Pertemuan

1099 Kata
Kedisiplinan dan suasana kerja yang sudah baik. Karyawan yang bekerja di perusahaan perbankan ini sudah sangat tentu memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi dan jenjang karir yang bagus sudah terbuka dengan lebar. Erlin yang sudah menyelesaikan pendidikan S1 dimintanya untuk melanjutkan kan pendidikan ke- S2, namun karna umur kini Erlin perlu memikirkan nya lagi. Karna setelah kejadian dua Minggu lalu, Erlin terpikir kan ucapan sang ibu bahwa ada benarnya. Kini Erlin bukanlah anak remaja lagi di umur nya sekarang ia harus memikirkan pasangan. Yah memang sudah waktunya. Erlin yang merasa terlalu egois menjadi beban pikiran nya saat ini. Ia pun tidak mengharapkan gosip-gosip yang kian menjadi beban pikiran orang tua nya. Apalagi dengan kondisi Kakak nya, ia bernama Iran wanita berusia 30 tahun ini belum juga menikah Lantaran ketidak normalan yang ia alami. Wajar saja jika orang tua Erlin memojokkan nya untuk segera menikah. Hanya Erlin lah menjadi harapan orang tua nya. "Lin, tadi ada nasabah yang bikin rese. Lo yang nangani yah" ujar Zaki merangkul pundak Erlin yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya. "Ah Lo kebiasaan deh, gue juga sibuk ini dari pagi gak selse-selse" Erlin menyusun berkas yang sudah disiapkan. "Kan Lo sebagai marketing handal Lin, tugasnya adalah menangani nasabah, mencari dana masuk dan menawarkan...." "Iyah Zaki bawel, gue tahu, iya iya. Udah Sono kerja ah ganggu aja. Ntar gue langsung selesain.." potong Erlin.. "Gitu dong kan gue jadi seneng. Dah beybih.." Zaki tak lupa mengacak rambut Erlin yang menjadi kebiasaan nya. Erlin hanya merapihkan dan memanyunkan bibir. POV Erlin "Akhirnya selesai juga, emmmm" gue meregangkan badan gue karna seharian kerja, rasanya badan gue pegel banget,remuk huft. Sebelum gue cabut balik, gue biasanya merapihkan meja kerja gue. Kenapa? Karna sekantor, gue itu terkenal dengan kerapihan dan ketidak normalan. Aighhhh menyebalkan. "Lin, Lo kapan dah bagi kita pajak jadian?" "Hah?" "Iyah, tadi gue liat Lo dipeluk Zaki deh, sweet banget masih ditempat kerja aja bisa romantis," Ejek salah satu karyawan. Ok satu manusia ini mulut nya emang gak bisa diem. Namanya Lucy, apa aja di jadikan bahan omongan, pastinya di bantu teman dekatnya bernama Rita yang kini berdiri dibelakang gue. Apalagi gue yang hampir tiap hari. Orang-orang pada sibuk nanyain hal privacy gue. Aseli gue gak mau berurusan dengan nih anak, tanpa gue banyak omong gue langsung pergi, dengan kepala tegak. Ninggalin dia yang udah duduk manis di kursi sebelah gue. Hah. Bodo amat. ***** Menurutnya ejekan kecil itu sudah menjadi makanannya sehari-hari, sudah terbiasa dan lebih memilih untuk tidak menghiraukan. Karna jika ia banyak bicara orang-orang pun tidak akan percaya. Seperti pepatah mengatakan, Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu. Begitulah kurang lebih. "Erliiinnnn" teriakan dua sejoli sahabat Erlin, yah Syali dan Zaki, mereka berlari menghampiri Erlin yang tengah berdiri di depan lobi. Erlin yang hanya mengerutkan kan dahi seakan heran dengan kekompakan sahabatnya ini. "Lin, ke perpus yuk. Gue hari ini mau beli buku. Yah yah yah." Goda syali dengan logat di manja-manjain. "Ih Lo, udah bisa baca sekarang hahaha" ejek Zaki. "Uluuuhh tayang ku, siap dong. Kebetulan gue juga mau beli komik hehehe" jawab Erlin memeluk Syali sambil menggoyang kan badannya. "Idih, kenapa si kalian pada manja gitu. Mau ikutaaann" Zaki yang merasa terasing kan ia merangkul kedua sahabatnya. Kini posisi Meraka berpelukan, kanan-kiri Zaki dan Erlin, ditengah syali. Kebahagiaan memang tidak harus mewah, Dengan memiliki teman yang