First love

844 Kata
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, yang dimana suasana mall kini ramai dan dipenuhi pengunjung. Hari ini adalah hari weekend pantas akan banyak orang yang menjadikan mall sebagai tempat tujuan. "Syal?" Erlin memiringkan badannya. "Mmmm" Syali yang tengah mengunyah hidangan sudah dipesannya dari tadi "Apa gue harus ikutan biro jodoh ya...?" "What?...." Dengan paksa syali menelan kasar makanan di mulutnya. "Buat apa Lo ikutan biro jodoh?.... Bentar gue minum dulu..." "Hiiiiighh jangan kenceng-kenceng. Lo kaya di utan aja..." Satu bulan berlalu Erlin menjalani kehidupan seperti biasa. Setelah ia menghadapi berbagai tekanan dari orang tua nya, yang memaksa nya untuk segera tunangan dengan pria yang dipilih kan. Erlin hanya bisa diam tanpa membantah. Apalagi jika ayahnya yang sudah ikut campur akan pertunangan itu. SATU BULAN LALU MAKAN MALAM BERSAMA KELUARGA.... "Cowok nya baik kok sayang" Ucap laelani sambil melahap makanan. "Iyah mah, tapi...." "Kamu emang mau nikah di umur berapa?" Potong lelaki itu dia adalah ayah Erlin. Yah Roup, yang duduk berhadapan dengan Iran "Dua puluh delapan tahun" singkat Erlin "Ketuaan dong" bantah laelani "Gak papa, kamu cari orang yang menurut kamu cocok terus kenalin ke papah sama mamah,...." "Bentar, tunangan dulu aja..." Potong laelani "Yaudah.... Terserah mamah deh. Tapi kalo ada yang cocok segera kenalin. yah?" Lanjut ayah Erlin. "Iyah pah" Iran yang mengunyah makanan menyantap nya dengan lahap, hanya bisa mendengar kan pembicaraan keluarga nya tanpa ia harus memberi saran, ataupun masukan. Karna ia sadar kini dirinya sudah tiga puluh tahun yang masih belum menikah. Jika saja Erlin bisa berkomentar atas kakanya, mungkin makan malam tidak akan berjalan dengan hikmat. Kini tidak ada pilihan selain ia mencari lelaki yang ia temui di perpus. Karna lelaki itulah yang membuat Erlin penasaran bahkan ia merasa bahwa Yoseph adalah cinta pertama nya. Detak jantung yang ia hasilkan ketika melihat Yoseph tengah berdiri dengan posisi menyandar di rak buku. ................... ***** "Ya Lo, bikin gue kaget ngapain ikutan biro jodoh segala. Pasti itu gak geratis lah..." "Ya Iyah lah. Gue harus bayar. Tapi gue mau ikutan, gue dikasih kesempatan buat nyari seseorang yang cocok buat gue. Makanya itu gue mau ikutan biro jodoh...." Suara Erlin yang cukup keras terdengar oleh beberapa orang disana yang langsung menatap heran.. "Gak usah. Aku gak setuju..." Suara lelaki yang berjalan dan duduk di depan Erlin. Memberi senyum manis dan mengangkatkan alis. "Tio?..." Erlin kaget dengan kehadiran Tio. "Lo, ngajak dia keisini?" Tunjuk Erlin. Syali yang mengaduk minuman dengan sedotan, memerhatikan Erlin dan Tio. Lalu gadis itu mengangkat bahu dan menyedot minuman terlebih dahulu. Kemudian ia menjauhkan minumannya. Menatap Erlin yang tengah bingung. "Iyah, gue juga ngajak Zaki ...." Derrrtttt derrrtttt derrrtttt (getar ponsel syali) "Eh bentar si Zaki nelpon... Iyah Ki? Oh Lo didepan?.... Ok ok gue kesana" "Eh bentar ya Lin. Si Zaki rese nih, ntar gue kabarin yah..." Lanjut syali yang bergegas pergi meninggalkan Tio dan Erlin. Sementara Erlin yang kebingungan harus ngobrol apa. Karna hampir dua bulan ia tidak ada komunikasi dengannya. Disaat situasi seperti ini Erlin malah mengingat Yoseph, lelaki yang ia temui tanpa sengaja itu telah mencuri hati nya. Ia berfikir bagaimana caranya agar ia bisa bertemu lagi dan bertukar nomor. Bahkan hal ini belum sempat ia ceritakan kepada sahabatnya. Karna setelah dari perpus lelaki itu mengambil buku yang di sarankan Erlin lalu pergi tanpa mengucapkan pamit. Alih-alih kecuekan dan cool nya lah yang membuat Erlin penasaran. "Hey... Melamun. Jangan di anggurin dong, ntar dicolong orang" Tio membuyarkan lamunan Erlin. "Hah? Eh Iyah hehehe" ... Malam weekend menjadi saksi kedekatan Erlin dan Tio. Berkat syali yang sengaja mempertemukan nya membuat Erlin lebih dekat dengan nya. Sebelum Erlin bercerita banyak kepada Tio syali yang mengabari tidak bisa kembali karna Zaki menjadi alasan. Hingga Yoseph yang selalu menjadi lamunan nya kini seketika terlupakan. Saat malam itu juga Erlin berfikir untuk mengenal kan Tio kepada orang tuanya. ............... ***** "Lin, aku gak mau mengulur waktu. Aku juga gak mau membohongi diriku hanya untuk menutupi apa yang aku rasa. Belakangan ini aku sibuk dengan project yang cukup banyak. Dan aku akan memaksimalkan diriku untuk bisa membagi waktu. Aku menyukai mu karna kamu yang sederhana, tapi kesederhanaan itu sangat istimewa di selaput mata ku. Namun akan lebih sempurna jika kamu menjadi milikku" panjang lebar Tio mengutarakan perasaannya. Erlin melongo atas apa yang barusan Tio katakan. Ia memejam kan matanya dan menatap wajah Tio dengan mata yang berkaca-kaca. Iyah ini kali pertama nya Erlin merasakan ketulusan dari seorang lelaki. Karna sebelum nya tidak ada yang setulus ini. "Kenapa bilangnya didalam mobil si, kenapa gak pas di resto tadi, kan biar romantis" suara Erlin gemetar... Tio yang mendengar nya tertawa tipis dan mencium punggung tangan Erlin. Erlin mengangguk mengiyakan, dengan itu Tio merasa bahagia kini Erlin menjadi miliknya. Cinta pertama Erlin memang bukanlah Tio tapi orang pertama yang mengutarakan nya adalah Tio. Meskipun sampai detik ini pun Erlin masih penasaran dengan Yoseph si komikus pujaan. Yah, Yoseph dengan hobi yang sama akan sangat menarik jika suatu saat nanti Erlin menjadi miliknya. Bercerita komik sepanjang hari, memilih komik setiap saat, ah sudah lah hari-hari bersama orang yang kita cintai, adalah hari yang sangat berharga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN