "Haha, Wah berarti nggak lulus kualifikasi ya itu cowok, Mbak. Semoga segera dapat ganti yang lebih baik ya, Mbak" ucap Larissa dengan terkekeh. "Jelas banget dong, Ssa. Cuma bakalan jadi beban aja sih tu cowok nantinya yang ada, haha" ucap Ghina dengan terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu juga aneh sih. Udah tahu dulu gelagatnya itu cowok dari cara ngomongnya aja udah aneh. Eh malah kemakan rayuan buaya dengan mudahnya. Ternyata kamu kalau udah bucin, prinsip kamu kamu kalau berinteraksi dengan klien yang dijunjung-junjung tinggi itu hilang juga ya. Auto jadi bodoh, haha" ucap Pandu menanggapi percakapan diantara dua wanita yang ada dalam satu mobil dengan dirinya tersebut. "Ya dulu dia kan cara ngomongnya sangat-sangat meyakinkan dari first impression nya, Ndu. Eh ternyata dia emang cowok yang jago silat lidah gitu. Mana baik bener lagi orangnya, tapi ternyata buat nutupin kebejatannya," ucap Ghina dengan geram dan protes. "Berarti tipikal yang manipulatif gitu ya, Mbak. Ngeri juga ya yang modelan kayak gitu mah," ucap Larissa menanggapi perkataan Ghina sembari melirik ke arah pria yang berada disampingnya. Ya, karena ia merasa sedikit heran dengan Pandu yang sepertinya sangat tahu tentang Ghina dan terlihat akrab sekali. Tak hanya itu tadinya Pandu kan juga memberikan penawaran kepada Larissa saat meminta izin agar Ghina dapat ikut dengan mereka pulang, yaitu untuk diantarkan di titik yang mudah dijangkau dengan taksi online ataupun ojek online saja tapi ini sudah keluar dari kawasan Pantai Indah Kapuk mobil Pandu dan pria tersebut sendiri tidak ada tanda-tanda untuk menurunkan penumpang baru pada mobil tersebut. "Iya nih. Kamu juga hati-hati ya sama Pandu. Apalagi dia anak humas. Jago banget kan dia bikin deal proyek perusahaan kita sama perusahaan rekanan kita. Sudah dipastikan dia juga pintar banget bersilat lidah tuh, Ssa. Haha" ucap Ghina dengan tawanya. "Enak aja fitnah-fitnah di depan tunanganku. Dia nggak tahu aja ya, Yang. Gimana susahnya aku dulu bisa dapetin kamu yang cueknya minta ampun gitu. Jangan percaya sama dia, Yang," ucap Pandu sembari sewot dan menggenggam tangan yang berada dipangkuan Larissa. "Oh ya? Kan yang namanya cowok harus berjuang dengan segala cara dong buat bisa naklukin cewek yang dia cintai, Yang. Ntar kalau nggak jual mahal dulu dibilangnya kita murahan atau sana sini mau lagi sama cowok-cowok yang ada. Ya nggak Mbak Ghina?" balas Larissa dengan melepaskan genggaman tangan Pandu, "Kamu tuh lagi nyetir lho, Yang". "Haha! Iya benar banget, Ssa. Cowok ya harus gitu. Apalagi kalau udah dapat nih eh ternyata terus habis itu dia tertarik sama orang lain dan deketin yang lainnya lagi. Ngeselin sih ya. Kalau kayak gitu mah harusnya langsung jaga hati lah ya. Atau kalau memang udah nggak ada perasaan yang kuat ya udah tinggalin dulu yang pertama baru jadian sama yang baru. Bukannya malah selingkuh biar bisa dapat dua-duanya. Ih gemes deh jadi keingat masa-masa sama mantan. Haduh!" ucap Ghina dengan menghela napas panjangnya. "Iya, Mbak. Cowok kadang suka gitu nggak puas dengan satu orang tapi juga nggak mau melepaskan yang lama kalau udah punya yang baru. Egois ya," ucap Larissa menyetujui perkataan Ghina. "Wah kalian berdua nyerang aku nih karena sebagai kaum minoritas di sini? Jahat juga ya para cewek kalau udah ngerumpi," ucap Pandu yang tidak terima dengan perkataan mereka berdua. "Haha, ya tergantung kamu aja sih nerima omongan kita kayak gimana. Kalau nggak ngelakuin kan harusnya nggak usah marah, Ndu" ucap Ghina dengan terkekeh. "Oh iya, Yang. Ntar mampir bentar di Supermarket yang ada di depan itu ya. Aku mau beli pembalut bentar," ucap Larissa dengan menunjuk sebuah plang Supermarket yang sangat ikonik berwarna biru. "Oke siap, Yang!" ucap Pandu dengan sigap dan kemudian memberikan hormatnya kepada Larissa menggunakan tangan kirinya. "Sigap benar dah, Ndu. Senang ya, Ssa. Punya cowok kayak Pandu gini. Jadi pingin satu deh. Semoga bisa dapat yang kayak begini deh," ucap Ghina dengan nada menggoda. Tapi entah kenapa menurut Larissa itu bukan hanya sekedar godaan candaan. Tapi malah terkesan Ghina seperti iri kedengarannya kepadanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN