Matanya mengedar ketiap sudut ruangan, mencoba menganalisis tiap senti ruangan itu apakah sosok pelaku itu meninggalkan sebuah barang yang dapat menunjukkan identitasnya. Namun lagi – lagi ia harus dikecewakan, karena tak ada satu hal pun yang terlihat mencurigakan diruangan itu, selain adanya jasad yang sebenarnya calon korbannya. Masih dalam hening, sosok pembunuh bayaran itu berpikir, siapa – siapa saja sosok pembunuh bayaran lainnya yang mungkin saja melakukan hal ini. Dahinya mengerut, bibirnya mendecih kesal. Mungkin saja ini ulah pembunuh bayaran baru, karena dari semua rekan pembunuh yang pernah ia kenal, tak ada yang pernah melakukan pembunuhan dengan teknik seperti ini. Semuanya memiliki ciri khas dalam membunuh para calon mangsa mereka tentunya.
Akhirnya setelah beberapa detik kembali terdiam, sosok pembunuh bayaran itu memutuskan untuk melangkah menuju jendela yang tadi dicongkelnya, meninggalkan jasad berlumuran darah itu. Sial memang, sosok yang seharusnya mati ditangannya justru mati ditangan orang lain. Hah, gagal sudah keinginannya malam ini untuk memutus nyawa manusia. Dengan perlahan nan gesit, pembunuh bayaran itu keluar dari jendela ruangan tanpa menimbulkan sedikitpun suara. Namun tepat ketika kedua kakinya berhasil menapak keluar dan menutup kembali jendela dibelakangnya, ruang kerja yang baru saja ditinggalkannya itu menggelap. Lampu telah padam kembali, tanpa ada penjelasan siapa atau apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Masih dalam keadaan membeku, sosok pembunuh bayaran yang malam itu gagal membunuh mangsanya itu bergidik ketika sepoi angin menyapa tengkuknya. Suasana malam ini begitu pekat, misterius nan menyeramkan, membuatnya mau tak mau segera pergi meninggalkan lingkungan itu sebelum seorangpun melihat keberadaannya.
-
Tepat sehari setelah berita menggemparkan mengudara diseluruh media kota itu. Tentang sang pengusaha, konglomerat kaya kota itu yang tewas mengenaskan dengan keadaan tengkuk tergorok nyaris lepas. Headline berita dengan topik yang sama mengudara pagi hari itu, menghebohkan tak hanya dikalangan para manusia kaya raya, tapi juga menjadi perbincangan dikalangan rakyat menengah kebawah. Bercerita tentang beberapa foto yang tersebar viral tentang keadaan mengenaskan sang pengusaha kaya itu. Menakutkan memang, melihat manusia sekelas pengusaha itu mati dibunuh diruang kerja mansionnya sendiri yang jelas – jelas memiliki penjagaan ketat 24 jam. Berpikir selihai apa si pembunuh itu dapat melakukan pekerjaannya sehingga dapat membuat penjagaan lengah serta menghindar dari tangkapan kamera CCTV.
Namun dilain pihak, sebuah perasaan senang dan dongkol dirasakannya bersamaan ketika mendapati headline berita pagi ini. Senang karena kini musuhnya telah berhasil ia bunuh, namun juga dongkol karena rencananya tak dilakukan pembunuh suruhannya dengan benar.
“Sial, bukankah aku sudah memerintahkannya untuk memusnahkan si bodoh itu tanpa meninggalkan jejak apapun?! Bagaimana bisa ia malah membunuh si bodoh di ruang kerjanya dan meninggalkan jasadnya disana!” dengusan kasar keluar dari hidungnya. Pria itu mematikan tv diruang bersantainya, lalu membanting remote tv itu sembarang. Tangannya meraih kasar ponsel pintar miliknya yang tergeletak diatas meja, menghubungi seseorang dalam diam.
“Datang padaku malam ini. Kita perlu berdiskusi tentang kesalahan apa yang terjadi dalam perjanjian kita.” Tutt*
Tanpa menunggu balasan dari orang yang dihubunginya pria itu memutus sambungan teleponnya, masih kesal karena merasa dikecewakan oleh pembunuh bayaran andalannya itu. Pikirnya bagaimana bisa orang seprofesional itu tak dapat menangkap maksud perkataan dan keinginannya dengan tepat?
-
Malam ini, tepat pukul 12.25, sosok pria yang bekerja sebagai pembunuh bayaran profesional itu harus menemui bosnya. Yah, sepertinya sebuah makian kesal dari pria buncit itu pasti akan menantinya. Hasil yang bukan dikarenakan ulahnya, tetapi ulah pembunuh bayaran lainnya yang hingga detik ini masih belum kunjung ia ketahui identitasnya. Tentu saja rasa penasaran begitu membuncah dan membumbung tinggi diotaknya, tapi saat ini belum saatnya ia mencari tahu dan meneliti sosok pembunuh misterius itu. Mungkin setidaknya setelah ia mendengarkan omelan pria tua yang merupakan bosnya itu, dan menjelaskan semua tentang apa yang sebenarnya terjadi. Malas sekali memang jika dipikir – pikir.
