Modal Nyali

1129 Kata
"Erlin, kamu sudah merekap data harian?..." Perintah kepala staff. Bernama Dimas. " Oh, Iyah pak, sudah saya kirim lewat email" "Oh, ok... Saya akan cek, nanti kamu cek lagi ya?" "Heemm. Ok pak,"  "Lin..?" "Iyah Ki, untuk nasabah yang minta pengecekan SID kan!" Potong Erlin, setengah tersenyum. "Hehehehe" Zaki mengacak-acak rambut Erlin... "Ah, males deh. Berantakan kan" Erlin segera merapihkan dan melanjutkan pekerjaannya. ****** POV Erlin Ok. Ini udah tepat menginjak ke dua bulan gue dan Tio jadian. Huft. Diumur gue yang ke dua puluh lima tahun ini ternyata masih saja repot perihal pasangan.  Tapi ini penting buat gue, dan gue gak mau mengulur waktu, apalagi dengan seseorang yang akan mamah jodohkan. Aiiigghhhh membayangkan nya saja ingin muntah. Meskipun gue belum cinta banget sama Tio, tapi gue akan berusaha. Yah Tio bukanlah hal buruk bagi gue, dia perhatian, baik, dan ramah banget. Sejujurnya gue belum tahu sifat aslinya Tio, dia seperti apa dan etika marahnya juga seperti apa. Yaps itu penting bagi gue, sangat-sangat penting. Satu persatu kerjaan gue selesai, dan gue udah memikirkan secara matang untuk mengenal kan Tio ke orang tua gue. Duh rasanya gue kaya mau ujian pas semester akhir. Gugup banget. Apalagi menghadapi cerewet nya nyokap gue, udah kaya semburan lumpur panas Lapindo. Hehehehe canda. Tapi aseli gue gugup. :(. "Eits, tumben Lo sendirian?" Zaki menghampiri gue dan nyenggol pundak gue. Kini posisi kita berdampingan. Kami duduk di salah satu kantin dekat kantor. Biasanya kami nongkrong di lantai dasar. "Rese Lo Ki....." "O.O.Oww roman-romannya Lo lagi bete nih. Ngapa? ...."  "Iyah bete gara-gara, Lo ngasih tugas Lo ke gue dan gue hampir mati paham." "Hahahaha ngakak gue. Asik Lo serem juga. Salut gue hahahaha. Eh si syali kemana deh? Gak liat dari tadi...." "Ngeselin yah Lo, mana gue tahu. Lo kan ada ponsel, ya telepon aja, jangan kaya orang pinter cih...." Gue melirik dan setengah tersenyum seakan gue punya rencana picik hahaha. So cool deh gue. ........…........ ****** Jam menunjukkan pukul setengah lima sore dan waktu pulang memang sudah dari tadi. Erlin yang merasakan gelisah entah apa alasannya namun ia seakan merasakan sesuatu akan terjadi padanya. Derrrrrrrrrttttt derrrrrrrrrttttt "Eh bentar ya Ki, bebep gue nelpon" "What? Lo beneran jadian Ama Tio?" "Cih, gak lucu Lo ekspresi nya. So pura-pura kaget." "Yeeeh. Hahahahaha" "Aseli Lo kaya orang bo*oh tahu"  Erlin meninggalkan Zaki yang tengah menikmati kopinya.  KEJADIAN DUA MINGGU LALU CURHAT DENGAN DUA KAWAN BAIK. Syali& Zaki: "APA? Serius Lo Lin? Gue gak salah denger kan?" (Serentak) Erlin: "yah, ngapain gue bohong. Gue kayak orang be*o aja nelponin kalian berdua tengah malam gini" Zaki: "Eh tapi gue setuju aja sih, Lin. Lagian Tio juga orangnya Baek, dia kayaknya penyabar juga. Tapi tetep Lo harus hati-hati banyak cowok kaya gitu....." Syali: "maksud Lo?" Zaki: "ya banyak cowo kaya gitu, sifat baik nya cuman buat kedok doang. Istilah nya bermuka dua. Bisa aja kan dia baik ada something...." Syali: "wah suuzon dong kalo gitu Lo," Zaki: "yah bisa aja Li, ....." Syali: "gak lah, gue kenal betul Tio kayak gimana. Gue udah kenal dia lama juga. Dan terpenting gue berhasil comlangin Erlin sama Tio.. hahaha..." Erlin: "udah-udah, ngapain Lo-lo, pada ngeributin si. Gue nelponin kalian buat dengerin gue bukan gue dengerin celotehan Lo-lo pada. Aiiigghhhh.... Syali& Zaki: hahahahahahahahha Malam itu Erlin menceritakan semuanya, karna ia masih merasa gugup akan keputusan nya untuk mengenal kan, Tio kepada orang tua nya. ***** "Iyah, dah much....." Erlin berjalan menghampiri Zaki yang masih menunggu nya, saat itu juga ia tidak sengaja melihat sosok lelaki yang tak asing baginya. Yah pengawakan ber-stayle macho tengah berjalan menuju tempat duduk kosong yang bersebelahan dengan Zaki. Lelaki itu menenteng tas dan satu cup kopi yang di genggam di tangan kiri nya. Erlin yang merasa kaget itu mematung melongo. Ia memerhatikan pemandangan ini dengan mengingat-ingat pertemuannya diperpus. Tentunya kaget, matanya melebar, keringat dingin mulai bermunculan, kini Erlin mengepal jari-jemari nya dan memejamkan mata, untuk memastikan bahwa ini hanyalah halusinasi. Namun ketika Erlin membuka matanya lagi-lagi laki-laki itu masih ada dan tengah menyeruput kopi. Berkali-kali ia menggeleng kan kepala, memejamkan mata namun tak berhasil. Bahwa ia tidak sedang bermimpi atau berhalusinasi. Yah, ini adalah kejadian nyata yang tidak disengaja, bertemu nya Erlin dengan Yoseph secara kebetulan. Erlin memberanikan diri untuk menghampiri Zaki, dan ia masih gugup. "Lo, kenapa si? Kayak orang kesetrum tahu. Hahahahaha" "Berisik Lo, Ki?" Erlin menundukkan kepala dan lalu menatap Zaki. "Apaan si?. Lo jadi seperti detektif dadakan" Zaki pun menunduk kan kepala dan memiringkan leher. "Gue lupa. Waktu kita ke perpus gue ketemu cowok yang bikin hati gue meletup-letup, dan....." "Hahahaha, Lo, wakh. Siapa? Ada disini?" Potong Zaki dan menengok kebelakang,kanan, juga kiri. Zaki menangkap sosok lelaki macho itu disampingnya. Lalu Zaki memainkan bola matanya menunjuk bahwa lelaki yang ia lihat itu benar. Erlin hanya mengangguk dan memutarkan kan matanya. "WOI...WOI..... Kalian asik berdua aja" Suara lantang syali. Sontak membuat kaget mereka berdua yang tengah fokus memperhatikan sosok lelaki macho. Dengan sigap Zaki menangkap lengan syali dan menyuruh nya untuk duduk. Zaki yang mengisyaratkan dengan jari telunjuk ditempel di bibirnya. Menandakan untuk tidak berisik. Tentu saja syali kebingungan. "Apaan si, kaya orang B*go tau..." "Hust. Diem Li, Ok Lin, Lo punya nyali kan? Lo sekarang lakuin sesuatu jangan sampai umpan Lo ini pergi. Sono buruan" Zaki mengibas kan tangannya. "What? Gue harus apa?" Erlin mengangkat bahu dan menggigit bibir bawahnya. Sementara syali yang bingung ia hanya menonton tingkah kedua sahabatnya yang aneh dan menyantap makanan yang sudah ada di meja.  Tidak menunggu lama, Erlin dengan nyali seadanya ia berdiri menghampiri lelaki macho itu. "Hai....." Erlin tersenyum "Oh, hai."  "Boleh aku duduk disini?" "Oh tentu, silahkan" Yoseph melebarkan tangannya. "Ok, makasih" (Wah canggung sekali ferguso) gumam Erlin dalam hati. "Ada apa yah?" Tanya Yoseph dan menutup buku yang tengah ia baca. Menatap Erlin membuatnya tambah gerogi dan gugup. "Oh Iyah,....." (Aduh keringet gue, keliatan gak yah, gugup banget lagi. Lagian ganteng banget si)..... lagi-lagi Bergumam dalam hati "Iyah, kenapa?...." Yoseph membuyarkan lamunan Erlin "Apa?..... Ah anu. Ah hehehe begini. Kebetulan saya bekerja di jasa pinjaman uang. Ketika kamu mengalami masalah, kami ada solusinya. ...... Blablablabalabla" Erlin menjelaskan panjang lebar... "Kamu tahu apa yang menjadi kebanggaan kami? Yaitu kepuasan Anda!" Erlin menyimpan satu kartu nama, lalu ia berdiri tidak lupa dengan jurus jitu nya. "Terimakasih atas, waktunya" Erlin menundukkan kepala lalu menatap Yoseph, ia tersenyum menggoda, bibir tipis nan seksi membuat Yoseph terdiam. Yoseph yang heran ia hanya tersenyum ramah dan mengucapkan kan "terimakasih kembali". Erlin segera beranjak dari tempat duduk, dan menyeret kedua sahabatnya untuk pergi dari kantin.  Hari ini membuat gila. Tingkah Erlin yang ngaco membuatnya sangat malu atas perilaku nya tadi. Yoseph yang masih memandangi kartu nama itu dan tersenyum, ia merasa terhibur oleh kelakuan Erlin. Kini Erlin berharap dengan taktik yang memalukan itu bisa berhasil bahwa Yoseph akan menghubungi nya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN