Pagi ini, sarapan dimulai dengan suasana yang lebih baik, kupikir. Naura bersenandung ringan ketika memasak, dan aku lebih sering menyimak punggungnya dibandingkan makanan atau tatanan piring. "Nau," panggilku, yang segera membuat perempuan itu menoleh. "Masakan kamu enak. Bikin kue, yuk, nanti? Kayaknya seru, kalau kita buka usaha kecil-kecilan bikin kue, daripada suntuk doang di rumah. Gimana?" Naura mengangguk antusias. "Tanya pemilik rumah dulu." Ia terkikik, sembari menunjuk pintu. Aku ikut menoleh, dan mendapati Adit yang sibuk memperbaiki lengan kemejanya. Pria yang kami tatap ini, juga langsung kikuk, menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa?" "Kak Nissa, tuh!" ucap Naura, melimpahkan semua masalah padaku. Ia kembali fokus pada masakannya, untuk mematikan kompor, lalu memindahkan