Srakkk
Lompatan terakhir untuk menemui bos yang menyuruhnya itu berhasil ia capai. Dahinya mengernyit
Ding Dongg.. Ding Dongg…
Jam tengah kota berdentang cukup kencang, nyaris dapat didengar hingga sekeliling kota. Seolah memberitahu seisi kota, bahwa waktu telah memasuki pukul 12 malam. Tepat tengah malam. Sebagian besar penduduk kota tentu lebih memilih untuk terlelap tidur dengan nyenyak dibawah selimut mereka yang nyaman daripada berkeliaran ditengah malam ini, hingga wajar jika sepenjuru kota terlihat sunyi senyap begitu memasuki tengah malam.
“Sudah tengah malam, apa yang dilakukannya sampai terlambat menemuiku?!” pria nyaris paruh baya dengan postur tubuh tambun itu mendengus kesal, matanya memicing dengan tangan yang mengepal dan meremat. Melewati detik demi detik waktu ditengah malam.
Cklekk
Terdengar sebuah suara yang berasal dari balik jendela. Mata pria itu memicing, tak sabar ingin mengintrogasi sosok yang sedari tadi ditungguinya itu. Tanpa membuang waktu kakinya melangkah dengan cepat menuju asal suara tadi, yaitu menuju jendela tengah, karena merasa bahwa orang yang ditungguinya itu terlalu lama dan lelet untuk menghampiri dirinya.
Srakkk… crashhhh!
Mata itu membulat, melotot seolah ingin keluar dari tempatnya. Tubuhnya mematung kaku dengan tangan yang bergetar hebat, namun kepalanya tak mampu untuk menunduk ataupun menengok kearah manapun seinchi saja. area depan tubuhnya terasa basah, bahkan terkesan seperti terbanjiri suatu cairan. Tanpa dapat dicegah, tubuh itu limbung begitu saja dengan tanpa terkontrol. Menghasilkan suara debuman ambruk ditengah kesunyian malam.
Pria itu masih dengan mata melototnya detik itu menghembuskan nafas terakhirnya. Memisahkan nyawa dengan jasad pria itu yang begitu mengenaskan, penuh dengan darah yang mengalir deras, sehingga nyaris terlihat bak kubangan yang digenangi air hujan. Sunyi kembali. Sosok yang telah mati dengan keadaan lehernya yang tertebas dalam itu tak lagi dapat bergerak ataupun bernafas, jasadnya ditinggalkan begitu saja oleh sosok misterius pembunuh itu.
Sementara itu, sosok lainnya yang seharusnya datang lebih cepat itu kini baru saja tiba tepat didepan jendela yang kini tengah terbuka tersebut. Suasana dibawah terlihat begitu temaram ketika diamatinya secara sekilas, hingga sebuah hembusan angin yang lalu membuatnya bergidik. Baru kali ini pembunuh bayaran itu merasakan suasana semencekam ini selama masa kerjanya di dunia bunuh membunuh. Bahkan sebuah pergerakan dibalik bayangan gelap disisi kirinya seolah menambah rasa ngeri dan bergidiknya, dia sama sekali tak pernah percaya dengan hal berbau mistis, namun kali ini rasa tak percaya itu seolah disentil kecil didalam batinnya.
Mengabaikan hal tersebut, Gabriel hanya menggeleng – gelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan segala pikiran – pikiran buruknya mengenai hantu dan sekelasnya. Matanya kembali terarah menuju jendela dihadapannya, kemudian melangkah untuk melongokkan diri pada jendela tersebut dengan tangan berbalut sarung tangan tersebut yang terulur berpegangan disisi – sisi jendela.
Deggg
Matanya membulat dalam diam, terkesiap dengan apa yang didapatinya pertama kali ketika dirinya berhasil memasuki ruangan yang kemarin dimasukinya itu. Tangannya mengepal erat, namun sorot tajam matanya kian terlihat. Mayat dihadapannya yang teronggok lagi – lagi dengan tebasan dileher tersebut seolah mengejek dan mengolok – oloknya habis – habisan.
Tanpa membuang waktu lagi, sosok tersebut beranjak pergi begitu saja. Mengabaikan keberadaan mayat mengenaskan orang yang menyuruhnya kemarin tersebut. Kali ini ia harus benar – benar mencari siapa sosok pelaku dibalik kematian dua sosok ini. Ia tak dapat lagi membiarkannya lalu begitu saja.
“Sialan, akan kutemukan siapa sosokmu setelah ini!”
To be continued~