Lambaian tangan aku berikan pada mobil yang mulai menjauh dari pekarangan rumah, bersama senyum tipis yang terus aku perhatikan hingga mobil itu benar-benar menghilang dari pandangan. Setelahnya, aku langsung meluruhkan pundak yang tadi kupaksa tegap. Lesu, karena melihat Adit mengantar adiknya periksa kehamilan. Uh, ini bukan salah mereka. Aku saja yang terlalu menanggapi berlebihan segala sesuatu. Aku terlalu ... cemburu kepada mereka yang hanya kakak-adik. Terlalu berlebihan! Aku terus merutuk diri-sendiri, bahkan tidak segan memukul kepala dengan kuat, agar mengembalikan kewarasan. Aku segera memasuki rumah agar bisa mengendalikan pikiranku saat ini. Memilih duduk di sofa, dengan leher menempel di sandarannya. Aku menatap ke langit-langit ruangan. Omong-omong, mereka keluar. Aku

