Kencan Buta
"Hallo syal, kenapa kok tiba-tiba nelpon pagj banget,? Erlin menyiapkan sarapan diapartemennya
"Ok, gue gak mau basa-basi terlalu banyak, kita ketemuan diresto biasa" syali
"What? Apaan si dadakan gitu, gak-gak ini masih pagi gue sibuk..." Erlin menyuapkan sepotong roti
"Bodo. Jam 10 ini ok. Gue tunggu awas kalo gak dateng..." syali menutup telpon.
"Is apaan si si sali, bikin ribet aja...." Erlin melemparkan ponselnya ke sofa.
Sudah enam tahun berlalu kini Erlin berusia dua puluh lima tahun, yah diumurnya sekarang erlin masih menjomblo ia sering dijodohkan bahkan sering ditanyakan ketertarikannya pada lawan jenis. Yah kenormalan erlin membuat para teman-temannya heran. Gadis cantik berambut coklat, kulit putih, hidung mancung ramping proposi tubuh 165 cm, dan aura fisual wajah hingga tubuhnya hampir sempurna ini masih sendiri, entah apa yang ada di pikirannya sampai bertahan lamanya menjomblo. Erlin memang pernah menjalin hubungan dengan pria waktu ia SMA, namun berakhir dengan kandas, erlin yang di duakan membuatnya kapok untuk tidak berhubungan dulu. Namun hal itu menetap lama, dan menjadi bahan omongan para teman-temannya, dan rekan kerjanya. Tentu ini adalah beban bagi erlin, selalu menjadi topik utama saat ia menjalankan kencan buta.
"Lo dimana jamets," Erlin
"Lo udah nyampe?" Syali
"Udah, buruan ah lama banget si, gue gak punya banyak waktu" Erlin dengan nada kesal
"Hahaha so sibuk banget, bentar tungguin tiga menit lagi nyampe..." syali menutup telpon
"Gila, nih bocah bikin emosi. Awas aja kalo sampe gue dijodohin lagi...." Erlin menatap lelaki yang berada didepannya
"Erlin yah?" Tanya lelaki itu
"I-iiyah, siapa yah?" Jawab erlin heran
"Kenalin aku Tio" lelaki itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Aaahh hahaha" erlin tertawa terpaksa seakan dia faham maksud temannya itu memintanya menemui diresto. Yah kencan buta. "Disuruh sali yah?" Erlin kembali bertanya...
"Iyah. Yaudah duduk yu, aku udah pesan mejanya" Tio berjalan duluan.
"Kualii Sialan, pasti ini kencan buta lagi, kampret banget si sali, awas yah...." gumam erlin pelan.
Tak lama syali mengirimkan chat kepada erlin.
"Good luck beybih, semoga ini yang terakhir dan sukses yaahh iloveyou <♡" Pesan syali.
"Waakkhhh emang jamets banget ya lo, tapi lumayan ganteng hahaha nyari dimana lo?" Balas erlin yang duduk berhadapan dengan Tio.
"Kamu mau apa?" Tanya tio
"Ah, iyah" erlin bergegas mematikan ponselnya rasanya tidak sopan jika erlin terus bermain ponselnya itu. "Akuuu.... emm samain aja deh menunya sama kamu" Erlin dengan senyum malu-malu
"Oh ok... Mas" melambaikan tangannya "saya pesan ini dua, minumnya juga disamain" menunjuk ke salah satu menu yang tertera di meja..
"Baik kak, ditunggu yah..." respon pelayan resto.
Yah ini sudah ke sekian kalinya Erlin melakukan kencan buta, saking banyaknya erlin tak tahu sudah berapa kali ia melakukan ini, namun sayang tidak ada yang cocok dengan erlin apalagi dengan hobinya yang menyukai komik, bak anak-anak yang terlintas oleh para lelaki yang dekat dan kencan buta dengannya. Erlin hanya bisa menerimanya bahwa mungkin ia di takdirkan bukan untuk dicintai tapi mencintai. Entahlah erlin merasa ini membingungkan.
*****
"Hei hahahahahaha ngapain si lo kayak gembel, kenapa disini Tio gagal lagi?" Ejek Syali
"Apaan si lo, gak gue sukses." Nada sombong erlin "Cuman gue minta diantar sampai sini aja, lagian apartemen gue juga udah deket. Ngapain si lo kesini bikim esmosi tahu gak..." Kesal Erlin sambil memakan eskrim
"Gue tadi nanya Tio, katanya dia nurunin di minimarket dekat rumah lo, makannya gue langsung kesini. Bagi dong ah elah" Syali merebut kantong belanjaan erlin, mereka berjalan menuju apartemen.
Sebenarnya erlin muak dengan permainan yang syali berikan, namun ia sadar bahwa sahabatnya ini memang berniat baik, tentu erlin harus menghargainya, walau kenyataannya erlin ingin sekali berkata jujur bahwa ia capek dengan semua ini. Bahkan ketika ia merenung di kamarnya ia selalu bertanya "kenapa" karna baginya ini normal tapi mengapa para temannya dan semua orang menganggapnya ini sama sekali tidak lumrah. Di anggapnya ia lesbi dan sebagainya bahkan orang-orang enggan berteman dengannya apalagi dengan hobinya itu yang menggemari komik. Akan tetapi dibalik semua itu Syali sahabat lamanya sangat setia kepadanya, walau terkadang ia bosan dengan kencan buta yang syali berikan.
"Gimama tadi? Tanya syali duduk bersebelahan di sofa
"Gimana apanya si?" Ketus erlin
"Ah elah entu si Tio markio" syali membuka kemasan snek dan memakannya
"Denger ya sali kurseli" belum selesai erlin dipotong bicara oleh syali
"BENTAR," Sontak erlin terkejut. Syali yang memegang pinggang "S-Y-A-L-I BUKAN S-A-L-I kalo kaya gitu beda orang erlin, masa nama gue sejelek itu si, ulangi." Kesal syali lanjut memakan snek"
"Ya ampun, li gua kaget loh. Gila yah lo aaaiiiggghhhhhh" gemas erlin dengan tingkah syali dan mengacak rambutnya...
Erlin menceritakan bagaimana ia dengan tio lelaki tampan berkulit sawo matang, proposi tubuh 180 cm dengan rahang wajah yang kuat. Mungkin bisa saja Tio adalah lelaki idaman para wanita, dan tentu erlin pun tertarik dengan fisual Tio tapi tidak sampai jatuh hati hanya kagum semata. Sifat tio yang di lontarkan kepada erlin sangatlah baik. Namun erlin si penggemar komik ini merasa tidak tertantang dengan perlakuannya, entah erlin mencari sisi apa dalam diri tio. Namun dengan sangat harap Tio lah lelaki terakhir untuk nya berharap langgeng hingga ia menjalin hubungan.