sangat perhatian dan mengerti kita itupun sudah cukup bagi Erlin. Tawa, canda, haru, dan sedih dilewati nya bersama. Meskipun sejujurnya Erlin tidak meluapkan kesedihan sepenuhnya kepada sahabatnya ini. ***** Tiga puluh menit berkeliaran diperpus.... "Ki, gue kebelakang dulu yah didepan gak ada soalnya" "Oh, emang Lo nyari komik kaya gimana si?" "Shiki" "Hadeuh, lagi mulai menggeluti horor Jepang hahahaha" "Apaan si, gue emang suka semua komik horor, huuuuu" "Syal, gue kebelakang yah" lanjut Erlin "Oh iya Lin, ntar gue nyusul, disini juga kayaknya gak ada deh. Sebenernya ada tapi....." "Loh, Lin.. Linn.. Erlin mana Ki?" "Hahahaha, Lo kaya gak tahu dia aja, abis ngomong dia langsung cabut, Lo dari tadi gak ada yang dengerin hahahaha" "Iiiiii emang yah si Erlin..." "Awww ngapa gue yang dicubit jamets..." "Lo. Wah ikut-ikutan Erlin" Burk-burk-burk-burk...... (Syali memukul Zaki dengan buku) "Hahahaha".... Mereka tertawa... Sudah menjadi kebiasaan jelek Erlin. Jika sudah mengenai komik ia akan lebih bersemangat, dan orang bicara tidak akan di dengarnya sampai tuntas. Sama hal nya dengan yang dilakukan Erlin hari ini, Syali yang tengah berbicara namun ia langsung pergi tanpa memberi pamit. ***** "Nananana nananana......" Erlin memilah dan mencari buku yang ia cari dengan menyanyikan alunan nada lagu yang ia sukai 'melukis senja'. Lagu ini selalu menjadi teman, ketika ia sedang sedih dan melamun. Suasana perpus yang dingin, sepi, tenang, Erlin merasakan kedamaian yang nyaman. Ketika ia menemukan komik yang berjudul shiki. Erlin dikejutkan dengan lelaki berbadan tegap, tinggi, badan yang berisikan otot-otot, rambut yang rapih, tengah memakai kaos yang terlihat fit ditubuh sispexnya, dan mengenakan celana pendek. "O-O-Owwww, ekhm" Erlin yang terpana melihat lelaki sexy, tengah membaca komik itu, ia menghampiri nya dan berpura-pura mencari buku. Curi-curi pandang ke arah lelaki tersebut. Sungguh luar biasa penciptaan mu ya tuhan. Seketika ia melihat judul yang terlihat tidak asing lagi. "Loh, Itu komik favorit ku juga judulnya another yah..?" Erlin yang berbicara sambil melanjutkan akting nya yaitu mencari buku, bolak balik kanan kiri lalu ia mengambil satu buku dan menghampiri lelaki itu. Kini posisi mereka berhadapan. Erlin yang tersenyum tipis mencoba merayunya dengan mata yang di sipit kan. "Coba deh baca ini, judulnya shiki. Aku juga suka. Kebetulan masih ada lima buku terbatas loh..." Lanjut Erlin. Lelaki itu keheranan. Ia pikir wanita yang tengah berbicara itu sedang mengobrol dengan temannya namun setelah ia melihat posisi sudut depan dan belakang ternyata sepi, dan hanya ada mereka berdua. "Kamu bicara ke saya?" Tanya lelaki itu "Tentu lah, siapa lagi. Aku menghampiri mu tentu saja mengajak mu mengobrol." "Nih, baca buku ini. Wah aku tak menyangka ada lelaki setampan anda, menyukai buku komik" lanjut Erlin sambil mengigit bibirnya. Yah lelaki itu bernama Yoseph Anjas Bahari. Yoseph adalah lelaki tampan beralis tebal, rahang yang tegas, memiliki lesung pipi, serta dilengkapi dengan jambang yang tipis. Tidak dapat di pungkiri bahwa Yoseph menjadi buruan para wanita dengan fisik nya yang terlihat memiliki kesan macho dan berwibawa ini tentu sangat mudah menarik perhatian dan membuat berdebar-debar hati para wanita. Yoseph merupakan komikus yang sukses di Line W******* Indonesia bahkan di beberapa W******* miliknya sudah go internasional Nyaris sempurna yang dimiliki Yoseph saat ini. Namun lagi-lagi kesempurnaan tak akan lepas dari kekurangan. Lelaki tampan ini masih sendiri di umurnya yang tergolong sudah setengah tua. Yah tiga puluh tahun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN